Anda di halaman 1dari 89

Pentingnya MTM sebagai

Perwujudan
Peran Farmasi Klinis
Apoteker dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan
Surabaya, 14 Juli 2018

Disampaikan oleh :
Lisa Aditama, S.Si., M.Farm-Klin., Apt.
Topik
 TransisiPelayanan Kesehatan
 Standar Pelayanan Kefarmasian
 Elemen Standar MTM
 Proses MTM
 Studi Implementasi MTM
Titik Transisi Perawatan Pasien
(MTM Tahap Pendorong Rekonsiliasi)

Rekonsiliasi MRS

Rekonsiliasi KRS

Rekonsiliasi MTM Rekonsiliasi


PRB
Kesepahaman
Kolaborasi
Rujuk
Balik
Rujuk Rekonsiliasi
PRB
Titik-titik Transisi Penting dalam Perawatan Pasien
Masalah komunikasi : hilangnya informasi tanpa disengaja/ tidak tergali

Rekonsiliasi Pengobatan

 Indication
prescription error
 Effectiveness
dispensing error
Community  Safety
administration error
Pharmacist  Adherence
patient compliance error

MEDICATION
ADVERSE OPTIMIZATION
DRUG REACTIONS Patient
HEALTH DEATH
IMPROVEMENT Safety
*Peningkatan Peran Apoteker
 Safety
PRODUCT
 Efficacy FOCUSED
 Stability
 Acceptable
Drug Product RESPONSIBLE Care
USE OF Needed
MEDICINES

 Indication
PATIENT
 Effectiveness INVOLVEMENT
 Safety
Drug Use  Adherence
Pelayanan Rujuk Balik (PRB)
• PRB berpotensi menyebabkan pasien menerima pelayanan
yang berbeda-beda oleh tenaga kesehatan.
• Hal tersebut juga dapat menyebabkan adanya pencatatan rekam
medis yang tidak lengkap/ terputus pada rotasi pelayanan
kesehatan, maka sangat dibutuhkan adanya manajemen
pencatatan obat dan terapi pasien yang mudah diakses.

Pelayanan obat dalam PRB harus dikelola dengan baik


oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
di bidang kefarmasian.
Rekam Transisi Pelayanan Kesehatan
(BPJS)• Praktisi belum tentu sama
• Multi perawatan (Interna : GI,
Endokrin)
• Substitusi merek
• Terapi insulin distop, kembali ke
OAD
• Tidak ada informasi ke pasien
• Pasien juga mendapat terapi dari
Puskesmas (Nifedipin)
• 22 Sept pasien mengalami vertigo
• Pasien mengalami ESO (29 Sept,
mual muntah lebih berat)
Patient At-Risk di Pelayanan
BPJS Kesehatan
Pengetahuan dan kepatuhan pengobatan rendah, usia
lanjut, belum mencapai target pengobatan, berisiko tinggi
terhadap komplikasi penyakit, multi dokter/polifarmasi

Faktor Pasien Solusi Implementasi Manajemen Pengobatan


Komprehensif dapat dilakukan oleh Apoteker pada level
Pengetahuan
face-to face, step-by step yang dapat dilakukan di apotek/
Sikap
ruang farmasi dan di rumah pasien dalam layanan tindak-
Pengambilan
lanjut home care (beyond the pharmacy room).
keputusan
Karakteristik Permasalahan Pasien
Penyakit Kronis (Patient at risks)
Target terapi belum tercapai

Pengetahuan dan kepatuhan pengobatan rendah

Multi dokter, polifarmasi dan multi regimen terapi

Mengalami masalah terkait obat

Berisiko tinggi terhadap komplikasi penyakit


(Cipolle R.J., et al, 2012; Butler A,, et al, 2017) 10
Permasalahan yang timbul
terkait Obat
Penggunaan
60% dari pasien
berusia di atas 65 obat suboptimal:
tahun diperkirakan indikasi yg tdk 50% obat resep
mengkonsumsi 5 diobati, pemilihan digunakan secara Belum adanya
atau lebih jenis obat tidak tepat, salah, 9% pasien di terapi preventif
obat; sementara dosis sub terapi, antaranya perlu terhadap risiko
20% pasien kegagalan mendapat penyakit
mengkonsumsi menerima obat, pertolongan medis
lebih dari 10 obat reaksi obat tdk
setiap harinya dikehendaki,
interaksi obat

11
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN
Standar Pelayanan Apoteker untuk
Praktik Asuhan Kefarmasian

Pengumpulan Penilaian
Informasi Kebutuhan
Spesifik
Pengumpulan Terkait Obat
Penilaian
Data
Pasien

Identifikasi The Patient Care


Evaluasi dan Patient
Follow-Up
Tindak Lanjut Centered Masalah Process
Terkait Obat
: monitoring - Perencanaan
evaluasi

Implementasi Menetapkan
Intervensi Rencana
Implementasi
Pelayanan

Adapted from Pharmacists’ Patient Care Process, May 29, 2014. http://www.pharmacist.com/sites/default/files/JCPP_Pharmacists_Patient_Care_Process.pdf
Standar Profesional untuk
Praktisi Asuhan Kefarmasian

Kualitas
Layanan Etika

Penelitian Sumber Kolegialitas


Daya

Pendidikan
Berkelanjutan Kolaborasi

Adapted from Pharmacists’ Patient Care Process, May 29, 2014. http://www.pharmacist.com/sites/default/files/JCPP_Pharmacists_Patient_Care_Process.pdf
Ruang Lingkup Peran Apoteker dalam
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
(Permenkes RI No. 73/ 2016)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Pelayanan Farmasi Klinik :
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai :

Perencanaan Pengkajian resep


Pengadaan Dispensing
Penerimaan Pelayanan Informasi Obat
Penyimpanan MTM Konseling
Pemusnahan Home Pharmacy Care
Pengendalian Pemantauan Terapi Obat
Pencatatan dan Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat
ELEMEN STANDAR
MTM
Kebutuhan Terkait Obat Pasien Sesuai Kondisi Medis

Pemahaman Harapan Perhatian Perilaku


Efektivitas
Produk Rejimen Hasil
Indikasi
Obat Dosis Terapi
Keamanan

Terapi obat tidak Terapi obat tidak Dosis obat terlalu


diperlukan efektif rendah Ketidakpatuhan
Diperlukan terapi Reaksi obat tidak Dosis obat terlalu
obat tambahan dikehendaki tinggi

Masalah Terkait Obat Pasien


Potensi Peran Apoteker dalam
Implementasi MTM di PRB

Athiyah U., 2007


MEDICATION THERAPY
MANAGEMENT
“Empowering patients to take an active role in
managing their medications”
What is MTM?
 MTM adalah pendekatan pasien-sentris dan bersifat
komprehensif untuk :
 mengoptimalkan penggunaan obat,
 mengurangi risiko efek samping, dan
 meningkatkan kepatuhan pengobatan.

 Oleh karena itu, program ini mencakup intervensi dgn


intensitas tinggi untuk melibatkan penerima layanan dan
penulis resep.
Tujuan Medication Therapy Management

Meningkatkan kerjasama antara apoteker, dokter, dan


profesional kesehatan lain
Meningkatkan komunikasi antara pasien dan tim
kesehatan
Optimalisasi penggunaan obat untuk meningkatkan
ketercapaian pengobatan pasien
Medication Personal Medication
Intervention and
Therapy Review Medication Record Related Action Follow Up
Referral
(MTR) (PMR) Plan (MAP)

Step 1 : Step 2 : Step 3 : Step 4 : Step 5 :


Apoteker Apoteker Apoteker akan Apoteker Apoteker
mengumpulkan membuat Catatan mengembangkan mengidentifikasi membuat
informasi terkait Pengobatan masalah terkait dokumentasi
daftar tindakan
masalah Pasien, terdiri dari obat dan akan hasil dan
yang diperlukan
kesehatan dan semua resep dan menetapkan
untuk mencapai bekerja sama
pengobatan produk non-resep
tujuan terapi obat dengan Dokter rencana tindak
pasien untuk
tinjauan pasien untuk intervensi lanjut
komprehensif yang tepat

MTM 5 Core Elemen (Service Model)


Source : Medication Therapy Management in Pharmacy Practice. Version 2.0. 2008
Pharmacist’s Role in
Medication Therapy Management
PROSES MTM
MODEL HIPOTETIK COMPREHENSIVE MEDICATION
MANAGEMENT (PENATALAKSANAAN TERAPI OBAT
KOMPREHENSIF) PROSES

25
Patient At Risk untuk Layanan MTM
Kondisi pasien berisiko terhadap terapi obat yang digunakan
Faktor Pencetus dari Pasien
Lansia  Regimen dosis terlalu kompleks
 Multi terapi obat (polifarmasi)
 Multi kondisi medis
 Problem kepatuhan
 Memiliki masalah menelan obat
 Tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan (dirawat di rumah)
 Problem mental (cemas/depresi/pelupa)
 Tinggal sendiri/kurang dukungan sosial
 Sering masuk rumah sakit

Faktor Pencetus dari Kondisi Medis


Penyakit Kronis  Baru didiagnosa penyakit kronis
 Terapi obat memerlukan pemantauan ketat
 Mengalami efek obat yang tidak dikehendaki
 Mengalami interaksi obat
 Rencana perawatan tidak diupdate
Kompleksitas  Progresivitas komplikasi penyakit utama
Penyakit  Belum dilakukan skrining terhadap komplikasi, sedangkan pasien berisiko
Berikan tanda (√) pada kondisi yang sesuai
Target Pasien untuk Layanan MTM
Pencetus dari obat
Regimen Terapi  Menerima > 4 macam obat
 Menerima > 12 aturan minum obat
 Mengalami penggantian obat > 4x setahun
 Baru mengalami perubahan regimen dosis
 Menerima obat lebih dari 1 orang dokter
Rentang Terapi  Menerima obat rentang terapi sempit (amiodaron, warfarin, lihium)
Sempit  Mendapat obat yang jarang digunakan di PPK I
 Menerima obat yang membutuhkan pemantauan ketat

Kejadian yang  Jatuh yang diduga karena efek obat


disebabkan oleh  Mengalami efek obat tidak dikehendaki
obat  Terdapat obat yang menyebabkan rasa sangat tidak nyaman
 Perilaku mengobati diri sendiri dengan obat non resep dan obat-obat alternatif

Pencetus dari lingkungan


Transisi  Pasien baru
pelayanan  Baru keluar rumah sakit
 Dirawat di rumah
Pasien dirawat di  Polifarmasi
rumah  Terapi parenteral/ menggunakan feeding tube Berikan tanda (√) pada kondisi yang sesuai
 Keinginan dan  Filosofi praktik
kebutuhan  Kewajiban sosial
saat ini  Tanggung jawab
 Tanggung untuk
jawab untuk mengidentifikasi,
berpartisipasi menyelesaikan, dan
dalam berbagi mencegah masalah
informasi dan terapi obat
pengambilan  Pendekatan berfokus
keputusan pada pasien
 Peduli

Source : Medication Therapy Management in Pharmacy Practice. Version 2.0. 2008


MTM Element :
Medication Therapy Review &
Personal Medication Records
Relationship Initiation Patient’s Knowledge
& Medication
Trustworthiness
Experiences

Comprehensive Assessment
Definisi Medication Therapy Review
Penilaian secara individual untuk :
 memahami pasien dan pengalaman pasien terhadap
terapi obat dengan baik untuk membuat keputusan
rasional bersama
 memastikan setiap obat telah sesuai dengan kondisi
medis, efektif dan mencapai target yang telah
ditetapkan, aman bagi pasien dengan kondisi penyerta
dan obat lain yang digunakan pasien serta pasien
mampu dan menggunakan obat sesuai yang dimaksud
oleh tenaga kesehatan
 mengidentifikasi adanya masalah terapi obat. Kajian ini
dilakukan secara sistematik dan komprehensif.
Jenis Medication Therapy Review (MTR)
MTR Type 1. Assessment Resep
Melakukan asesmen resep,
tetapkan masalah dan berikan
solusi serta membuat point
monitoring dan evaluasinya

Apa yang kita peroleh terkait


kondisi Pasien tsb, dari dua resep
yg diterima!

Skrining Administratif

Skrining Farmasetik

Skrining Klinis
MTR Type 2
Menggali bagaimana pasien menggunakan obatnya
 Pasien minum semua obatnya sebelum makan,
karena sering lupa jika sudah makan langsung
beraktivitas
 Pasien ingin gula darahnya cepat turun, kuatir lupa
minum obat. Berhubung aturan minum obatnya
banyak, diputuskan semua diminum sebelum
makan.
MTR Type 3
MTR Type 3
MTR Type 1. Assessment Resep Melakukan asesmen resep,
tetapkan masalah dan
Resep Dr. SpJP Resep Dr. SpPD berikan solusi serta membuat
point monitoring dan
evaluasinya

Apa yang kita peroleh terkait


kondisi Pasien tsb, dari dua
resep yg diterima!
Skrining Administratif

Skrining Farmasetik

Skrining Klinis
Berbeda hari pelayanan di Faskes II
MTR Type 2
Menggali bagaimana pasien
menggunakan obatnya
 Pasien minum semua obatnya
sesuai yang tertera pada label.
 Pasien menerima 2 jenis
Simvastatin.
 Pasien punya banyak
Simvastatin yang lebih.
MTR Type 3
MTR Type 3
Kompetensi dalam MTR
1

3
QOF : Quality &Outcome Framework; DRUM : Dispensed Review of Use of Medicines; MUR : Medicines Use Review
Data Pasien
Informed Consent
Pengumpulan Informasi
Kondisi Medis
Recently Discontinued Medications

Apoteker berperan untuk menjamin setiap


obat telah sesuai dengan kondisi medis, Apoteker sebagai lini terakhir dalam
merupakan pilihan terapi yang paling siklus pelayanan kesehatan, memiliki
efektif untuk mencapai target yang telah potensi strategis untuk memulai siklus
ditetapkan, aman bagi pasien dengan proses penggunaan obat yang rasional
kondisi penyerta dan obat lain yang oleh pasien  cost effectiveness,
digunakan pasien serta pasien mampu reduce medication waste & risk of
dan menggunakan obat sesuai yang medication error
dimaksud oleh tenaga kesehatan
Medication Profile of Diabetic Patient
while Taking High Alert Medication

What should
Pharmacist
do?
* Poor medication knowledge
* Poor clinical outcome
* Tend to disease progression
Medication Therapy Review Perilaku
R/ Levemir
Pasien terhadap
Flexpen No
1 Pen Levemir  300 unit
insulin? S 0-0-12
sisaII

findings
12 unit x 30 hari  360 unit
Masalah
Pasien stabilitas
tdk punya&lemari
high alert
es dan
Pasien menerima 2x 300 unit/bln
Mendorong
resep yg sama
timbulnya
sdh diperoleh
problem 3
Sisa insulin ~ 240 unit/bln
lain terkait
bulan
medication
dari PRBwaste
* Each drug was left in many amount
* Dosis Basal Insulin (Detemir) adalah 12 unit sejak awal terapi, tidak pernah
disesuaikan. Pasien dapat mengisi ulang selama 3 bulan dengan layanan
rujuk balik ke faskes primer. Pasien memiliki sisa insulin dari akumulasi
resep sebelumnya
* Pencatatan hasil laboratorium setiap kunjungan FPG> 180 mg /dL, 2 jam
PP> 250 mg /dL (hasil terapi obat belum optimal)
* Obat oral yang berlebihan setiap obat ditebus
tidak patuh dengan obat-obatan karena motivasi rendah dan memiliki
reaksi obat yang merugikan dari injeksi insulin (lipohipertrofi)
* Masalah stabilitas insulin (pada homecare Jan'17 ditemukan sisa insulin 8
pen yang tersisa dari 2016 Maret, Mei, Juni, Nov, Des); semua disimpan
pada suhu kamar
* Pasien berisiko terhadap progresivitas penyakitnya
Medication Therapy Review
findings, con’t..
* Drug related problems :
1. Terapi obat tidak efektif
2. Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki
3. Biaya perawatan >>>
* Cause of DRPs :
1. Durasi pengobatan: tidak diverifikasi dengan jumlah total (unit) menyediakan dalam beberapa
bentuk sediaan (pena insulin)
mungkin kelebihan insulin pen setiap pengambilan resep PRB
1. Proses penggunaan obat: pasien tidak dapat menggunakan obat / bentuk sediaan sesuai petunjuk
2. Obat tidak diminum /tidak diberikan sama sekali
3. Perilaku pasien: obat yang disimpan pasien tidak tepat kondisinya (pengakuan pasien, pada saat
edukasi disampaikan bahwa insulin disimpan pada suhu ruangan dan pasien mematuhi namun
tidak paham alasannya)

The most cause of DRPs is Patient’s knowledge


Pharmacist Awareness
* Knowledge related problems to pharmaceutical ~
Patients don’t understand of their medication
* Insulin disimpan dalam suhu ruangan, dan obat-obatan lain masih
di kantong plastik dari apotek (di suatu tempat di rumah)
* Pasien yang menerima insulin tidak dalam kondisi dingin (cold
chain breaking, tidak diketahui kapan pertama kali terjadi)
* Tenaga kesehatan memberikan insulin tanpa menggali
pemahaman pasien, perlu informasi lengkap dan alasan
penyimpanan insulin
* Pasien tidak menerima informasi lain, hanya aturan pakai saja
* Pasien tidak memahami target pengobatan dan definite outcome
* Pasien menggunakan obat dengan cara yang salah
* Problem of the administration of
insulin pen excess
*Pasien menyimpan obat yang stabilitasnya tidak
terjamin (rata-rata tidak tahu dimana harus
disimpan)
*Pasien mendapatkan rejimen dosis yang salah,
masih menggunakan rejimen obat terakhir
* Problem of social economic impact
*Treatment not cost-effectively
Extravagant Cost
* Pemerintah menanggung biaya pengobatan yang berlebihan (tidak
seharusnya)
* Estimasi :
* 1 pasien (8 pen insulin x Rp150.000 ~ Rp1,2 juta / pasien / tahun)
* Pengobatan komplikasi penyakit akan membutuhkan dana lebih
besar,
prediksi~ > Rp 20 juta/ tahun jika terjadi komplikasi
yang disebabkan terapi obat belum efektif)
~munculnya problem baru (komplikasi kronis) : jantung, ginjal,
mata
~problem akut : masuk rumah sakit karena komplikasi akut
*
*Case I  Patient with chronic disease
*Case 2 Elderly with polypharmacy
*Case 3 High alert medication used
for patient with low literacy
Opportunity
of Pharmacist
Patient need Practice
medication advisor
“Saya tidak tahu mengapa harus “Saya memiliki pengalaman buruk
menggunakan semua obat yang saat dirawat di rumah sakit ...
diberikan kepada saya, jadi saya Keluarga saya mengatakan bahwa
menggunakannya hanya jika saya
merasa lebih buruk mungkin saya sudah tidak akan
hidup lagi. Gula darah saya turun
”(subject 1) sangat rendah karena
“Saya pikir semua obat tidak aman mendapatkan obat yang efeknya
untuk hati atau ginjal saya, jadi tidak membahayakan saya”(subject 2)
aman untuk digunakan lebih
lama”(subject 2)
Drug Monitoring Book

Pharmacist

Follow-up &
Assessment Care Plan
Evaluation
* Masalah Terkait Terapi Obat Pasien
* Kesimpulan Penilaian Terapi Obat
Komprehensif
MTM Element :
Medication Action Plan
Intervention and Referral
Patient’s Positive
Role Specification
Attitude &
Care Coordination
Participation

Individualized Care Plan


Agenda Rencana Pelayanan
Rencana Pelayanan
Patient Action Plan
Intervensi dan Rujukan
Form Intervensi dan Rujukan
Dalam tahap pengembangan :
BUKU :
PAHAM PENGGUNAAN OBAT
(PPO)
Intervensi Pasien Berbasis MTM
Dirancang menggunakan konsep Patient Decision Aid
Dipandu Tenaga Kesehatan (Aktivitas Prolanis)
MTM Element :
Follow-up
Continuity of Care Enable

Evaluation & Follow-up


Patient Follow-up Record
The Therapeutic The Pharmaceutical Care
Outcomes : Definite Outcomes :

• Cure of a disease
• Elimination/ reduction of
patient’s symptom
• Arresting/ slowing of a disease
process
• Preventing a new disease or
symptom

Continuous follow-up
Medication Therapy Management
Documentation
STUDI IMPLEMENTASI
MTM
Penelitian Elemen MTM : MTR
 Medication Use Review of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus Who
Received Insulin Therapy (Proceedings of the Asian Conference on
Clinical Pharmacy Haiphong, Vietnam, September 13-15 2013. Paper
No. XXX (The number assigned by the Open Conf System)
 They had moderate knowledge about the use of insulin (74%) or
the use of their oral diabetic agents (61%). DRPs was analyse and
results using v6.2 PCNE instrument indicates that there is 89% event
of DRPs of suboptimal therapy and 100% of patients was
experienced of non-allergic adverse events resulting from drug
selection, rules of use, how to use drugs, and patient behavior.
Measurement of adherence obtained results 68% of patients
always obedient using insulin and 83% of patients being obedient
in using their oral diabetic agents.
Penelitian Elemen MTM : MTR
 Medication Therapy Review of Elderly Who’s
Receiving Insulin (Journal of Pharmacy Practice
and Community Medicine.2018, 4(1):41-42
http://dx.doi.org/10.5530/ jppcm.2018.1.11)
 There was many drug therapy problems such as
inappropriateness of insulin types selection, drug
substitution without information, patient received
an excess amount of insulin pen, incorrect insulin
storage and needs attention due to insulin stability.
Penelitian Elemen MTM : PMR
 Aditama L., Indah, Virdianita R., Kohar I.,
Efektivitas Organizer Lupus Medication
Records terhadap Kepatuhan dan
Pharmacovigilance Terapi Obat Pasien
Systemic Lupus Erythematosus, 2015
Organizer Lupus Medication Records
 Dalam penelitian ini Patient Medication Records dikembangkan
menjadi Organizer Lupus Medication Records (disease specific)
yang merupakan media komunikasi antara pasien dan penyedia
layanan kesehatan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Adverse Drug Reaction


Probabilitas ADR Sebelum ADR Sesudah
Intervensi Intervensi

Pasti 1 0

Probable 5 0

Possible 1 -

Meragukan - -

Total 7 0
Hasil analisis kepatuhan pasien SLE
Sebelum Setelah
MMMAS Penelitian Penelitian

KUADRAN I Nilai Kepatuhan Rendah 6 pasien 0 pasien


Pengetahuan (15,79%) (0%)
Rendah
Motivasi Rendah

KUADRAN II Nilai Kepatuhan 3 pasien 2 pasien


Bervariasi (07,89%) (5,26%)
Pengetahuan
Rendah
Motivasi Tinggi
Uji Normalitas Kepatuhan pasien SLE
Shapiro-Wilk
Kepatuhan Statistik Df Sig.

Before 0,805 38 0,000


After 0,540 38 0,000
Wilcoxon Before-After

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

Pemberian intervensi berpengaruh siginifkan dalam


meningkatkan kepatuhan pasien SLE.
KESIMPULAN

Organizer Lupus Medications Record efektif


dalam menurunkan kejadian adverse drug
reaction (ADR), interaksi obat dan
meningkatkan kepatuhan pasien SLE.
Penelitian Elemen MTM : Follow-Up
 Studi
Health Literacy dan Kepatuhan
Pasien DM tipe 2 Program Rujuk Balik yang
Mendapat Obat Oral Anti Diabetes di
Puskesmas Wilayah Surabaya Timur dan
Selatan (n=40)
Kepatuhan
No Domain Rendah Presenta Tinggi Presentase
(∑Pasien) se (%) (∑Pasien) (%)

1 Pasien tidak mengerti instruksinya 18 45 22 55

2 Pasien tidak mampu menebus/ mengakses 16 40 24 60


obatnya

3 Pasien lebih memilih untuk tidak 15 37.5 25 62.5


menggunakan obatnya

4 Pasien lupa menggunakan obatnya 29 72.5 11 27.5

5 Produk obat tidak tersedia 19 47.5 21 52.5

6 Pasien tidak bisa menggunakan obatnya 4 10 36 90


No Domain
Tinggi Rendah
(%) (%)
HeLM
1 Sikap Pasien terhadap Kesehatan 70 30

Pemahaman pasien terhadap informasi


2 57,5 42,5
kesehatan

3 Dukungan sosial 22,5 77,5

4 Pertimbangan Sosial Ekonomi 72,5 27,5

5 Mengakses pelayanan Kesehatan 92,5 7,5

6 Komunikasi dengan tenaga kesehatan 72,5 27,5

7 Pro-aktif 15 85

8 Menggunakan informasi Kesehatan 77,5 22,5


Hasil wawancara pasien dengan kepatuhan domain 4
rendah (Pasien lupa menggunakan obatnya)
 M: Apa ibu menggunakan obat tepat pada waktunya ?
 P: “Nggak mbak, ya saya minum ketika gula darah saya tinggi”
 M: Apa ibu menggunakan aturan pakai ibu sendiri?
 P: “Iya mbak”
Disengaja
 M: Berarti ibu tidak rutin minum obatnya bu?
 P: “ya rutin mbak tapi kadang- kadang kan ya eneg mbak minum obat
banyak setiap hari, juga kadang- kadang takut ginjal saya kenapa
kenapa”
 M: Selain itu apa ibu pernah nggak meminum obat karena lupa?”
 P:“ Pernah mbak ya sekali dua kali paling” Tidak disengaja
 M: itu karena apa bu? Apa karena banyak kegiatan? Atau tidak ada yang
mengingatkan ?
 P: “ya itu mbak kadang lupa gitu aja banyak kegiatan iya, yaa kalo minum
obat ya minum- minum sendiri mbak nggak pernah diingatkan”
Hasil wawancara pasien dengan kepatuhan
domain 4 rendah (Pasien lupa menggunakan
obatnya)
 M: Apa ibu perlu bantuan orang lain setiap
membaca aturan pakai obat?
 P: “Endak saya bisa membaca mbak, nggak perlu
bantuan, saya itu sering lupa aturan pakai tapi mbak
jadi selalu harus liat labelnya dulu”
 M: Informasi yang tertulis pada label tidak jelas
maksudnya, lalu ibu gunakan aturan ibu sendiri
 P: “Iya aku sering pakai aturan saya sendiri
Metforminnya malem yang pagi itu glimepiride nek
iling mbak nek ga iling ya nggak tak ombe”
Hasil wawancara pasien dengan kepatuhan
domain 4 rendah (Pasien lupa menggunakan
obatnya)
 M: Apa ibu pernah merasa obat ibu menimbulkan perubahan
negatif pada diri ibu, sehingga ibu tidak menggunakannya?
 P: “Endak pernah” “Kalo masih ndak minum obat itu badan saya ini
nggak enak gitu lho mbak kayak nggrenyeng2”
 M: Kalo habis minum obat enak bu?
 “Ya biasa tetep ae mbak ya kayak ndak ada efek gitu mbak tapi
tetep minum obat ya tak tambahi minum temulawak, kunir,
godong kelor, katanya daun kelor itu khasiatnya besar untuk
diabet jadi saya minum tapi saya tetep minum obat lek iling”
Kesimpulan hasil MTM : Evaluasi &
Follow-up
 Ketidakpatuhan paling banyak disebabkan karena
pasien lupa minum obat
 Hal ini dikarenakan literasi kesehatan terkait
dukungan sosial dan pasien belum pro aktif dalam
pengambilan keputusan untuk kesehatannya,
sedangkan pemahaman yang dimiliki belum kuat
mendukung kepatuhan penggunaan obat
 Ketidakpatuhan berpotensi medication waste,
apalagi jika setiap bulan pasien rutin dan tetap
mendapat regimen terapi yang sama
Model Pelayanan Penyakit Kronis

MTM

Ontario’s Ministry of Health and Long Term Care. Preventing and Managing Ch
1. Source : Medication Therapy Management in Pharmacy Practice. Version 2.0. 2008
2. Coordinated care and comprehensive medication management: Case
management’s critical role. CCMC 2011. Accessed 23/4/17
http://www.ccmcertification.org
3. Giberson S, Yoder S, Lee MP. Improving Patient and Health System Outcomes
through Advanced Pharmacy Practice. A Report to the U.S. Surgeon General.
Office of the Chief Pharmacist. U.S. Public Health Service. 2011
4. Integrating Comprehensive Medication Management to Optimize Patient
Outcomes. 2nd ed. 2012
5. CDPH. Comprehensive Medication Management Programs : Descriptions, Impacts,
and Status in Southern California. 2015
6. AHRQ Health Care Innovation Exchange. Medication Therapy Management Learning
Community. 2016

Anda mungkin juga menyukai