Anda di halaman 1dari 11

Kegiatan Belajar

Pen gelo la a n Perbeka la n Far mas i d i Rumah Sa kit


 170 Menit

PENDA HULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum, dan Petujuk Belajar
A. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini membahas tentang pengelolaan perbekalan farmasi seperti sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP serta perhitungan yang diaplikasikan dalam
pelayanan kefarmasian.

B. Relevansi
Materi yang dibahas dalam panduan ini terkait dengan materi manajemen farmasi dan
akuntansi; Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit

C. Capaian Pembelajaran Program Studi


1. Sikap dan tara nilai: l
2. Pengetahuan :c,d,g,k
3. Keterampilan umum: h
4. Keterampilan khusus: a,g

D. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Capaian pembelajaran materi ini mahasiswa mampu menjelaskan pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit

E. Petunjuk Belajar
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi kombinasi Student Centered Learning
(SCL) dan TCL (Teacher Centered Learing).
1. Dosen menyampaikan materi kepada mahasiswa disertai dengan diskusi tanya
jawab antar mahasiswa dan dosen.
2. Mahasiswa mengerjakan tugas mandiri yang dibuat dalam bentuk makalah

3. KEMAM PUAN AK HIR YANG DI CA PAI


(K OGN ITIF, AFFEK TI F , DAN P SI KOM OTOR)
4.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
DASAR TEORI

1. RUMAH SAKIT
A. Definisi Rumah Sakit
Definisi rumah sakit adalah sebuah lembaga pelayanan kesehatan yang diberi tugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada perorangan maupun kepada masyarakat yang
bersifat pelayanan kesehatan masyarakat atau pelayanan medis, yang status
penyelenggaraanya dikeluarkan oleh kementrian kesehatan. Rumah sakit sebagai pelayanan
tingkat lanjutan yang diharapkan mampu memberi pelayanan spesialis dan sub super
spesialis. Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit sebagai public service dalam pelayanan kesehatan lebih mengutamakan
aspek kecepatan, ketepatan, kesederhanaan pelayanan, kemudahan, keterjangkauan dan
kepuasan yang tinggi bagi masyarakat. UU No 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengaturan
penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan (Presiden RI, 2009):
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit, dan rumah sakit.
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit diselenggarakan dengan tugas untuk menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada perorangan ataupun secara umum kepada masyarakat luas
dengan tugas utama pelayanan promotif dan preventif yang dikenal dengan pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang diistilahkan dengan
pelayanan medis. Dalam UU No 44 tahun 2009 disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (pelayanan kesehatan
yang meliputi Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif. Dalam UU No 44 tahun 2009 juga
telah disebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, maka rumah sakit
mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
B. METODE PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT
METODE KONSUMSI DAN MORBIDITAS
Metode perencanaan kebutuhan adalah cara atau tehnis dalam merumuskan dan
menetukan kebutuhan obat sehingga dapat diperoleh rancangan kebutuhan obat untuk
periode tertentu. Berdasarkan metode tertentu maka tenaga perencana akan memilih
metode yang tepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Metode inilah yang akan
membantu dalam perencanaan obat. Secara konseptual banyak metode yang digunakan
oleh perencana. Misalnya metode konsumsi dan metode morbiditas. Antara metode
konsumsi dan metode morbiditas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Oleh karena itu, dalam pemilihan kedua metode tersebut, seorang perencana hendaknya
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi diluar kemungkinan yang
tidak diinginkan.
Menurut Kepmenkes RI (2008) dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan
perhitungan secara tetap. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
a. Metode Konsumsi Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisis data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode konsumsi yang perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengumpulan data dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Untuk memperoleh
data kebutuhan obat yang mendekati ketetapan, perlu dilakukan analisa trend
pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan
untuk diperhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi : Daftar obat, Stok awal,
Penerimaan, Pengeluaran, Sisa stok , Obat hilang/rusak, kadaluarsa, Kekosongan
obat, Pemakain rata-rata/pergerakan obat pertahun, Waktu tunggu , Stok pengaman,
Perkembangan pola kunjungan.
1. METODE ABC
Dalam perencanaan kebutuhan obat dikenal pula perhitungan obat dengan
menggunakan metode ABC. Analisis ABC adalah metode dalam manajemen
persediaan (inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang,
tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC didasarkan pada
sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari
nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang
bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie
dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan
konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Berdasarkan hukum Pareto,
analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai
tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar
terprioritas, biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari
peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan
“Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit,
namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Analisis ABC digunakan untuk
menganalisa tingkat konsumsi semua jenis obat. Analisis ini mengenai 3 kelas
yaitu:
a. A (Always) Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam
pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut
menunjukkan 10%-20% macam persediaan memiliki 70%-80% dari total biaya
persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga
memerlukan pengawasan ekstra dan pengendalian yang harus baik.
b. B (Better) Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-
15% dari keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-
95%.
c. C (Control) Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah
obat sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka
pengendalian pada tingkat ini tidak begitu berat. Persentase kumulatifnya
antara 95%-100%.

Menurut Kepmenkes RI (2008) beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan


efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat
adalah dengan cara, analisa ABC. Berdasarkan berbagai pengamatan dalam
pengelolaan obat, yang paling Kelompok Jumlah item Nilai A B C 10-20 % item 20-
40% item 60% item 80 % 15 % 5 % banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi
pertahun hanya diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari
pengamatan terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat
(70%) digunakan untuk pengadaan, 10% dari jenis/item obat yang paling banyak
digunakan sedangkan sisanya sekitar 90% jenis/item obat menggunakan dana
besar 30%.
Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan
yaitu:
1) Kelompok A : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruh.
2) Kelompok B: Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C : Kelompok jenis obat yang sejumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana
obat keseluruhan. Langkah-langkah menentukan kelompok A, B, dan C :
a. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan
cara mengalihkan Jumlah obat dengan harga obat.
b. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang
terkecil
c. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan
d. Hitung kumulasi persennya
e. Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%
f. Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%
g. Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s/d 100%

2. METODE VEN
Metode lain dalam perencanaan obat adalah dengan menggunakan metode
analisa VEN. Seorang perencana dalam menyusun kebutuhan obat dengan
melihat kriteria V = Vital, E = Esensial dan N = Non Esensial. Menurut
Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas
pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan
obat. Kategori dari obat-obat VEN yaitu:
a. V (Vital)
Merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, masuk dalam kategori potensial life saving drug, mempunyai efek
samping withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara teratur dan
penghentiannya tidak tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan
pelayanan kesehatan. Kriteria nilai kritis obat ini adalah kelompok obat yang
sangat essensial atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi
penyakit penyebab kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan. Pada
obat kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan.
b. E (Essensial)
Merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan, namun
sangat signifikan untuk bermacam-macam penyakit tetapi tidak vital secara
absolut, hanya untuk penyediaan sistem dasar. Kriteria nilai kritis obat ini
adalah obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber
penyebab penyakit dan yang banyak digunakan dalam pengobatan penyakit
terbanyak. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam.
c. N (Non Essensial)
Merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh
sendiri dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.
Kriteria nilai krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau
pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan.

3. METODE KOMBINASI ABC-VEN


Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar
yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut
statusnya harus E dan sebagian V (dari analisis VEN). Sebaliknya jenis obat
dengan status N harusnya masuk dalam kategori C (Maimun A, 2008) Metode
kombinasi ini digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana
anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan.
Metode kombinasi ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat.
Mekanismenya adalah sebagai berikut (Maimun A, 2008):
a. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau
dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat
kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NA
menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini
dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
Satibi. 2018. Manajemen Obat di Rumah Sakit, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Modul Ajar Mata Kuliah

LANGKAH KERJA

1. Bagilah kelas menjadi 8 kelompok

2. Masing-masing kelompok menghitung terkait perencaan sediaan farmasi sesuai

dengan soal di bawah ini!

3. Laporan dikumpulkan maksimal 72 jam setelah mata kuliah ini selesai.

4. Dibuat dengan format times new roman 12, terdiri dari


Halaman depan (terlampir)
Pendahuluan
Isi dan pembahasan (perhitungan)
Kesimpulan
Daftar pustaka

8
Modul Ajar Mata Kuliah

SOAL PERHITUNGAN:
1. Kebutuhan obat Adrenalin di RSUD setiap bulannya sebanyak 100 ampul setiap 3
bulan pembelian dengan lead time (waktu tunggu) 1 bulan, tetapi terjadi stock out di
PBF Palembang selama 2 bulan, sedangkan sisa stock di RSUD hanya ada 50 ampul.
Harga adrenalin adalah Rp. 5.000/ampul. Berapa anggaran yang harus dikeluarkan
untuk membeli obat tersebut?
2. Salah satu RSUD di Bangka Belitung yang berada Kabupaten Bangka Barat
membeli RL (infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2
bulan sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Bangka, sehingga infus dibeli dari
Palembang dengan lead time (waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan
sisa stock di RSUD tersebut hanya ada 1000 infus. Berapa botol infus RL yang harus
dibeli?
3. Pemakaian Aminofilin pada Bulan Oktober 2008 sebanyak 1000 tablet, Sisa stok per
30 Oktober 2008 = 200 tablet. Hari kerja puskesmas selama 25 hari kerja. Buffer stok
10%. Waktu tunggu obat 3 hari untuk mengambil obat ke gudang di kabupaten,
Berapa kebutuhan obat Aminofilin untuk bulan November 2008. Berapa kebutuhan
obat Aminofilin untuk bulan November 2008?
4. Salah satu RSUD yang berada di pusat kota akan merencanakan pembelian infus
ringer laktat. Rata-rata penggunaan ringer laktat dalam satu tahun 640. Waktu
tunggu saat pengadaan 2 hari. Berapa safety stok dari sediaan tersebut?
5. Selama tahun 2018 (Januari - Desember) pemakaian Paracetamol tablet sebanyak
2.500.000 tablet untuk pemakaian selama sepuluh bulan. Pernah terjadi kekosongan
selama dua bulan. Sisa stok per 31 Desember 2018 adalah 100.000 tablet. Buffer stock
terdapat 20% dengan lead time 3 bulan. Sediaan dipasaran 1 botol @1000 tablet.
Berapa botol obat tersebut yang direncanakan untuk tahun 2019?

9
Modul Ajar Mata Kuliah

6. Di suatu unit perencanaan rumah sakit, seorang TTK ditugaskan menghitung stok
minimal kapsul antibiotik cefalosporin untuk periode 1 tahun. Waktu tunggu
pemesanan adalah 2 bulan, sedangkan pemakaian rata-rata obat per bulan adalah
1000 kapsul. Berapakah stok minimal obat yang diperlukan?
7. Dalam upaya pengendalian ketersediaan obat di RS, tim farmasi di bagian
perencanaan menggunakan metode ABC pareto. Metode tersebut membutuhkan data
pemakaian obat tahun sebelumnya untuk menggolongkan obat pada kategori nilai
investasi tertentu.
No. Nama Sediaan Total Total Investasi
Pemakaian
1. Glibenklamid 6320 tab Rp 69.870.000
2. Kaptopril 5576 tab Rp 27.200.000
3. Asam 3452 tab Rp 17.500.000
mefenamat
4. parasetamol 12870 tab Rp 9.650.000
5. Vitamin B1 789 tab Rp 3.700.000
6. Gliseril Guaikolat 2300 tab Rp 1.240.000
7. Antasida 954 tab Rp 730.000
8. Vitamin C 231 tab Rp 68.000
Total Rp 129.958.000
a. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan cara
mengalikan jumlah obat dengan harga obat.
b. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
c. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan
d. Hitung kumulasi persennya.
e. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.
f. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.
g. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%

10
Modul Ajar Mata Kuliah

Format Sampul Makalah/Laporan Praktek

LAPORAN PRAKTEK
MATA KULIAH MANAJEMEN FARMASI DAN AKUNTANSI
TA. 2022/2023

*JUDUL*

Oleh:

Kelompok ....
1......................................... (NIM: ......)
2..........................................(NIM: .......)
3..........................................(NIM: .......)
4..........................................(NIM: .......)
5..........................................(NIM: .......)
6..........................................(NIM: .......)
7..........................................(NIM: .......)
8..........................................(NIM: .......)

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2023

11

Anda mungkin juga menyukai