Disusun Oleh
FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara dengan wilayah yang luas memiliki keanekaragaman
alam yang melimpah. Indonesia sendiri menduduki urutan kedua setelah Brazil dan lima negara
lainnya sebagai negara megabiodiversity (Fellows, L., 1992). Sebagai negara dengan ragam
kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki cakupan hutan yang luas. Selain sebagai
penyumbang oksigen, wilayah hutan yang luas memiliki potensi sebagai tanaman obat. Tanaman
obat telah banyak digunakan oleh negara-negara lain (baik maju atau berkembang) di berbagai
belahan dunia. Obat herbal telah dimanfaatkan hampir 80 % di negara berkembang dan 65%
pemakaian obat herbal di negara maju, pernyataan ini disampaikan oleh WHO yang merupakan
salah satu badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang aktif bergerak di bidang kesehatan
(Sinambela, J.M., 2003). Indonesia merupakan salah satu negara dengan dengan sejarah
pemanfaatan bahan tanaman obat-obatan yang cukup lama. Masyarakat Indonesia telah
menggunakan jamu dari beberapa dekade yang lalu. Seiring perkembangan zaman, jamu yang
digunakan oleh masyarakat telah dimanfaatkan oleh banyak industri-industri yang bergerak di
bidang kesehatan dengan memanfaatkan tumbuhan obat sebagai bahan bakunya untuk
menciptakan produk jamu yang lebih modern dan lebih berkhasiat. Namun pemanfaatan tanaman
obat untuk dijadikan sebagai alat kesehatan masih tetap diawasi. Karena tanaman yang diyakini
sebagai tanaman obat pun memiliki efek samping apabila digunakan tanpa pengawasan dan
penelitian lebih lanjut. Melihat potensi yang dimiliki oleh Indonesia terkait tanaman obat, perlu
dilakukannya studi yang lebih mendalam mengenai tanamanobat dan penggunaannya. Dalam
laporan ini akan dibahas mengenai keragaman tanaman obat serta perencanaan pembuatan
tanaman obat. (modul 1 hanya perkenalan dan identifikasi)
B. Tujuan
1. Mengetahui keragaman tanaman obat yang biasa digunakan di masyarakat dan cara
mendeskripsikan masing-masing tanaman obat tersebut.
2. Mampu mengidentifikasi jenis tanaman obat dilihat dari daun, (daun termasuk
simplisia) biji atau simplisianya serta mengetahui fisiko kimiannya serta manfaatnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara yang kaya dan mempunyai keragaman hayati yang tinggi
termasuk keragaman tanaman obat. Kawasan hutan tropis Indonesia yang luas merupakan tempat
tumbuh 80% dari tumbuhan obat yang ada di dunia, jika dikelompokan berdasarkan familinya
maka jenis tanaman obat yang ada di Indonesia dikelompokan ke dalam 203 famili (P2KKH
Hayati, Kehutanan IPB, 2001). Tanaman obat adalah jenis spesies sebagian atau seluruh bagian
dari tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, untuk perawatan kesehatan
karena memiliki satu atau lebih komponen zat aktif (Allo, 2010). Tanaman obat tidak hanya
membantu penyembuhan dari berbagai jenis penyakit, tetapi juga telah digunakan nenek moyang
sebagai pangan yang mampu menjaga stamina tubuh jika digunakan dalam dosis rendah. Bagian-
bagian dari tanaman obat yang memiliki khasiat obat digunakan sebagai bahan mentah dalam
pembuatan obat modern maupun tradisional, beberapa bagian dari tanaman obat yang sering
digunakan seperti radix, rhizome, kaulis, kortex, folium, floss, fruktus dan semen (Sari, 2010).
Simplisia merupakan bentuk kering dari tumbuhan obat, dimana bentuk, aroma, rasa masih
tampak seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan obat dengan cara
menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang dikandung tanaman obat tersebut tidak
berubah selama waktu penyimpanan sebelum obat tersebut dikonsumsi(Brotosisworo,2004).
Jenis-jenis simplisia seperti simplisia nabati (simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman), simplisia hewani (simplisia yang beruba hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan, belum berupa zat kimia murni), simplisia mineral (simplisia
berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana,
belum berupa zat kimia murni) ( Agoes, 2007). Karakteristik simplisia yang baik ialah tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung zat aktif yang
berkhasiat. Keadaan simplisia yang baik dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia
daun dan bunga jika diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan,
dan untuk simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia
yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya (Herawati at all,
2012). Pada umumnya cara pembuatan simplisia melalui tahap pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan
pemeriksaan mutu (Depkes, 1985).
Kelebihan dari pengobatan dengan ramuan tumbuhan secara tradisional adalah tidak
menimbulkan efek samping, mudah didapat, dan mudah proses pembuatannya. Meningkatnya
penggunaan obat alami di tingkat nasional dan international, dapat mendorong pertumbuhan
industri obat tradisional di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan, mengingat Indonesia kaya
akan pengetahuan pengobatan tradisional, tumbuhan obat dan rempah-rempah. Kendala yang
banyak dihadapi adalah kurangnya penelitian yang terdokumentasi, dan pengembangan
pengetahuan pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat. Hal ini mengisyaratkan pula masih
banyak spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan obat yang belum tergali dan mendapat
perhatian bahkan nyaris terlupakan (Setyowati, 1997).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat :
1. Buku identifikasi tanaman berkhasiat Sesuaikan dengan praktikum yaa
2. Mikroskop
3.2 Bahan :
1. Beberapa jenis simplisia
2. Beberapa jenis biji-biji tanaman berkhasiat
3. Beberapa herbarium tanaman berkhasiat
Dicari klasifikasi dalam buku klasifikasi atau digunakan pustaka dan on line
clasfication
Buah: berbentuk
polong dalam
tandan
Bunga : tersusun
dalam malai yang
berbentuk cambuk
yang panjang
bagian atas
melebar seperti
jengger ayam
berbentuk bulir.
Buah: berbentuk
kotak, bentuknya
bulat telur, warna
merah kehijauan
Untuk pembahasan diharapkan praktikan bisa menjelaskan lebih rinci mengenai kegunaan dari
masing-masing tanaman obat yang diamati. Contohnya mekanisme penyembuhan penyakit dari
tanaman obat (efek terapeutik yang dihasilkan). Atau bisa ditambahkan mengenai asal mula
diketahuinya efek kesehatan dari konsumsi tanaman obat tsb.
Selain itu juga, dicantumkan juga mengenai perbandingan antar tanaman obat ya ng diamati.
Misalnya memiliki efek terapeutik yang sama, atau memiliki kandungan senyawa metabolit yang
sama.
Semangat
Pembahasan
1. Tempuyung
Tempuyung sebagai salah satu jenis tanaman obat potensial yang menggunakan bagian
daunnya untuk pengobatan, secara empiris sering digunakan untuk mengobati asam urat,
kencing batu, obat bengkak, batuk, asma, demam, peradangan, antiinflamasi dan
antibakteri. Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu berupa ion-ion
mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-
glukosida, apigenin-7-O-glukosida) (Rohaeti et al., 2011), kumarin (skepoletin),
taraksasterol, inositol dan asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat) (Yuliarti, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Brotosisworo. S.2004. Simplisia Sangat Bervariasi Baik Ujud Maupun Kandungan Khasiatnya.
Warta Standarisasi.
Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes: Jakarta.
Fellows, L (1992).The Lancet, 339, 130.Katno dan Pramono S. 2010.Tingkat Manfaat dan
Keamanan Tumbuhan Obat dan Obat.
Herawati, Nuraida, dan Sumarto. 2012. Cara Produksi Simplisia Yang Baik. Seafast Center.
Bogor. 10-11.
Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dan Fakultas Kehutanan IPB.
2001. Rancangan Strategi Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor.
Putri, FSA. 2008. Strategi Pemasaran Obat Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor Jawa
Barat. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rohaeti, E., R. Heryanto, M. Rafi, Wahyuningum, L.K. Darusman. 2011. Prediksi kadar flavonoid
total tempuyung (Sonchus arvensis L.). Produksi Simplisia dan Kandungan Bioaktif
menggunakan kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. Jurnal Kimia.
5(2): 101-108.
Sari, N. I. 2010. Studi Etnobotani Tumbuhan Herba Oleh Masyarkat Karo di Kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser. (Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten
Langkat). Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatra Utara Medan.