Disusun oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
D-III FARMASI
JURUSAN FARMASI
II. TUJUAN :
Metode perencanaan kebutuhan obat dipilih berdasarkan sumber daya yang tersedia
pada fasilitas kesehatan terkait. Setiap metode perencanaan kebutuhan obat memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam aplikasinya di lapangan. Perencanaan kebutuhan obat dengan metode
konsumsi memerlukan data penggunaan obat periode sebelumnya untuk menentukan
kebutuhan obat periode selanjutnya. Metode relatif lebih sederhana sehingga sering menjadi
pilihan dalam merencanakan kebutuhan obat, namun penggunaan obat yang tidak rasional
tidak dapat dicegah karena obat yang diresepkan berdasarkan obat yang tersedia sehingga jika
penggunaan obat periode sebelumnya tidak rasional maka akan terus menjadi tidak rasional.
Metode ini dapat digunakan secara efektif dan efisien apabila tersedia data penggunaan obat
dari tahun ke tahun secara lengkap dan pemakaian di unit pelayanan bersifat konstan dan tidak
fluktuatif (Sulistyorini, 2016).
1. Metode Morbilitas
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan pada praktikum ini menggunakan
metode morbilitas . Metode morbiditas membutuhkan jumlah kunjungan pasien, pola
penyakit yang ada pada fasilitas kesehatan terkait, dan standar panduan pengobatan
yang digunakan untuk menentukan item obat yang akan direncanakan. Metode
morbiditas dianggap sebagai metode ideal dalam menentukan jumlah kebutuhan obat
karena dapat memberikan gambaran kebutuhan obat yang sesungguhnya berdasarkan
pola penyakit yang ada, jenis obat yang tidak ada dalam perencanaan saat ini namun
dibutuhkan oleh pasien dapat dideteksi, dan dapat digunakan sebagai koreksi terhadap
pola peresepan.
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan,
frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah perencanaan
metode ini sebagai berikut:
a) Susun daftar masalah kesehatan/penyakit utama yang terjadi
b) Lakukan pengelompokan pasien, misal: pengumpulan dan penelohan data
dilakukan dengan cara:
I. Anak 0-4 tahun
II. Anak 5-14 tahun
III. Wanita 15-44 tahun
IV. Laki-laki 15-44 tahun
V. Orang tua >45 tahun
c) Prinsip penggolongan umur harus sederhana mungkin.
d) Tentukan frekuensi tiap pemyakit per periode.
e) Susun standar terapi rata-rata/terapi ideal.
f) Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan frekuensi
pengobatan yang diperlukan.
g) Contoh kasus diare, estimasikan:
I. 90% kasus diberi oral dehidrasi.
II. 10% kasus diberi cairan intravena.
III. 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba.
IV. 10% kasus perlu antibiotic untuk disentri, basiler dan kolera17.
V. susundaftar obat yang dikuantifikasikan.
VI. hitung jumlah episode pongobatan untuk setiap penyakit.
VII. hitungsafetystockataujumlahobatperkiraan
Rumus Epidemiologi:
3. Analisis ABC
Dalam analisis ABC terdapat tiga klasifikasi yang sering kali disebut dengan
hukum 80-20 yaitu A, B, dan C yang didasarkan pada volume dollar tahunan. Adapun
pengukurannya adalah dengan cara mengalikan setiap item persediaan dengan biaya
per unit. Persediaan tipe A berisi 20% dari total persediaan dengan biaya total
persediaan 70%-80%, persediaan tipe B berisi 30% dari total persediaan dengan biaya
total persediaan 15%-20%, persediaan tipe C berisi 50% dari total item dengan biaya
total persediaan 5%. Tingkat kesalahan yang dapat diterima menurut rekomendasi
APICS (The American Production and Inventory Control) adalah ‡ 0,2% untuk item A,
+1% untuk item B, dan ‡ 5% untuk item C (Zulfikarijah, 2008).
Terkait dengan pendapatan dari penyediaan obat, analisis ABC dapat digunakan untuk:
IV. LATIHAN :
b. Pasien anak
Jika jumlah kasus demam tifoiddewasa per tahunn adalah 1200 kasus dan demam
tifoid anak adalah 500 kasus, hitunglah perencanaan obat tersebut dengan waktu
tunggu 1 bulan dan stok pengaman 10%.
PENYELESAIAN
Pada praktikum kali ini kelompok saya mendapatkan obat antibiotik , yang teridiri dari
amoxicillin 500 mg tab ,cefadroxil, ampicillin 500 mg tab, ciprofloxacin novell 500 mg tab,
azithromicin acon 500 mg tab.
Untuk pengadaan amoxicillin 500 mg tab akan di adakan sebanyak 1.120.833,3 tablet,
dengan pemakaian rata rata perbulan 83.333,3 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 1.000.000
tablet, stok pengaman 100.000 tablet, stok waktu tunngu 20.833,3 tablet , jumlah harga
pengadaan Rp. 460.353.630.
Untuk pengadaan cefadroxil tab akan di adakan sebanyak 12.425,3 tablet, dengan
pemakaian rata rata perbulan 909,09 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 10.909,09 tablet, stok
pengaman 1.090,9 tablet, stok waktu tunngu 424,4 tablet, jumlah harga pengadaan Rp.
21.537.500 .
Untuk pengadaan Ampicillin 500 mg tab akan di adakan sebanyak 1.479.500 tablet,
dengan pemakaian rata rata perbulan 100.000 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 1.200.000
tablet, stok pengaman 180.000 tablet, stok waktu tunggu 100.000 tablet, jumlah harga
pengadaan Rp. 1.146.612.500.
Untuk pengadaan Ciprofloxacin Novell 500 mg tab akan di adakan sebanyak 24.000
tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 1.500 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 18.000
tablet, stok pengaman 3.600 tablet, stok waktu tunggu 3.000 tablet, jumlah harga pengadaan
Rp. 23.173.000.
Untuk pengadaan Azithromicin Acon 500 mg tab akan di adakan sebanyak 3.155,5
tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 222,2 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 2.666,67
tablet, stok pengaman 266,67 tablet, stok waktu tunggu 222,2 tablet, jumlah harga pengadaan
Rp. 30.933.240.
VI. Kesimpulan
1. Pengelolaan perbekalan farmasi yaitu suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
perencanaan sampai evaluasi, saling terkait antara satu dengan yang lain yang
mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan, monitoring
dan evaluasi.
2. Metode yang dipakai adalah metode konsumsi .
3. Jumlah total harga pengadaan tahun 2022 Rp. 1.682.609.870 .
VI. Pustaka
Daftar Pustaka
https://repository.usd.ac.id/17501/2/078114047_Full.pdf
http://repository.unair.ac.id/105336/2/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf