Anda di halaman 1dari 16

JURNAL REVIEW TERPPENOID

61
Journal I
Judul Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Kimia
Terpenoid Dari Isolat Etil Asetat Daun Ekaliptus
(Eucalyptus deglupta Blume)
Peneliti Rutdianti Rudi Kartika dan Partomuan
Simanjuntak.
Tahun Terbit Journal 2017
Jenis Journal Prosiding Seminar Nasional Kimia UNMUL

62
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Soemardji, et al (2002), Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara yang mempunyai keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang banyak
digunakan sebagai obat tradisional. Beberapa bagian dari mangrove bermanfaat
sebagai obat. Ekstrak dan bahan mentah dari mangrove telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk keperluan obat-obatan alamiah.
Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat dalam pengobatan tradisional
secara turun temurun telah dikenal oleh masyarakat karena diyakini mempunyai
efek penyembuhan terhadap suatu penyakit.Tumbuhan memiliki jenis senyawa
kimia, mulai dari struktur dan sifat sederhana sampai yang sangat rumit dan unik
yang berkhasiat sebagai obat.
Senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan merupakan hasil dari
metabolisme, baik metabolisme primer maupun metabolisme sekunder. Hasil
metabolisme sekunder banyak memberikan efek fisiologis dan efek farmakologis
yang lebih dikenal dengan senyawa kimia aktif. Kekayaan sumber daya hayati
menyediakan peluang dalam mengkaji kandungan kimia berkhasiat untuk diolah
menjadi antara lain sebagai bahan baku industri, pangan, dan sebagai obat-obatan.
Banyak jenis tumbuhan yang sudah dimanfaatkan sejak lama sebagai makanan
dan obat-obatan tradisional, tapi belum diketahui senyawa kimia yang terkandung
di dalamnya (Kusmiyati, 2011).
Berdasarkan teori kekerabatan tumbuhan (Venkataraman 1976)
mengemukakan bahwa spesies tumbuhan dalam genus yang sama dari suatu
famili tertentu akan mengandung senyawa-senyawa kimia yang sama atau
kerangka struktur yang sama, hanya saja intensitasnya bisa berbeda tergantung
tantangan alam yang dihadapi oleh spesies tersebut. Beberapa tumbuhan terbukti
mampu melindungi manusia dari radikal bebas karena adanya antioksidan dalam
tumbuhan tersebut.

63
Radikal bebas terjadi karena adanya proses kimia yang kompleks dalam
tubuh yang dapat merusak sistem imunitas tubuh. Jika terdapat radikal bebas
berlebih dalam tubuh akan dapat menyerang apa saja yang dapat berimplikasi
pada timbulnya berbagai penyakit degeneratif, oleh sebab itu pembentukan radikal
bebas harus dihalangi atau dihambati dengan antioksidan (Widya,.dkk, 2013).
Ekaliptus merupakan tanaman spesies cepat tumbuh yang dikembangkan di
HutanTanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas
(Desi,.dkk, 2016). Salah satu jenis ekaliptus yang diusahakan sebagai tanaman
HTI adalahleda (Eucalyptus deglupta Blume.) (Arti, 1999).
Ekaliptus selain dapat menjadi tanaman tegakan juga dapat digunakan
sebagai obat herbal. Semua bagian tanaman ekaliptus mulai dari daun, akar,
batang dan buahnya banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
penyakit seperti, influenza, diabetes, tuberkulosis, malaria, sakit gigi, gigi tanular
dan diare, (Titania,.dkk, 2014) batang ekaliptus globules sebagai antiviral
terhadap virus hepatitis C.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan isolasi
senyawaterpenoid pada daun berwarna eukaliptus dan dapat diidentifikasi dengan
beberapa cara diantaranya dengan menggunakan cara ekstraksi, fraksinasi,
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas-Spektrometri Massa (KG-SM).

1.1 Rumusan Penelitian


Adapun rumusan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses isolasi senyawa terpenoid dalam daun eukaliptus dengan
metode KLT ?
2. Bagaimana hasil uji aktivitas antioksidan metode peredaman radikal bebas
pada daun eukaliptus ?
3. Senyawa terpenoid jenis apa yang terkandung dalam daun eukaliptus ?

64
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses isolasi alkaloid dalam dalam daun eukaliptus dengan
metode KLT.
2. Mendapatkan data dan informasi hasil uji aktivitas antioksidan metode
peredaman radikal bebas pada daun eukaliptus.
3. Mendapatkan data dan informasi senyawa terpenoid yang terkandung dalam
daun eukaliptus.

1.3 Manfaat Penelitan


Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan pada senyawa terpenoid dari daun
eukaliptus.
2. Sebagai informasi tambahan dalam pemanfaat tumbuhan alam eukaliptus
sebagai bahan obat dari bahaya radikal bebas.

65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Eukaliptus


Tanaman Eucalyptus merupakan famili Myrtaceae, terdiri atas lebih kurang
700 jenis. Jenis Eucalyptus dapat berupa semak dan perdu sampai mencapai
ketinggian 100 meter (Agustian et al., 2011). Eucalyptus sp. merupakan salah satu
tanaman yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga
dikenal sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering.
Eucalyptus sp. merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam
pembangunan hutan tanaman industri.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, Eucalyptus
memiliki banyak kelebihan dibanding penanaman tanaman lain baik dari segi
manfaat kayu maupun dari segi pertumbuhannya. Dari segi manfaat kayunya
Eucalyptus dapat digunakan untuk bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, kayu
lapis, bahan pembungkus, korek api, dan sebagai bahan pulp dan kertas.
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai
dari 7° LU sampai 43° LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan Tazmania.
Genus Eukaliptus terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia.
Hanya ada dua spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Fillipina) yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta
(Latifah, 2004).
Jenis Eucalyptus sp. dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat
dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang
tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu
rata-rata pertahun 20-32oC. Jenis tanah yang digunakan dalam pertanaman
Eucalyptus sp. Ini adalah jenis tanah litosol dan regosol podsolik.
Eukaliptus biasanya menyukai daerah iklim bermusim (daerah arid) dan
daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis sebagai tempat hidupnya.
Eukaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-berbatu, lembab,
berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai
dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur.

66
2.2 Klasifikasi Ilmiah Eukaliptus
Tanaman Eukaliptus merupakan tanaman yang memiliki nama latin
Eucalyptus deglupta . Berikut adalah klasifikasi dari tanaman eukaliptus:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Spesies : Eucalyptus deglupta.

3.1 Senyawa Terpenoid


Terpenoid merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa unit
isopren. Kebanyakan terpenoid mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu
gugus fungsi atau lebih. Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat
dalam sitoplasma sel tumbuhan. Senyawa terpenoid terdiri atas beberapa
kelompok. Senyawa terpenoid ini adalah salah satu senyawa kimia bahan alam
yang banyak digunakan sebagai obat.
Sudah banyak peran terpenoid dari tumbuh-tumbuhan yang diketahui seperti
menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan sebagai insektisida terhadap
hewan tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang senyawa terpenoid maka
dibahas tentang tinjauan umum terpenoid, klasifikasi dan fungsi terpenoid,
biosintesa terpenoid, identifikasi terpenoid, isolasi terpenoid dari bahan alam serta
cara pemisahan dan pemurnian terpenoid.

67
3.1.1 Klasifikasi Terpenoid
Senyawa terpenoid dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren
yang menyusunnya seperti yang tercantum pada tabel 1.
No Jumlah Jumlah Unit Kelas Terpenoid Contoh
Atom C Isopren
1 10 2 Monoterpenoid Geraniol
2 15 3 Seskuiterpenoid Santonin
3 20 4 Diterpenoid Fitol
4 30 6 Triterpenoid Lenosterolo
5 40 8 Tetraterpenoid β- Karoten
6 >40 >8 Politerpenoid Karet Alam
Tabel 1. Klasifikasi Terpenoid Berdasarkan Jumlah Unit Isopren

3.1.2 Isolasi dan Identifikasi Terpenoid


Untuk mengetahui adanya senyawa terpenoid dalam suatu sampel dapat
digunakan pereaksi lieberman-burchard (anhidrida asam asetat dan H2SO4 pekat)
senyawa terpenoid akan menunjukan warna merah sampai ungu jika direaksikan
dengan pereaksi liebermann-burchard.
Untuk penarikan komponen-komponen kimia dari suatu bahan alam dapat
dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang cocok sehingga komponen
kimia yang diinginkan akan tertarik oleh pelarut, ada beberapa metode ekstraksi
yang umum yang digunakan antara lain: maserasi, perkolasi, sokletasi. Pemilihan
metoda ini didasarkan pada sifat kondisi dan kelarutan senyawa.

3.1.3 Pemisahan dan Pemurnian


Untuk pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak hasil
ekstraksi, dapat dilakukan dengan tehnik kromatografi, baik kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom atau kromatografi gas, tehknik mana
yang akan kita pakai tergantung kepada sifat-sifat dari senyawa yang akan di
pisahkan. Pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu kromatografi
lapis tipis, kromatografi kolom dan kromatografi gas.

68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2017 di Laboratorium Kimia
Fakultas Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman,
Samarinda dan Puslit Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Cibinong.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini Yaitu :
a. Isolasi Alkaloid
- Rotary evavorator
- Seperangkat alat gelas
- Neraca analitik
- Sonikator
- Alat inkubasi
- Hot plate
- Lemari asam
- KLT
- Kromatografi Kolom

b. Pemisahan Alkaloid
- Kromatografi gas

c. Identifikasi Terpenoid
- Spektrofotometri UV-Vis
- Spektrofotometri MS

69
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Daun ekaliptus,
aluminium foil, vaselin, tissue, n-Heksan, etil asetat, etanol 96%, aquadest,
lempeng KLT silica gel 60 GF254, celite, methanol pro-analis, CeSO4 10%, reagen
Lieberman bouchard, serbuk Mg, FeCl1%, reagen dragondorff, serium sulfat,
HCl(p), DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu ekstraski dilakukan secara maserasi
dengan berbagai isolat n-heksan, etil asetat, etanol 96%, uji skrining fitokimia dari
berbagai isolat ekstrak daun ekaliptus, uji aktivitas antioksidan metode peredaman
radikal bebas diamati dari intensitas warna yang diukur melalui spektrofotometri
UV-Vis, Isolasi senyawa alkaloid dengan kromatografi kolom dan identifikasi
isolat dengan kromatografi gas dan spektrofotometri massa.

3.4 Bagan Alir Penelitian

Dimaserisasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, etanol 96%


Dipekatkan dengan Rotary Evaporator pada suhu 40oC

Identifikasi Struktur

Gambar 1. Bagan Alir Prosedur Isolasi dan Pemisahan Terpenoid

70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi


Berdasarkan hasil ekstraksi yang dilakukan secara maserasi diperoleh
masing-masing persen rendemen dari berbagai isolat, bahwa pada isolat etanol
96% dan etil asetat memiliki persen rendemen paling tinggi. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan sifat kepolaran dari masing-masing pelarut yang digunakan.
Dimana pada pelarut etanol 96% dan etil asetat memiliki sifat kepolaran semi
polar sehingga diperoleh isolate dengan persen rendemen yang paling besar.
Sampel %Rendemen
Isolat n-heksan 0,997
Isolat etilasestat 5,55
Isolat etanol 96% 5,6758
Isolat Air 4,41
Tabel 1. Persen Rendemen Dari Bebrbagai Ekstrak Daun Eukaliptus

4.2 Uji Skrining Fitokimia


Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan yaitu uji skrining
fitokimia dari berbagai isolate ekstrak daun ekaliptuks guna untuk mengetahui
golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak n-Heksan, etil asetat,
etanol 96% dan air daun ekaliptus. Hasil uji skrining fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 2.

71
4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Metode Peredaman Radikal Bebas
Hasil uji aktivitas antioksidan dari Uji Pendahuluan, Kromatografi kolom I
dan Kromatografi kolom II dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji aktivitas
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan etanol memiliki persen hambatan
besar, dimana semakin besar nilai presentase inhibisi sampel maka semakin tinggi
aktivitas antioksidannya. Proses ini hibisi diperkirakan terjadi ketika radikal
DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan hidrogen.

Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode peredaman radikal


bebas ini dapat diamati berdasarkan dari hilangnya warna ungu menjadi berwarna
kuning akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan. Intensitas warna dari larutan
uji diukur melalui spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 517
nm (Kesuma, 2015).

72
Berdasarkan uji aktivitas antioksidan dan analisa Kromatografi lapis tipis
bahwa pada isolat etil asetat yang memiliki pemisahan yang lebih baik sehingga
ekstrak etil asetat dilanjutkan proses pemurnian dengan kromatografi kolom.

4.4 Isolasi Senyawa Kimia Dengan Kromatografi Kolom I


Kromatografi kolom untuk ekstrak etil asetat (SiO2; n-heksan-etil asetat =
10:1 ~ 1:1 dan etil asetat memberikan 7 fraksi yaitu EKEA-1 ~ EKEA-7. Hasil uji
antioksidan terhadap ketujuh fraksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil
menunjukkan bahwa fraksi EKEA-3 memberikan persen hambatan (%) yang
paling tinggi, sehingga dilanjutkan dengan kromatografi kolom (SiO2;
n-heksan-etil asetat 10:1 ~ 2 : 1 dan menghasilkan 2 fraksi yaitu EKEA-3-3 dan
EKEA 3-5. Hasil uji antioksidan terhadap kedua fraksi ini tidak memberikan
antioksidan yang tinggi (kurang aktif). (Tabel 2).

4.5 Identifikasi Isolat EKEA-3-3 dengan Kromatografi Gas-Spektrometri


Massa (KG-SM)
Berdasarkan analisis KG-SM pada isolat EKEA 3-3 menghasilkan beberapa
puncak kromatogram yang menunjukkan bahwa adanya beberapa senyawa kimia
yang terkandung dalam isolat tersebut. Adapun kromatogram senyawa kimia yang
terkandung dalam Isolat EKEA-3-3. Hasil analisis berdasarkan perbandingan
fragmentasi senyawa isolat EKEA 3-3 dengan spectra senyawa kimia pada data
base NIST adalah 90%. Sehingga senyawa yang terdapat dalam EKEA-3-3 diduga
adalah suatu turunan terpenoid 6, 10, 14- trimetil. 2-pentadekanon. Hasil analisis
fragmentasi senyawa 6, 10, 14- trimeti. 2-pentadekanon dapat dilihat pada
Gambar 1. Dan struktur kimia pada Gambar 2.

73
Gambar 1. Kromatografi Fragmentasi Isolat EKEA-3-3 dengan KG-SM

Gambar 2. Struktur Kimia Senyawa 6, 10, 14-trimetil 2-pentadekanon

74
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Hasil
isolasi, pemurnian dan identifikasi senyawa kimia dalam isolat etil asetat pada
EKEA-3-3 adalah turunan dari terpenoid dengan nama senyawa 6, 10, 14-trimetil.
2-pentadekanon, akan tetapi dari hasil uji aktivitas antioksidan kromatografi
kolom II menghasilkan persen inhibisi yang kurang aktif.

75
DAFTAR PUSTAKA

Augustin, J. M., Vera K., Sven B. A., & Soren B., (2011), Molecular Activities,
Biosynthesis and Evolution of Triterpenoid Saponins, Phytochemistry, 72:
435-457.

Arti widowati., (1999), Studi Mekanisme Toleransi Leda Eucalyptus Deglupta


Blume Terhadap Hama Penggerek Batang Zeuzera Coffeae Untuk
Menunjang Pemuliaan Jenis, Jurnal Manajemen hutan tropika, Vol. V. No.1

Desi, dkk., (2016), Kualitas Pertumbuhan Eucalyptus Sp. Dari Perbanyakan


Vegetative Dan Generative. Universitas riau Vol. 3 No.1

Kusmiyati, N. A., N. S. Aminah, M. Tanjung & B. Kurniadi. Isolasi dan


Identifikasi Zat Aktif Ekstrak Metanol Rimpang Kunyit Putih (Curcuma
Mangga Val.) Fraksi etilasetat. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1: 1-10.

Soemardji, A.A, Endang, K, Cucu, A., (2002), Toksisitas Akut dan Penentuan
DL50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)
pada Mencit Swiss Webster, Matematika dan Sains Journal, 7 (2) : 57-62.

Titania, Puspa, dkk., 2014. Aktivitas Antiviral Batang Eucalyptus Globulu


Terhadap Virus Hepatitis C JFH1a , Jurnal Farmasi, Vol. 1, No. 1,
Surabaya, Universitas Airlangga.

Widya, dkk., (2013), Kandungan Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total


Ekstrak Etanol Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis.), Vol.2 No.1

76

Anda mungkin juga menyukai