PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk
obat, salah satu tanaman obat yang sering digunakan masyarakat untuk pengobatan
ialah daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth). Daun miana mengandung
Selain itu, daun miana mengandung alkaloid, flavonoid, dan polifenol yang
Corak, bentuk dan warna miana beranekaragam, tetapi yang berkhasiat obat adalah
yang berkhasiat sebagai antibakteri, diare, bisul, infeksi telinga, wasir maupun
Escherichia coli yang merupakan bakteri gram negatif penyebab penyakit diare dan
kulit seperti bisul. Secara alami kedua bakteri ini merupakan bakteri flora normal
dalam tubuh, tetapi bila populasinya melebihi dan keberadaannya diluar habitat
aslinya, kedua bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit. Selain itu, kedua
bakteri ini merupakan bakteri patogen dan sering resisten terhadap berbagai jenis
pengobatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencarian senyawa yang memiliki
sebagai antibakteri telah dilakukan yaitu ekstrak etanol daun miana (Coleus
mnghambat bakteri Staphylococcus aureus. Konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80%
ekstrak 40%, dan 80% merupakan konsentrasi efektif untuk menghambat bakteri
etanol daun miana (Coleus scutellariodies (L) Benth) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Maka dari itu penelitian kali ini mengembangkan dengan
C. Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
budidaya dan manfaat daun miana (Coleus scutellariodies (L) Benth) sebagai
obat tradisional yang dapat digantikan sebagai bahan pengganti obat sintetik,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hijau, walaupun beberapa jenis daun memiliki warna yang lain selain
hijau. Warna hijau disebabkan oleh kandungan zat hijau yang disebut
melalui peleburan antara sel kelamin betina dan sel kelamin jantan.
telur.
yaitu tepi yang rata (integer) dan daun yang tidak rata. Tepi daun
miana yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus)
atau berlekuk.
dan kiri ibu tulang daun. Dengan kata lain, daun memiliki satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal daun sampai keujung daun, dan dari
ibu tulang daun tumbuh tulang cabang ke samping kiri dan kanan,
jarang dijumpai dengan warna yang berbeda, ada juga yang memiliki
warna campuran seperti hijau bercampur merah pada puring
(codiaeum variegatum).
daun.
2. Nama Daerah
3. Klasifikasi Tanaman
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleus
1989).
B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
digunakan sebagai obat dalam atau banyak digunakan sebagai obat dalam
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
a. Simplisia Nabati
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
b. Simplisia Hewani
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
pelikan atau mineral yang belum diolah denagn cara sederhana dengan
ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting karena sejak tahap awal
(yakni, larutan senyawa atau bahan yang akan diekstraksi) dan linarut (yakni,
Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik dan
digunakan tergantuk pada polaritasnya senyawa yang akan disari, mulai dari
yang bersifat non polar hingga polar, sering disebut sebagai ekstraksi
dilakukan terhadap bahan yang telah dikeringkan. Kerja berbagai enzim yang
matahari dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Salah satu contoh pegeringan
simplisia kering dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak terlalu
senyawa, pelarut yang digunakan dan atal tersedia. Struktur untuk setiap
1) Maserasi
seterusnya.
2) Perkolasi
5 kali bahan.
1) Refluks
sempurna.
2) Sokhlet
3) Digesti
40°C-50°C.
4) Infus
5) Dekok
penyari akan menembus masuk pada dinding sel dan masuk kedalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan
yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
yang sekecil-kecilnya antara larutan dalam sel dengan larutan diluar sel
lebih dari 50°C hingga konsentrasi yang yang dikehendaki (Dirjen POM,
1979:9).
menurut cara yang sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang
dengan cara maserasi atau perkolasi suatu simplisia dengan pelarut yang
dibuat dengan menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat
berkhasiat keras.
dalam sitoplasma
Organisme Unisel Multisel
1. Staphylococcus aureus
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
kumpulan dari anggur dan kata “Aureus” dalam bahasa latin yang berarti
emas. Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel yang berwarna
keemasan.
anggur, satu-satu atau berpasangan, tidak bergerak, tidak tahan asam, diatas
pembenihan ada berupa koloni bulat dan sedikit cembung, amorf dan tidak
ditemukan dalam bentuk berpasangan, rantai pendek dan kokus yang tunggal.
bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tumbuh pada suhu 37°C.
Pertumbuhan baik dan khas adalah pada suasana aerob, bersifat anaerob
1. Medium Kompleks
ekstrak dari beberapa jenis jaringan tumbuhan, daging, kasein, ragi yang
Jenis medium ini dibuat dari beberapa jenis bahan kimia dengan
1. Medium Umum
Merupakan medium umum semi sintetik atau alami yang
Broth/NB, Nutrient Agar/ NA, adalah medium umum untuk bakteri dan
2. Medium Selektif
3. Medium Diperkaya
komponen yang berasal dari makhluk hidup, seperti darah, serum, atau
4. Medium Diferensial
yaitu medium cair, medium semi padat, medium padat. Medim padat dan
semi padat adalah medium cair yang ditambahkan bahan pemadat yaitu
agar. Agar merupakan ekstrak dari ganggang laut yang secara kimiawi
sulit dicerna oleh enzim, tidak toksik dan bersifat padat pada kisaran 0°-
8°C, agar sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan pemadat untuk
Selain itu, karena sifatnya masi berbentuk cair pasa suhu 45°C
2010).
memiliki lebih banyak protein. Namun Nutrient Agar adalah medium standar
untuk tumbuh berbagai jenis bakteri dan merupakan cara yang baik untuk
mulai belajar tentang bagaimana koloni bakteri dapat tumbuh dan menyebar
(Safitri, 2010).
(Safitri,2010).
Mikroorganisme Pertumbuhan
Escheria coli Sangat baik
Staphylococcus aureus Sangat baik
Staphylococcus epidermis Sangat baik
F. Sterilisasi Medium
yang digunakan tergantung pada jenis dan sifat bahan yang disterilkan.
Dalam proses sterilisasi alat maupun bahan banyak sekali cara yang dapat
dilakukan. Namun yang akan dibahas kali ini adalah sterilisasi dengan uap
Pada sterilisasi dengan uap panas bertekanan, alat yang digunakan pada
jika dibandingkan dengan cara-cara sterilisasi lainnya. Alat atau bahan yang
dapat disterilkan dengan cara ini tidak akan rusak karena pemanasan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tujuan untuk mengetahui uji aktivitas bakteri pada ekstrak etanol daun miana
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai Juni. Tempat
gelas kimia 100ml (Pyrex), vial, gelas ukur 100ml (Pyrex), inkubator
(Pyrex), lampu spritus, labu ukur (Pyrex), autoklaf (GEA), oven (E-
Scientific), penangas air (Memmert dan Labtech), pipet skala (Vitlab), pipet
tissue, kapas, kertas HVS, Paper Disk dan baikan murni Staphylococcus
aureus.
E. Pengolahan Sampel
Sampel daun miana yang telah diambil dicuci bersih dengan air
F. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dicuci dengan detergen atau dibilas dengan
air suling. Alat-alat yang terbuat dari gelas dubungkus dengan kertas HVS
Alat-alat karet dan plastik (tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi)
G. Cara Kerja
etanol 96%, sebanyak 500 g serbuk simplisia daun miana yang diperoleh
pada media agar dengan cara menggores secara zig-zag diatas permukaan
medium agar miring, melalui dari ujung bagian bawah sampai bagian
atas, lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.
goyang setelah itu masukkan kedalam cawan petri dan dibiarkan hingga
memadat.
1) Ekstrak daging 3 g
2) Pepton 5 g
3) Agar 15 g
6. Uji mikrobiologi
Ekstrak etanol daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) dibuat
dalam konsentrasi 5%, 10%, 15% dan larutan kontrol (Amoxicillin)
dengan cara ditimbang 0,05g, 0,010g dan 0,015g ekstrak etanol daun
miana lalu ditambahkan masing–masing aquadest sebanyak 10 ml,
kemudian dicelupkan paper disk pada larutan ekstrak yang telah dibuat
dalam beberapa konsentrasi begitupun pada kontrol positif dan kontrol
negatif, kemudian diletakkan diatas medium yang telah memadat, setelah
itu cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian dimasukkan kedalam
inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.
7. Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan dilakukan setelah 1×24 jam masa inkubasi. Daerah
bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau
bahan antibakteri lainnya yang digunakan sebagai bahan uji yang
dinyatakan dengan lebar zona hambat. Diameter zona hambat diukur
dalam satuan millimeter (mm) menggunakan jangka sorong. Kemudian
diameter zona hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya antibakteri.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Uji Daya Hambat Tablet serbuk Jahe
B. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak daun miana
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun
aureus.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun miana (Coleus
scutellariodies (L) Benth) yang langsung diambil dari kelurahan Malino, kabupaten
Gowa. Sampel daun miana yang telah diambil dicuci bersih dengan air mengalir
potong kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah itu sampel
diserbukkan selanjutnya disimpan dalam toples dan sampel siap untuk diekstraksi.
Ekstrak daun miana diperoleh dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%,
sebanyak 500 g serbuk simplisia daun miana yang diperoleh dimasukkan dalam
toples kaca untuk dimaserasi, kemudian direndam dengan larutan etanol 96% sampai
serbuk simplisia terendam selama 3×24 jam, sampel yang direndam tersebut disaring
Ekstrak etanol ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum
medium Nutrient Agar (NA) yang dituang secara aseptis kedalam cawan petri yang
merupakan media pertumbuhan atau sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba uji.
Pembuatannya dengan cara ditimbang NA 2,3 gram lalu dilarutkan kedalam 100 ml
aquadest dan dipanaskan pada hot plate, lalu dibuat media agar miring NA steril
dengan cara dituang sebanyak ±10 ml pada tabung reaksi dan ditutup dengan kapas
lalu disterilisasi di autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit kemudian dikeluarkan
dengan bakteri Esherchia coli menggunakan jarum ose steril kemudian diinkubasi
pada suhu 37℃ selama 24 jam. Bakteri Esherchia coli yang telah diinokulasi
dalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml medium agar yang telah dibuat lalu digoyang
hingga homogen. Setelah homogen medium yang berisi suspensi bakteri uji tersebut
dimasukkan dalam cawan petri secara aseptis dan dibiarkan hingga memadat.
Ekstrak etanol daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) dibuat dalam
konsentrasi 5%, 10%, 15% dan larutan kontrol (Amoxicillin) dengan cara ditimbang
0,05g, 0,010 g dan 0,015 g ekstrak etanol daun miana lalu ditambahkan masing–
Benth) dibuat dalam konsentrasi 5%, 10%, 15% dengan cara ditimbang 0,05 gr,
0,010 gr dan 0,015 gr ekstrak etanol daun miana lalu ditambahkan masing–masing
10% dan 15%. Dilakukan juga pembuatan larutan kontrol positif (Amoxicilin) dan
negatif (aquades).
Staphylococcus aureus. Pengujian ini dilakukan dengan cara paper disk dicelupkan
pada medium agar. Penempatan paper disk yang telah diberi sediaan pada medium
bertujuan untuk melihat zona hambat dari ekstrak daun miana (Coleus
telah diberi paper disk diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 370C selama 1 x 24
jam. Diinkubasi selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri dimungkinkan
telah berada pada fase logaritmik atau eksponensial, pada fase tersebut bakteri
jumlah bakteri dapat dihambat oleh paper disk yang telah diberi antibakteri. Setelah
diinkubasi dilakukan pengamatan dan pengukuran pada zona bening yang terbentuk
jangka sorong untuk menentukan luas zona hambat dan nilai konsentrasi hambat
terbentuk. Davis dan Stout (1971) menjelaskan bahwa klasifikasi respon hambatan
pertumbuhan bakteri yang dilihat berdasarkan diameter zona bening terdiri atas 4
kelompok yaitu respon lemah (diameter ≤5 mm), sedang (diameter 5-10 mm), kuat
memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dapat dilihat
pertumbuhan bakteri dengan zona hambatan 5,37 mm, pada konsentrasi 10%
dengan zona hambatan 8,57 mm, serta pada konsentrasi 15% dengan zona hambatan
sebesar 9,8 mm, sedangkan kontrol negatif tidak memiliki daya hambat dan kontrol
positif dengan zona hambat 11,7 mm. Pada tabel data hasil pengamatan dimana
ketiga konsentrasi sediaan tablet ini yaitu konsentrasi 5%, 10% dan 15% telah
ekstrak etanol daun miana dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% memiliki respon
digunakan, hambatan yang paling besar adalah konsentrasi 15%. Respon hambatan
yang diperoleh dari ketiga konsentrasi 5%, 10% dan 15% itu termasuk kategori
sedang.
a. Kepadatan inokulum, jika inokulum terlalu sedikit, maka zona hambat akan
d. Waktu inkubasi, hampir semua cara penggunaan waktu inkubasi 16-18 jam.
e. Ukuran cawan petri, kedalaman medium, dan pemberian jarak pada cakram
antibiotik.
Selain itu adapun faktor lain yang mempengaruhi ukuran zona hambatan
diantaranya waktu, suhu, jumlah tipe bakteri, senyawa organik dan konsentrasi. Nilai
pH dari medium, beberapa antimikroba pada kondisi asam dan beberapa basa
alkali/basa.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa ekstrak etanol daun miana (Coleus scutellariodies (L) Benth) efektif
B. Saran
daun miana kosentrasi tertinggi metode pengujian pada uji daya hambat
yang berbeda.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1995. Materi Medika Indonesia. Jilid VI, Jakarta: Depkes RI, hal.109-
110.
Putra S.W, 2016. Kitab Herbal Nusantara Aneka Resep & Ramuan Tanaman
Obat Untuk Berbagai Gangguan Kesehatan: Yogyakarta.
Rosanti Dewi, 2013. Morfologi Tumbuhan. PT Gelora Aksara Pratama: Penerbit
Erlangga.
Safitri.R & Novel. S.S, 2010. Analisis Mikroorganisme Isolasi dan Kultur:
Jakarta.
Sartika Riska, Melky dan Anna I.S. Purwiyanto. 2013. Aktifitas Antibakteri
Ekstrak Rumput laut Staphylococcus aureus. Program Studi Ilmu Kelautan
FMIPA, Universitas Sriwijaya Indonesia.
Sudarminto Setyo Yowono. 2015. Rumput Laut Merah. Universitas Brawijaya.
Sundari D & Winarno MW. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare
di Indonesia.Cermin Dunia Kedokteran.
Lampiran 1
Gambar I
Gambar II
Keterangan :