Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

ANALISIS PARETO

Disusun Oleh :

Muhammad Faisal Najib, S.Farm


3351201574

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kita semua, Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah pada waktunya dengan baik.
Sholawat beriringan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan Nabi
Besar kita yakni Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari
zaman tak berilmu ke zaman berilmu pengetahuan pada saat sekarang ini.
Harapan yang tulus dan ikhlas, Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulisan
makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin namun penulis meminta kritik
dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis, Amiin.

Bandung, 4 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................5
1.3 Tujuan ......................................................................................................................5
BAB II .................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 PERENCANAAN .........................................................................................................6
2.2 PERENCANAAN SECARA PARETO............................................................................10
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekurangan obat merupakan salah satu masalah yang harusnya dapat

dicegah oleh seorang apoteker di apotek, khususnya kekurangan jumlah untuk obat-

obatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kekurangan obat di apotek dapat

berdampak pada kerugian dan dapat menyebabkan kehilangan pelanggan jika tidak

dilakukan pengolaan manajemen dengan baik. Apotek merupakan suatu sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker,

dimana dalam penyelanggaran pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin

ketersediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang aman, serta

bermutu juga bermanfaat (Permenkes RI,2017).

Standar pelayanan kefarmasian di apotek dibagi menjadi 2 yaitu pengolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP ( Bahan Medis Habis Pakai) serta yang

kedua adalah pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek harus

sangat diperhatikan agar terhindar dari resiko yang tidak diinginkan dimasa yang

akan datang. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan (Permenkes RI, 2016)

Menurut Permenkes RI (2016) perencanaan adalah suatu kegiatan

melakukan perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang

merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. Pada makalah ini akan

menjelaskan tentang bagaimana perencanaan obat secara metode pareto.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan perencanaan ?

2. Bagaimana perencanaan obat yang dilakukan secara pareto?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari perencanaan.

2. Mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan secara pareto.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERENCANAAN
Perencanaan merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah

sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. Tujuan

dari perencanaan antara lain yaitu mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan

farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai kebutuhan, kemudian untuk

meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP secara

rasional, dapat menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP,

menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tidak berlebih, biaya

lebih efisien serta untu memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan,

penyimpanan dan biaya distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP

(Kemenkes RI,2019).

Menurut Kemenkes RI, 2019 tahapan proses perencanaan sebagai berikut

1. Tahapan persiapan, hal yang harus diperhatikan saat melakukan persiapan

yaitu memastikan Kembali komoditas yang akan disusun perencanaannya,

pelu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alkes dan BMHP

yang akan direncanakan, serta memperhatikan waktu yang dibutuhkan

mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi safety stock dan

memperhitungkan leadtime.
2. Tahapan pengumpulan data, data yang digunakan adalah data penggunaan

sediaan farmasi, alkes, dan BMHP pasien periode sebelumnya atau sering

disebut dengan data konsumsi, sisa stock dan data morbiditas.

3. Tahapan penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang

direncanakan menggunakan metode perhitungan kebutuhan. Pada metode

perhitungan kebutuhan terdiri dari :

• Metode konsumsi , pada metode ini Perhitungan didasarkan atas

analisa data konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya

ditambah stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead

time) dan memperhatikan sisa stok. Buffer stock dapat

mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan

kenaikan jumlah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa).

Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20% dari

kebutuhan atau tergantung kebijakan Klinik. Sedangkan stok lead

time adalah stok Obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu sejak

Obat dipesan sampai Obat diterima. Sebelum melakukan

perhitungan dengan metode konsumsi data yang perlu dipersiapkan

yaitu:

1. daftar nama sediaan farmasi

2. stok awal

3. penerimaan

4. pengeluaran

5. sisa stok
6. daftar sediaan farmasi hilang, rusak, kadaluarsa

7. kekosongan sediaan farmasi

8. pemakaian rata-rata sediaan farmasi per tahun

9. waktu tunggu (Lead time)

10. stok pengaman (buffer stok)

11. pola kunjungan

Rumus Metode Konsumsi :

A= (B + C + D) – E

Keterangan :

A = Rencana pengadaan

B = Pemakaian rata-rata per bulan

C = Buffer stok

D = Lead time stok

E = Sisa Stok

• Metode Morbiditas, metode ini merupakan perhitungan kebutuhan

obat berdasarkan pola penyakit.

• Metode Proxy consumption, metode perhitungan kebutuhan obat

menggunakan data kejadian penyakit, konsumsi obat, permintaan,

atau penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari Apotek yang telah

memiliki sistem pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan

konsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan populasi atau

tingkat layanan yang diberikan. Metode ini cocok digunkan pada


apotek baru yang tidak ada laporan data konsumsi pada tahun

sebelumnya.

4. Tahapan evaluasi perencanaan, evaluasi ini dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

• Analisis ABC

✓ Pada kelompok A jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana

sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan

✓ Pada kelompok B jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana

sekitar 20%

✓ Pada kelompok C jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai

rencana pengadaannya menunjukkan penyerpan dana sekitar

10% dari jumlah dana obat keseluruhan.

• Analisis VEN

✓ Kelompok V (vital) kelompok sediaan farmasi yang mampu

menyelamatkan jiwa seperti obat shock anafilaksis

✓ Kelompok E kelompok sediaan farmasi yang bekerja pada

sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan seperti

antidiabetes, analgesic, antikonvulsi

✓ Kelompok N (Non-essensial) merupakan sediaan farmasi

penunjang yaitu sediaan farmasi yang kerjanya ringan dan


biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau

untuk mengatasi keluhan ringan. Contoh: suplemen.

• Analisis Kombinasi, jenis sediaan farmasi yang termasuk kategori A

dari analisis ABC adalah benar-benar jenis sediaan farmasi yang

diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan kata

lain, statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis

sediaan farmasi dengan status N harusnya masuk kategori C.

5. Revisi rencana kebutuhan, bila langkah-langkah dalam analisis ABC

maupun VEN terlalu sulit dilakukan atau diperlukan tindakan cepat untuk

mengevaluasi daftar perencanaan, sebagai langkah awal dapat dilakukan

suatu evaluasi cepat (rapid evaluation), misalnya dengan melakukan revisi

daftar perencanaan sediaan farmasi.

2.2 PERENCANAAN SECARA PARETO


Teknik ini dilakukan apabila jenis barang yang tersedia diapotek sangat

banyak yang melebihi 1000 item dan apotek sebagai unit bisnis retail untuk

efesiensi pengendalian biaya variable dan modal kerja. Untuk mengawasi jumlah

maupun jenis barang tentu akan menjadi masalah tersendiri. Oleh sebab itu

dibutuhkan prinsip pareto dalam pengendaliannya, jika :

1. 15-20% dari jumlah jenis barang bernilai 80% dari nilai persediaan

kelompok barang ini juga disebut klasifikasi pareto A

2. 20-25% berikutnya bernilai 15% dari total nilai persediaan yang

dikelompokkan dalam klasifikasi atau pareto B


3. 50-60% sisanya bernilai 5% dari total nilai persediaan barang yang

dikelompokkan dalam klasifikasi pareto C.

Pelaksaan Analisa pareto sebagai berikut :

1. Menentukkan penggunaan tahunan terlebih dahulu dari periode tertentu di

setiap jenis barang

2. Kalikan dengan harga satuannya agar mendapatkan nilai penggunaan

3. Susun jenis-jenis barang dalam suatu daftar dimana nilai penggunaan

tahunan yang paling besar

4. Tambahkan secara kumulatif jumlah dari jenis barang dan nilai

penggunaannya dengan jenis barang yang bersangkutan

5. Konversikan jumlah kumulatif tersebut diatas menjadi %kumulatif.

Tingkat pengawasan persediaan dibagi dalam 3 klasifikasi yaitu :

1. Klasifikasi/pareto A, tingkat pengawasan tertinggi, administratif akurat,

pesanan dalam jumlah yang relative kecil akan tetapi regular.

2. Klasifikasi/pareto B, tingkat pengawasan biasa, pemesanan tetap.

Pemantauan berdasarkan pesan yang masuk, evaluasi persediaan rata-rata

triwulan, tetapkan titik pesanan.

3. Klasifikasi/pareto C, pergunakan sistem yang sesederhana saja, dalam

pemesanan setiap pesanan relative cukup untuk jangka waktu yang Panjang,

pengawasan dengan kartu stok


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan merupakan suatu tahapan awal yang paling penting dalam

melakukan pengolaan suatu sediaan farmasi dalam menetapkan jenis serta jumlah

sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan.

Perencanaan dilakukan dengan 3 metode yaitu metode konsumsi, metode

morbiditas dan metode proxy consumption. Pada metode pareto dimana kelompok

A menyerap anggaran hingga 70%, kelompok B menyerap anggaran hingga 20%,

dan kelompok C menyerap anggaran hingga 10%. Prinsip Pareto klasifikasi pareto

A sekitar 15-20% dari jumlah jenis barang bernilai 80%. Pareto B sekitar 20-25%

berikutnya bernilai 15% dari total nilai persediaan. Pareto C sekitar 50-60% sisanya

bernilai 5% dari total persediaan barang.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73

Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai