Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRATIKUM KIMIA BAHAN ALAM 1

PEMERIKSAAN SENYAWA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER ( STEROID, FLAVANOID, TERPENOID, SAPONIN, DAN FENOLIK )

OLEH: SITI ADILAH 11.01.03.008

LABORATURIUM KIMIA BAHAN ALAM SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG 2011

BAB I PENDAHULUAN Senyawa organik bahan alam adalah senyawa organik yang merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme hidup. Senyawa dari jenis ini disebut juga metabolit. Secara sistematik, penyelidikan dalam bidang ini telah dimulai sejak 200 tahun lalu. Pada akhir abad 18, Scheele misalnya telah mengekstraksi beberapa senyawa organik sederhana dari sumbernya, baik dari tumbuhtumbuhan maupun dari hewan, antara lain: gliserol, asam oksalat, asam laktat, dan asam sitrat. Pada tahun 1806, Serturner memperoleh morfin dari opium dan 15 tahun kemudian Peletier dan Cafenton telah dapat mengisolasi striknin, brusin, quinin, sinkonin, dan kafein. Senyawa- senyawa tersebut merupakan bahan alam yang dapat diisolasi untuk pertama sekali dalam keadaan murni. Setelah itu, isolasi bahan alam berkembang makin lama makin pesat terutama setelah penemuan teknik dan instrumen yang makin mutakhir. Kimia Bahan Alam sangat penting peranannya dalam rangka pemanfaatan zat- zat yang tersedia di alam, terutama senyawa- senyawa yang aktif farmakologi. Studi bahan alam dalam bidang kimia dapat beraspek luas antara lain suatu penelitian terhadap struktur dan biosintesis, isolasi dan identifikasi senyawasenyawa berkhasiat atau berguna. Penggunaan ekstrak tumbuh- tumbuhan tertentu sebagai ramu- ramuan obat- obatan secara trsdisional dari beberapa jenis tumbuhtumbuhan dikenal hampir diseluruh Indonesia, bahkan tumbuh- tumbuhan ini telah dibudidayakan oleh sebagian masyarakat tertentu sebagai apotek hidup, dan merupakan sumber bahan obat- obatan secara tradisional. Penggunaan obatobatan tradisional ini adalah merupakan warisan dari nenek moyang secara turun menurun bagi masyarakat tertentu dan sampai saat ini masih digunakan sebagian masyarakat. Himbauan ini merupakan tantangan serta dorongan bagi para ilmuwan untuk meningkatkan penelitian dalam bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. Tumbuh- tumbuhan merupakan sumber senyawa bahan alam hayati yang penting bagi umat manusia, yaitu sebagai bahan obat- obatan. Bertitik tolak dari sumber

bahan alam hayati yang mempunyai peranan penting dalam penyediaan senyawasenyawa baru dan diharapkan mempunyai aktivitas sebagai obat berbagai penyakit. Sebagai sumber bahan alam hayati ini yang tersebar luas di hutan baik di hutan percobaan maupun hutan yang belum pernah dijamah manusia dijumpai beraneka ragamhayati sebagai sumber senyawa- senyawa baru dan diharapkan memberikan nilai tambah yang positif. Dari 30 jenis tumbuhan di Indonesia, 1200 jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat. Industry baru bisa menyerap 200 jenis, selebihnya merupakan pemanfaatan tumbuhan sebagai tumbuhan obat secara tradisional. Pemanfaatan obat tradisional dalam sistem pengobatan belum optimal karena secara umum penggunaannya masih dalam lingkup coba-coba, bersifat turun-menurun, berdasarkan pengalaman. Menurut Farnsworth, yang di maksud dengan skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif yang mana terdapat di dalam simplisia tumbuhan. Senyawa aktif ini sering di sebut senyawa metabolit sekunder, yaitu senyawa yang di hasilkan dari suatu makhluk hidup dalam jumlah kecil yang tidak bias diubah lagi menjadi glukosa. Senyawa ini merupakan penyimpangan pada biosintesa suatu metabolit primer.Golongan sebagai pertahanan,membantu pertumbuhan dan lain

senyawa ini berguna

sebagainya pada suatu makhluk hidup. Oleh karena itu umumnya yang merupakan senyawa aktif tersebut adalah senyawa organic.maka pemeriksaan skrining terutama ditujukan terhadap golongan senyawa-senyawa

organic,seperti:alkaloid,flavonoid,terpenoid,steroid,fenolik dan saponin. Sampai sekarang ini semakin banyak dikumpulkan data bahwa tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa-senyawa kimia baru yang penting dalam pengobatan.Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya metode analis kimia tumbuhan,yaitu suatu metode yang merupakan bidang kajian dari disiplin ilmu fitokimia.Disiplin ilmu fitokimia melalui analisis,membahas secara sistemis tentang berbagai senyawa kimia terutama golongan senyawa-senyawa organic

yang terdapat dalam tumbuhan dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya. Pemisahan zat dari bahan alam dimulai dengan metoda ekstraksi dan fraksinasi.isolasi alkaloid dan steroid dapat dilakukan terhadap tumbuhan yang masih segar maupun tumbuhan yang telah dikeringkan.adapun penggunaan tumbuhan yang masih segar sangat menguntungkan ketika pengekstraksian

karena mempercepat penetrasi pelarut kedalam membrane sel secara dialysis dan mengurangi kemungkinan terbentuk polimer berupa resin.Tumbuhan kering yang digunakan untuk isolasi harus terawasi selama pengeringan untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang berlebihan. Pengeringan haruslah dilakukan secepat mungkin .Sifat kebasaan yang dimilki oleh alkaloid dapat dimanfaatkan untuk isolasinya.Alkaloid dalam bentuk basa bebas larut dalam pelarut organic.sedangkan dalam bentuk garamnya larut dalam air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani 2.1.1 Urena lobata L Klasifikasi Kingdom : Plantea Diviso Class Ordo Family Genus Species : Angiosperm : Dicotyledonae : Malvales : Malvaceae : Urena : Urena lobata L

Nama Lokal

Pungpulutan, pungpulutan awewe, pungpurutan (Sunda); legetan, pulutan pulutan kebo, pulutan sapi (jawa); Polot (Madura), Kapuhak, kaporata (Sumba),; Bejak, kakamomoko, kokomomoko (Halmahera),; Taba toko (Ternate).; Di tao hum (China).; Deskripsi

Jenis tumbuhan berserat dari suku kapas-kapasan, tumbuh di daerah iklim tropik termasuk di Indonesia. Tumbuh liar di halaman, ladang, tanah kosong dan tempat-tempat yang banyak sinar matahari sampai setinggi + 1. 800 m di atas permukaanlaut. Tumbuhan perdu tegak yang bercabang banyak ini mempunyai batang dantangkai yang liat sehingga sukar dipatahkan dan seluruh tanaman ditumbuhi rambuthalus, tinggi dapat mencapai 1 m. Daun tunggal, berlekuk menjari 3,5 atau 7,tumbuh berseling, panjang 3 - 8 cm, lebar 1 -6 cm, tepi bergigi, warna daun bagian atas hijau, bagian bawah hijau muda, pangkal daun membulat,

ujung runcing. Bungaberwama ungu, keluar dari ketiak daun. Buahnya bulat, penampang 5 mm,berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruangan berisi 1 biji. Kandungan Kimia

Daun, akar dan bunga Urena lobata mengandung saponin dan flavonoida, sedang daun dan bunganya mengandung tanin, di samping itu daunnya jugamengandung rninyak atsiri. Kegunaan

1. Influenza. Akar 24 gr direbus, minum. 2. Disentri, diare, nyeri perut. Akar segar 30 60 gram, direbus, minum. 3. Nyeri perut, demam rheumatik. Daun kering 30 - 60 gr, direbus, minum. 4. Keputihan, kencing keruh. Akar segar 30 - 60 gr direbus, minum. 5. Bengkak karena nephritis. Akar segar 30 -60 gram direbus, minum sehari dua kali. 6. Luka, koreng berdarah, bisul. Bungaatau daun pulutan dilumatkan tempelkan. 7. Gondok. Akar segar 30 - 60 gr (kering15-30 gr) direbus, minum.

2.1.2 Leea indica (Burm. f.) Merr Klasifikasi Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Rhamnales : Leeaceae : Leea : Leea indica (Burm. f.) Merr.

Nama Lokal Mali-mali hantu (Melayu)Silungkar (Sunda) Girang (Jawa) Ghirang (Madura)Kolotada (Ternate) Ngeteda (Halmahera).

Deskripsi Habitat Batang : Perdu, tinggi 5 m. : Tegak, berkayu, bulat, bekas rnelekatnya daun nampak jelas, hijau. Daun : Majemuk, berseling, lonjong, pertulangan menyirip, panjang 8-16 cm, lebar 3-7 cm, tangkai bulat,hijau. Bunga : Majemuk, berkelamin dua, bentuk payung, di ketiak daun, kelopak bentuk bintang, mahkota bentuh torong, kepala sari putih, hijau. Buah Biji Akar : Buni, bulat, hitam. : Bulat, putih. : Tunggang, coklat.

Kandungan Kimia

Daun, buah dan akar Leea indica mengandung flavonoida, di samping itu daun dan akarnya mengandung saponin, daunnya mengandung polifenol,buah serta akarnya juga mengandung tanin. Khasiat Leea indica (Burm. f.) Merr berkhasiat sebagai obat kepala

Daun

pusing.Untuk obat kepala pusing dipakai 7 gram daun segar Leea indica (Burm. f.) Merr, dicuci,ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada pelipis kiri dan kanan.

2.2 FITOKIMIA 2.2.1 ALKALOID Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cicin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Dengan adanya efek fisiologis dan psikologis yang dimiliki oleh alkaloid ini yang menarik perhatian para ahli untuk melakukan pemeriksaan alkaloid. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Terminologi alkaloid berasal dari alkaloid yaitu suatu senyawa yang bersifat basa. Maka alkaloid didefinisikan sebagai suatu produk alamiah yang heterogen dalam bentuk heterosiklik, bersifat basa yang terdapat dalam tanaman tertentu. Alkaloid merupakan senyawa padat yang berbentuk kristal, amorf , tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit. Dalam bentuk bebas , alkaloid adalah basa lemah yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik, sedangkan dalam bentuk garam larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organic. A. Klasifikasi Senyawa Alkaloid Alkaloid tidak mempunyai tata nama sistematik, oleh karena itu suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloid.

Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu: 1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakanbagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin dan alkaloid indol. Struktur masing- masing alkaloid tersebut adalah sebagai berikut:

NH NH Pirolidin Piperidin

2. Berdasarkan jenis tumbuahan dari mana alkaloid ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloid yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloid tembakau, alkaloid amaryllidaceae, alkaloid erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloid yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda. 3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloid, menunjukkan bahwa alkaloid berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloid dapat di bedakaan atas tiga jenis utama yaitu: Alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.

Alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin. Alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan. Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedamg substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri-ciri sebagian besar alkaloid. Pada alkaloid aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik. Sistem klsifikasi yang paling banyak di terima adalah menurut Hegnauer , dimana alkaloid dikelompokkan atas: 1. Alkaloid Sesungguhnya Alkaloid ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amono, biasaanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quarterner yang bersifat agak asam dari pada bersifat basa.

2. Protoalkaloida Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida di peroleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.

3. Pseudoalkaloida Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin. Fungsi alkaloida dalam tumbuhan masih belum pasti, namun para ahli ada yang menduga bahwa alkaloida dapat berfungsi sebagai: Senyawa yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan. Penarik atau penolak serangga. Ada teori yang menyatakan sebagai cadangan nitrogen bagi tumbuhan tidak lagi diterima B. Biosintesa Alkaloida Biosintesa alkaloida mula-mula di dasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yang sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloida. Alkaloid aromatik mempunyai suatu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloida tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit -ariletilamina yang saling berkondensasi. Kondensasi antara dua unit ariletilamina yang tidak lain reaksi kondensasi Mannich. Menurut reaksi, ini suatu aldehida berkondensasi dengan suatu ikatan karbon nitrogen dalam bentuk imina

10

atau garam iminium,diikuti oleh serangan suatu atom karbon nuleofilik ini dapat berupa suatu enol atau suatu fenol. Dari percobaan menunjukan bahwa -ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam amino ini diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehida. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich. Disamping reaksi dasar ini, biosintesa alkaloid melibatkan reaksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloid. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas. Reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi Nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman Struktur alkaloid Disebabkan oleh keterlibatan Fragmen-Fragmen kecil yang berasal dari Jalur mevalonat, fenilpropanoid, dan poli asetat. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin. C. Sifat Fisika dan Kimia Alkaloida Kebanyakan alkaloida berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konin berupa cairan. Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut

11

dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalkaloida dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quartener sangat larut dalam air. Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasamgan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih basa. Jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam. Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi. Alkaloida sering biasanya bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai aktifitas biologis menonjol, jadi merupakan salah satu sumber bahan baku pengobatan, optis aktif. 2.2.2 FLAVONOID Istilah flavanoid di ambil dari suatu golongan besar senyawa yang paling umum, yaitu istilah flavan. Senhyawan flavon ini terbentuk akibat adanya ikatan yan terjadi pada oksigen diposisi ortho cincin A benzen dengan C-3 dengan tingkat oksidasi yang palingg rendah. Flavanoid Adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yakni nama sejenis

12

flavonoid yang terbesr jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6 ) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat 6 berupa tepung putih pada tumbuhan dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Beberapa golongan flavonoid, yaitu:

Golongan Flavonoid Antosianin

Penyebaran

Ciri Khas

Pigmen marak,

bunga merah,

merah Larut dalam air, max 515-545nm, merah bergerak dengan BAA pada kertas*.

seduduk, dan biru, juga dalam daun dan jaringan lain. Terutama Proantosianidin tan warna, Menghasilkan antosianidin (warna dapat diekstraksi dengan amil

dalam galih dan daun tumbuhan berkayu.

alcohol) bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M selama setengah jam.

Terutama ko-pigmen tan Flavonol warna sianik dalam dan bunga ansianik;

Setelah hidrolisis, berupa bercak kuning mirip pada kromatogram forestall bila disinari dengan sinar UV; maksima spectrum pada 330386nm.

tersebar luas dalam daun.

13

Seperti flavonol.

Setelah hidrolisis, berupa bercak coklat redup pada kromatogram

Forestal; maksima spectrum pada Flavon Tanwarna; dalam Isoflavon sering 330-350nm. kali Bergerak pada kertas dengan

akar;

hanya pengambang air; tak adea uji warna

terdapat pada satu suku, yang khas. Leguminosae. Pigmen bung Dengan amonia berwarna merah kuning, (perubahan warna dapat diamati in terdapat situ). Maksima spectrum 370-410nm.

kadang-kadang Khalkon dan auron

juga dalam jaringan lain.

Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yan tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000senyawa,flavonoid.Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fisiologi dan patologi, 3) Aktivitas Farmakologi, dan 4) Flavonoid dalam makanan. Aktifitas Farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll.Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas, antiviral,antidiabetes,antidepresant,diuretic,dll.

14

Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut: Cincin A- COCH2CH2 Cincin B Cincin A- COCH2CHOH- Cincin B Cincin A- COCH2CO- Cincin B Cincin A- CH2COCO- Cincin B Cincin A- COCOCH2 Cincin B A. Fungsi Flavonoida Pada tumbuhan tingkat tinggi sebagai pigmen dalam bunga yang berfungsi dapat menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Ada juga flavonoida tanpa warna, tetapi dapat menyerap sinar UV penting juga untuk mengarahkan serangga. Pengatur tumbuh, fotosintesis, kerja antimikroba, dan antivirus Komponen abnormal yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi luka. Senyawa pereduksi yang baik, dan banyak menghambat reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim. Dalam makanan dapat menurunkan agregasi platelet, sehingga dapat mengurangi pembekuan darah. Pada kulit, flavonoid dapat menghambat pendarahan Hidrokalkon. Fluvanna, Kalona. Flagon. Antosianin Auron.

2.2.3 TERPENOID Pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5 H8(unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid.Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terponoid dikelompokkan sebagai senyawa

15

terpenoid,(isoprenoid) Contoh : Limoena dalam buah jeruk, Geraniol dalam mawar. Berdasarkan jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas: 1)monoterpen (dua unit isoprene), 2)seskiterpen (tiga unit isoprene), 3)diterpena (empat unit isoprene), 4 Triterpena (enam unit isoprene), 5 Tetraterpena (delapan unit isoprene), dan 6) politerpena (banyak unit isoprene). Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenopoid, skalen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam minyak hati ikan,karoten karoten pigmen merah politerpen. dan kuning

tergolong,tetraterpen,lateks(karetalam)Adalah Deteksi

Untuk deteksi steroid menggunakan metode simes dimana steroid memberikan warna biru, sampai hijau saat pengujian. Untuk deteksi terpenoid dengan mengunakan metode Simes dengan penambahan pereaksi LB, yang akan menghasilkan warna merah. 2.2.4 STEROID Adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan progestin

16

2.2.5 SAPONIN Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdirin dari dua kelompok : Saponintriterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi. Apabila terdapat terdapat busa yang permanent selama proses ekstraksi dapat mengindikasikan adanya saponin. Dengan adanya saponin dalam ekstrak akan sangat sukar untuk memekatkan maserat, walaupun menggunakan rotary evapolator. Cara yang sederhana untuk mendeteksi saponin adalah dengan memasukkan sejumlah ekstrak alcohol-air kedalam tabung reaksi dan kemudian kocok kuat, apabila terdapat busa pada permukaan yang tertahan cukup lama ,berarti ekstrak mengandung saponin. Cara lain untuk mendeteksi adanya saponin adalah menguji kemampuan menghaemolisis sel darah. Aglikon saponin dapat berupa senyawa steroid atau triterpen. 2.2.6. FENOLIK Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari senyawa tumbuhan, yang mempunyai cirri sama yaitu, cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa feol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya mewreka sering kali berikata dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol alam telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhan, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan lignin, melanin, dan tannin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolik dijumpai pada protein, alakoid dan di antara terpenoid.

17

Peranan beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya lignin sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen bunga), sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih belum diketahui. Bagi biokimiawan tumbuhan, senyawa fenol pada tumbuhan dapat menimbulkan gangguan besar karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Bila kandungan sel tumbuhan bercampur dan membran menjadi rusak selama proses isolasi, senyawa fenol cepat sekali membentuk kompleks dengan protein. Akibatnya, sering terjadi hambatan terhadap kerja enzim pada ekstrak tumbuhan kasar. Sebaliknya, fenol sendiri sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada saat isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim, dan prosedur ini seharusnya dilakukan secara rutin. Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol kepada larutan cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat. Cara ini, dimodifikasi dengan menggunakan campuran segar larutan besi (III) klorida 1% dalam air dan kalium heksasianoferat (III) 1%, masih tetap digunakan sebagai cara umum untuk mendeteksi senyawa fenol pada kromatogram kertas. Tetapi, kebanyakan senyawa fenol (terutama flavonoid) dapat dideteksi pada kromatogram berdasarkan warnanya atau fluoresensinya di bawah lampu UV, warnanya diperkuat atau berubah bila di uapi ammonia. Pigmen fenolik berwarna dan warna ini dapat terlihat selam proses isolasi dan pemurnian.

18

BAB III PROSEDUR KERJA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat : Lumpang Pisau / gunting plat tetes tabung reaksi 100 ml pipet tetes corong pemanas Corong penyaring kecil Lampu spiritus (Bunsen) Mortar dan stamper Erlenmeyer Gelas ukur Beker glass 3.1.2 Bahan Contoh ( simplisia tumbuhan : daun, akar, batang, kulit batang bunga, buah, biji ) Amoniak-kloroform 0.05 N ( 1 ml amoniak dalam 250 ml kloroform) H2SO4 2 N Pereaksi Mayer,. Metanol Asam sulfat pekat Serbuk magnesium
19

aquadest Laruran feCl3 Norit kapas putih Asan acetat anhidrat

3.2

CARA KERJA

3.2.1 Pengujian Kandungan Kimia Golongan Alkaloida Ambil 2-4 g daun segar (1/5 gram daun kering) atau kulit batang dari masing-masing sampel yang di uji. Haluskan dalam lumpang dengan bantuan sedikit pasir dan 10ml kloroform. Setelah halus tambahkan 10ml kloroform amoniak 0,05N kemudian digerus perlahan. Saring larutan dengan corong kecil, didalamnya diletakkan kapas sebagai penyaring dan masukkan hasil saringan kedalam tabung reaksi besar. Tambahkan 10 tetes Asam sulfat 2N dan balik-balikkan tabung perlahan atau dikocok perlahan. Biarkan sejenak, hingga terbentuk pemisahan lapisan asam dan lapisan kloroform. Ambil lapisan asam dengan bantuan sebuah pipet bersih, dan pindahkan kedalam sebuah tabung reaksi kecil. Ke dalam tabung reaksi kecil tambahkan satu tetes pereaksi Mayer. Reaksi positif bila terdapat kabut putih hingga gumpalan putih/endapan puith. Reaksi positif1 sampai positif 4. untuk melihat kepekatan endapan dapat digunakan Kinin Sulfat untuk +1 = 1:10.000, +2 = 1:2.500, +3=1:1.500, +4=1:100)

20

3.2.2 Pengujian Kandungan Kimia Flavonoid, Terpenoid, Fenolik, Saponin (Metoda Simes et all) Ambil sebanyak 4 gram sampel yang telah di rajang, lalu rendam dalam etanol pada botol infus kecil. Panaskan, lalu saring, filtratnya diuapkan sampai kering. Tambahkan aquades dan kloroform sebanyak 1:1 kedalam tabung reaksi, lalu kocok dan biarkan memisah Terbentuk 2 Lapisan: Terbentuk Lapisan Kloroform dibagian bawah Untuk Pemeriksaan Senyawa Terpenoid dan Steroid Lapisan Air dibagian atas. Untuk Pemeriksaan Flavonoida dan Terpenoid. Uji Fenol Ambil sebahagian lapisan airnya lalu teteskan 3 tetes pada dua buah lubang pada plat tetes. Dimana lubang pertama hanya berisi filtrat sebagai standar sedangkan pada lubang yang kedua filtrat ditambahkan dengan FeCl3. Amati Warna yang terbentuk, kalau terbentuk warna biru-biru gelap, berarti sampel mengandung Fenolik. Lalu Bandingkan warna yang terbentuk dengan menggunakan larutan senyawa fenolik yang tersubstitusi dengan mono-, di-, dan trihidroksi. Uji Saponin Masukkan sebahagian lapisan Air yang tersisa ke dalam tabung reaksi. Tutup mulut tabung reaksi dengan penyumbat karet dan Kocok kuat, biarkan selama 15 menit. Kalau terbentuk busa yang tidak hilang, berarti sampel mengandung saponin

21

Uji Terpenoid dan Steroid. (Metode Lieberman-Bouchard) Ambil lapisan kloroformnya masukkan ke dalam pipet yang berisi norit yang ujungnya telah diberi kapas, biarkan kloroform menetes dengan perlahan melalui ujung pipet, apabila tak mau menetes, gunakan karet pipet untuk memberikan tekanan sehingga kloroform dapat menetes keluar. lalu hasil disaringan yang berwarna bening teteskan 3 tetes pada dua buah lubang pada plat tetes dimana pada lubang pertama hanya berisi filtrat yang berwarna bening sebagai standart dan lubang kedua filtrat yang di tambahkan asam asetat anhidrat dan H2SO4 pekat. Amati perubahan Warna Yang Terjadi, jika terbentuk warna merah berarti sampel mengandung terpenoid tapi jika terbentuk warna biru-ungu, berarti Sampel Mengandung Steroid. Lakukan percobaan dengan menggunakan Senyawa Terpen/Steroid Pembanding. Uji Flavonoida (Sianidin Test) Ambil kira-kira sebagian kecil dari lapisan air ( 1 ml ) dan di pindahkan dengan pipet kedalam tabung reaksi kecil. Masukkan 1-2 butir logam Mg dan beberapa tetes asam klorida pekat (Penambahan asam klorida dilakukan dalam Lemari Asam). Amati Perubahan Warna Yang Terjadi, Maka Akan Terbentuk Warna Orange Sampai Merah Menandakan Adanya Flavonoid (Kecuali Isoflavon). Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan pembanding Baku rutin atau dengan menggunakan Daun Singkong (Manihot Utilissima).

22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Dari percobaan yang telah di lakukan, maka di peroleh hasil sebagai berikut: Urena lobata L positif mengandung metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, dan Saponin. Leea indica (Burm. f.) Merr positif mengandung metabolit sekunder Flavonoid dan Fenolik

4.2. PEMBAHASAN Pada percobaan yang telah dilakukan untuk pengujian senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang dilakukan dengan menggunakan dua metode culvenor fritzgerald untuk pemeriksaan alkaloid dan metode simes dkk yang dimodifikasi. Pada pemeriksaan alkaloid dengan metode culvenor fritzgerald, sampel digerus dengan pasir untuk memecah sel tumbuhan sehingga mudah menarik zat aktifnya, selain itu untuk mempermudah penggerusan dan menggunakan beberapa reagen, seperti : kloroform, kloroform amoniak, H2SO4 2N dll. Untuk pemeriksaan senyawa metabolit sekunder dengan metode simes dkk yang telah dimodifikasi digunakan etanol sebagai pelarut organik. Penggunaan norit pada pemeriksaan terpenoid dan steroid berfungsi untuk mengikat zat warna lain seperti klorofil. Berdasarkan data yang didapat dari percobaan diatas yang masih belum sempurna, hal ini mungkin menyebabkan adanya perbedaan hasil perobaan dengan data yang terdapat dari literatur. Pada literatur Leea indica (Burm. f.) Merr positif mengandung saponin tetapi setelah dilakukan percobaan didapat hasil

23

bahwa saponin pada tanaman tersebut negatif. Hal ini terjadi mungkin adanya kesalahan dalam uji yang dilakukan, seperti alat yang kurang bersih dan pipet yag kotor. Pada tanaman Urena lobata L setelah diuji fitokimia menunjukan hasil yang sama dengan literature yang kami dapat. Dimana literatur tersebut menyatakaan bahwa adanya senyawa flavonoid, fenolik, dan saponin pada tanaman Urena lobata L.

24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan setelah dilakukan percobaan tersebut didapat snyawa pada tanaman : Urena lobata L positif mengandung metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, dan Saponin. Leea indica (Burm. f.) Merr positif mengandung metabolit sekunder Flavonoid, Fenolik, dan saponin.

5.2 Saran Adapun untuk percobaan selanjutnya disarankan kepada praktikan agar : Memahami Prosedur Kerja Sebelum Melakukan Percobaan. Lebih hati-hati dalam melakukan percobaan apalagi pada saat menambahkan reagen atau pelarut. Pada saat menambahkan Asam, sebaiknya dilakukan di lemari asam. Menggunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing pereaksi agar pereaksi tidak terkontaminasi zat lain. Sebaiknya menggunakan masker mencegah terhirupnya gas yang berbahaya dari pelarut yang dipakai. Dan menggunakan sarung tangan agar pada saat tertetes pelarut yang berbahaya tidak langsung terkena kulit. Limbah hasil reaksi harus dibuang pada 1 botol kaca atau wadah, kemudian di musnahkan menurut prosedur yang baik atau apabila memungkinkan di daur ulang. Karena limbah tersebut dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia Lebih teliti dalam melihat dan menyimpulkan hasil percobaan.

25

DAFTAR PUSTAKA Djamal, R, Tumbuhan sebagai sumber bahan obat, Padang :UNAND, 1998 Djamal, R, Fitokimia ,FMIPA,Padang :UNAND,1998 Keyne, Tumbuhan berguna indonesia, jilid 11 dan 111, cetakan ke-1,jakarta:yayasan sarana wanjaya,1987.
http://www.nwpii.com/ajbms/papers/AJBMS_2012_2_06.pdf http://www.fs.fed.us/global/iitf/pdf/shrubs/Urena%20lobata.pdf

26

Lampiran 1. Urena lobata L

2. Leea indica (Burm. f.) Merr.

27

Anda mungkin juga menyukai