Anda di halaman 1dari 7

RESUME BELAJAR MANDIRI

BLOK 2 MANAJEMEN PRAKTIK KEFARMASIAN

OLEH

Nama : Nur Ainan Alfi

Stambuk : 15120200001

Kelompok : 1

Tutor : A. Mumtihanah, S.Farm., M.Si., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode perencanaan dan perhitungan terkait perencanaan
kebutuhan obat disuatu RS
Menurut pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit 2010
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode:
a. Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan
farmasi yang dibutuhkan adalah:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.
b. Metode Morbiditas/Epidemiologi
Dinamakan metode morbidotas karena dasar perhitungan adalah jumlah
kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load)
yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu
(lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini adalah:
1. Menentukan jumlah pasien yang dilayani
2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit.
3. Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.
4. Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
5. Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.
c. Kombinasi metode konsumsi dan metode morbiditas disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia. Acuan yang digunakan yaitu:
 DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit (Standard
Treatment Guidelines/STG), dan kebijakan setempat yang berlaku.
 Data catatan medik/rekam medik
 Anggaran yang tersedia
 Penetapan prioritas
 Pola penyakit
 Sisa persediaan
 Data penggunaan periode yang lalu
 Rencana pengembangan
Menurut pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit 2010 dan Menurut
Implementasi manajemen dalam pelayanan kefarmasian 2019.
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan pada skenario dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi.
Adapun rumus metode konsumsi :
A = (B + C + D) – E
Keterangan :
A : Jumlah obat yang dibutuhkan
B : Pemakaian rata-rata seminggu
C : Waktu tunggu kedatangan obat
D : Buffer stok 10-20%
E : Sisa stok
Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan kebutuhan pada skenario yaitu :
Selama tahun 2019 (januari 2019) = 3150 botol @1000 tab
Kekosongan 2 bulan
Sisa stok = 150 botol @1000 tab = 150.000 tab
Stok pengaman 20% dalam waktu tunggu 2 bulan
a. Pemakaian rata-rata = 12 – 2 = 10 buulan
= 3.150.000 / 10
= 315.000 tab/bln
b. Pemakaian dlm 12 bln= 315.000 x 12
= 3.780.000 tab
c. Stok pengaman 20% = 20 x 3.780.000
= 756.000 tab

d. Lead time per bulan = 2 x 315.000 tab/bulan


=756.000 tab
e. Kebutuhan quinine tahun 2019 = 3.780.000 + 756.000 + 630.000
= 5.116.000 tab
f. Perencanaan = 5.166.000 – 150.000
= 5.016.000 tab
= 5.016 botol @1000 tab

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai manajeman Perencanaan farmasi


di IFRS
Menurut pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit 2010 dan
Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
sakit
Tahapan perencanaan ada 2 yaitu :
1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar
benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah
sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:
a. Jenis obat yang dipilih.
b. Hindari penggunaan obat kombinasi
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of
choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
2. Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama
setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.
3. Mahasiswa mampu menerapkan dan menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan obat di RS
Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah sakit
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
ditetapkan;
c. pola penyakit
d. efektifitas dan keamanan
e. pengobatan berbasis bukti
f. mutu
g. harga
h. ketersediaan di pasaran
Kriteria pemilihan Obat
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan
aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya kekosongan
obat dan tindakan apoteker dalam mencegah terjadinya kekosongan obat

Thinni Nurul Rochmah, dkk 2015: faktor bab terjadinya kekosongan obat disebabkan oleh
perencanaan belum menerapkan konsep obat esensial dan belum mencerminkan kebutuhan
obat riil 100% menyebabkan tingkat ketersediaan obat terganggu dan terjadi kekosongan
(stock out) , masalah kekosongan obat tersebut dipengaruhi oleh faktor yang ada di Dinas
Kesehatan kabupaten yang menyediakan dana pengadaan dan pengelolaan instalasi farmasi
kabupaten / kota sendiri yang menyediakan informasi pengelolaan obat yang dilakukannya .
PMK no 58 : ketidaktepatan dalam perencanaan, belum terigstrasi, kesalahan dalam
pemesana obat, kesalahan dalam pendistribusian
PMK no 72 : faktor penyimpanan, ketidaktepat pengalokasian dana,
PMK no.72 : Cara mengatasi kekosongan obat adalah dengan melihat pedoman perencanaan
yang harus dipertimbangkan yaitu anggaran dana yang tersedia, waktu tunggu pemesanan,
data pemakaian periode sebelumnya, rencana pengembangan, penetapan prioritas dan sisa
persediaan.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang peran apoteker dalam mengatasi
Kekosongan dan stok pengaman
PMK no. 72 tahun 2016
Peran apoteker dalam mengatasi kekosongan obat yaitu seorang apoteker harus dapat
mengkoordinir semua anggota dalam instalasi farmasi rumah sakit agar tidak tterjadi
kekurangan ataupun kekosongan sediaan farmasi dalam hal ini adalah sediaan obat, alat
Kesehatan, dan BMHP. Telah ada aturan dan juga pedoman yang jelas mengenai hal
tersebut mulai dari tahap perencanaan, pengadaan yang tepat, cara mempersiapkan stok
pengaman ataupun mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini apoteker
tinggal mengaplikasikan segala tata cara dan petunjuk agar tidak terjadi kekurangan
ataupun kekosongan sediaan farmasi.
KESIMPULAN :
Maha

DAFTAR PUSTAKA

Noviani, L, 2019 “Implementasi Manajemen Dalam Pelayanan Kefarmasian”, PT. ISFI


Penerbitan
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit, 2010, Kementerian Kesehatan RI
Bekerjasama Dengan Japan Internasional Cooperation Agency
PERMENKES, 2016 “No. 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit”
Menteri Kesehatan RI
Thinni Nurul Rochmah, dkk.2015. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Obat
Publik di Instalasi Farmasi Kabupaten (Studi di Papua Wilayah Selatan). Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Vol.13, No.1

Anda mungkin juga menyukai