Anda di halaman 1dari 111

Pelayanan Konseling Obat

Pembekalan Wawasan Rumah Sakit APT 53


Learning Outcome
1. Mampu menjelaskan sistem konseling pasien
rawat jalan maupun rawat inap, persyaratan &
kriteria pasien yang memerlukan konseling, serta
sarana dan prasarana dalam kegiatan konseling di
RS
2. Mampu melakukan komunikasi pembuka dengan
pasien, menanyakan penjelasan dokter kepada
pasien menggunakan three prime questions
Learning Outcome, cont...
3. Menganalisis masalah terkait pengobatan
pasien, memperagakan dan menjelaskan
cara penggunaan obat, serta melakukan
verifikasi akhir (close-loop
communication) untuk memastikan
pemahaman pasien dan menyelesaikan
masalah terkait penggunaan obat pasien
Tujuan Konseling Pasien
1. Membangun suatu hubungan dengan pasien dan mengembangkan
nilai kepercayaan therapeutic relationship
2. Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pasien
3. Membantu pasien mengatur dan mengadaptasi pengobatan pasien
medication management
4. Membantu pasien mengatur dan mengadaptasi sakit yang diderita
pasien
5. Menghindari atau meminimalkan masalah yang berhubungan dengan
efek samping, efek merugikan, atau ketidakpatuhan
6. Mengembangkan kemampuan pasien mengatasi masalah-masalah
tersebut
7. Membantu pasien dan tenaga profesional kesehatan lain bekerjasama
melalui pengambilan keputusan bersama
Manfaat Konseling Pasien
1. Mengurangi kesalahan dalam menggunakan obat
2. Menurunkan ketidakpatuhan pasien
3. Mengurangi reaksi obat merugikan
4. Memperbaiki hasil (outcome)
5. Meningkatkan kepuasan terhadap layanan
6. Membantu pelaksanaan rawat-mandiri (self-care)
7. Dapat merujuk pasien untuk memperoleh bantuan dalam situasi yg
tdk berhubungan dgn obat (misal KB)
8. Menurunkan biaya pelayanan kesehatan secara perorangan,
pemerintah dan masyarakat
9. Merupakan bagian integral dari patient-centred pharmaceutical
care
Tujuan Edukasi pada
Konseling Pasien
1. Memberikan informasi yg sesuai dgn kebutuhan pasien tertentu
dan dgn masalah tertentu
2. Memberikan keterampilan dan metode yg dapat digunakan pasien
untuk mengoptimalkan terapi dan efek pengobatan pasien
3. Menyajikan informasi dan arahan dgn menggunakan metode
edukasi yg cocok untuk pasien tertentu dan dgn kondisi tertentu
4. Mengedukasi tenaga profesional kesehatan lain tentang hal-hal yg
berhubungan dgn obat
LATAR BELAKANG
Titik Transisi Perawatan Pasien
(Tahap pendorong rekonsiliasi) Communication Skill
New prescription
Renewal prescription
Nonprescription Order
Admission reconciliation

Discharge reconciliation

Reconciliation Reconciliation

Reconciliation

Reconciliation
Titik-titik Transisi Penting dalam Perawatan Pasien
masalah komunikasi
hilangnya informasi tanpa disengaja/ tidak tergali

Rekonsiliasi Pengobatan

prescription error
dispensing error
administration error
patient compliance error

Community
Pharmacist
ADVERSE DRUG REACTIONS
Patient
Safety
DEATH
Lakukan asesmen resep,
tetapkan masalah dan berikan
solusi serta buat point
monitoring dan evaluasinya

Berikan pendapat Anda tentang


kondisi Pasien tsb, dari dua
resep yg diterima!
WHAT IS PATIENT COUNSELING?

Patient counseling is defined as providing medication information


orally or in written form to the patients or their representatives on
directions of use, advice on side effects, precautions, storage,
diet and life style modifications.
http://www.pharmainfo.net/vijayaratna/what-patient-counseling
Model interaksi dalam
therapeutic relationship
Kunci dari pelaksanaan Pelayanan kefarmasian adalah tanggung
jawab langsung seorang Apoteker kepada Pasien. Ketika seorang
Pasien berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang memberikan
layanan, maka sejak saat itu telah terjalin...
Therapeutic Relationship.
Membangun therapeutic relationship
Menjaga kerahasiaan
Bersedia membantu
Mudah dijumpai
Menunjukkan empati/ perhatian yang tulus
Memberikan penjelasan yang meyakinkan
Bersikap santun
Menunjukkan perhatian kepada Pasien
Bersikap hangat dan ramah
Mengakomodasi kebutuhan pasien
Selalu menyapa Pasien
Manfaat peran Apoteker dalam
Therapeutic Relationship:
Meningkatkan tercapainya tujuan terapi bagi Pasien
Meningkatkan kepuasan Pasien dengan layanan yang
diberikan
Pasien semakin mengenal praktek kefarmasian
Menurunkan kecemasan Pasien akibat ketidaktahuannya
Meningkatkan status Apoteker di komunitas
Meningkatkan kepuasan Apoteker dan kebanggaan profesi
Meningkatkan citra Apotek dan keuntungan bisnis
selanjutnya
Menurunkan keluhan dan tuntutan
Partnership
Benefit Kolaborasi antar
Tenaga Kesehatan dan
Pasien Pemantauan regimen dosis
- dosis & interval
- beers criteria, starts-stops
Dokter Optimalisasi obat
- pengetahuan pasien
Kebutuhan Pasien thd
- aturan minum obat
Terapi obat: Data obat yg - penggunaan obat yg tdk perlu
Tepat indikasi digunakan & - adanya pemborosan biaya
Efektif instruksi
Aman Dokter
Patuh
Farmasis
Tanpa gejala yg tdk tertangani
Pasien

Communicate & Collaborate


Kolaborasi dan Komunikasi antar Tenaga
Kesehatan & Pasien
MEDICATION THERAPY MANAGEMENT
Pelayanan Konseling pada Diabetes
Pelayanan Konseling pada Diabetes
Pelayanan Konseling pada Diabetes
Pelayanan Konseling pada Diabetes
Pasien Penyakit Kronis terlibat
dalam Proses Perawatan
Berkelanjutan
Apakah ini dari pelayanan kefarmasian
atau service excellence?
Inti dari pelayanan kefarmasian atau service
excellence adalah SOLUSI, salah satu
langkahnya adalah SOAP
Inti dari SOLUSI adalah FOLLOW UP
Inti dari FOLLOW UP adalah menetapkan
parameter monitoring, evaluasi efektivitas
dan keamanan, bersifat continuous
Medicines Use Review
Pengetahuan & pemahaman pasien
tentang obat, aturan minum dan pemakaian

ESO, Acceptable, Kepatuhan Pengobatan

Keberhasilan Terapi
30
Medication Review
Competency Framework
Targeting medication reviews, cont....
Siapa yang harus diberikan konseling ?
1. Pasien yang dirujuk oleh Dokter
2. Pasien dengan kondisi penyakit tertentu :
- penyakit jantung
- penyakit diabetes
- penyakit epilepsi
- penyakit asma
- penyakit kronik lain
3. Pasien yang menerima obat-obat tertentu :
- obat dengan indeks terapi sempit
- obat dengan penggunaan jangka lama
- memerlukan teknik penggunaan tertentu
- obat dengan perhatian khusus
4. Pasien Geriatri & Pediatri dengan regimen yang rumit
5. Pasien non adherence 37
6. Polifarmasi
PELAYANAN KONSELING
PASIEN RAWAT INAP
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada:
- pelayanan pasien,
- penyediaan sediaan farmasi, alkes & bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat
- pelayanan farmasi klinik.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Ruang Lingkup
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2
kegiatan, yaitu :
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik

Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan


Kefarmasian tersebut juga harus mempertimbangkan
faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan
manajemen risiko.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai multidisiplin terkoordinir --> kendali
mutu dan kendali biaya.
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa
Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non
elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu
jantung, implan, dan stent.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian


termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di
Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung
yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:


1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3. rekonsiliasi Obat;
4. pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. konseling;
6. visite;
7. pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat
atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor)
kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di
semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif
Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Konseling
Membuka
komunikasi

Identifikasi pemahaman (Three Prime Questions)

Menggali informasi (Medication History/ MUR)

Penjelasan MTO

Verifikasi akhir

Dokumentasi
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk


mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko
reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien
(patient safety).
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:


a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan
pasien;
b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
penggunaan Obat dengan penyakitnya;
e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
f. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya
dalam hal terapi;
h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
i. membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatan pasien.
Permenkes RI No 58 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Sarana dan
Peralatan:
a. ruangan atau
tempat konseling;
dan
b. alat bantu
konseling (kartu
pasien/catatan
konseling).
POSISI PIO & KONSELING

KONSELING
PIO
BEDA PIO & KONSELING
PIO KONSELING
Lokasi tempat tdk masalah Lokasi hrs dpt dg mudah
dijumpai & dekat dg outlet
Tidak perlu tatap muka apotek
Orientasi kpd tenaga Perlu tatap muka
kesehatan Orientasi kpd
Literatur yg dibutuhkan pasien/keluarga
lbh kompleks Literatur yg dibutuhkan
Bbrp metode untuk relatif standar
mengajukan pertanyaan Bertanya scr lisan
Inpatient Case

Dokter meresepkan Amiodaron 900 mg dalam 500


ml D5 untuk diberikan dgn laju 0,5mg/mnt.
Berapa mL/jam yg hrs diterima pasien?
IV Dose Amiodarone:
300 mg in 20-30 ml of N/S or D5
Supplemental dose of 150 mg in 20-30 ml of N/S or D5W
Followed with continuous infusion of 1 mg/min for 6 hours than 0.5
mg/min to a maximum daily dose of 2 grams
Perhitungan Dosis IV
Laju aliran infus Amiodaron :
900 mg : 500 mL~0,5 mg/mnt : x mL
500 x 0,5 = 0,278 mL/mnt x 60 16,7 mL/jam
900
PELAYANAN KONSELING
PASIEN RAWAT JALAN
Permenkes RI No 35 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:


1. pengkajian resep;
2. dispensing;
3. pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. konseling;
5. pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care);
6. pemantauan Terapi Obat (PTO);
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Pelayanan Konseling
Permenkes No. 35 th 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien
yang membutuhkan konseling
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Sarana & Prasarana
Pelayanan Farmasi Komunitas
STRATEGI KONSELING
FARMASI KOMUNITAS
BEBERAPA TEORI PERILAKU
DI BIDANG KESEHATAN...
SBG DASAR MODEL
KONSELING YG TEPAT
Health Belief Model
Perilaku Keluarga

Perilaku Individu

Sikap

Pengetahuan

Waktu
Sikap Konselor

Terbuka, jujur, dapat dipercaya


Sopan & saling menghormati
Dapat mengendalikan perasaan
Perhatian kepada konseli
Mau & mudah memahami
Mudah menyesuaikan diri
Sifat mendidik & tanggung jawab
Penampilan profesional
Outpatient Case
Ibu Elis 45 tahun, seperti biasanya menebus resep di sebuah
apotek ditemani oleh putranya bernama Vince 22 tahun. Mereka
adalah penderita diabetes. Ibu Elis diketahui mengalami diabetes
pada saat berusia 35 tahun pada saat akan operasi batu empedu.
Sedangkan Vince diketahui sejak usia 16 tahun. Pada saat itu
keduanya mengalami hiperglikemia (gula darah > 250 mg/dl).
Ibu Elis menyampaikan kepada Apoteker bahwa Vince malas
menggunakan obatnya, karena merasa pengobatannya sia-sia
saja, gula darahnya tidak pernah mencapai target sementara ada
ketakutan bahwa obat akan merusak ginjalnya. Sedangkan Ibu
Elis sendiri yang berprofesi sebagai guru juga sering lupa
minum obatnya, apalagi bila terburu-buru harus berangkat
bekerja. Mereka menggunakan akses layanan BPJS.
Riwayat Obat Pasien
Ibu Elis Vincent (120 kg)
Glucodex 80 mg 1-1-0 Glimepiride 4 mg 1-0-0 ac
Acarbose 100 mg 1-1-1 dc Metformin 500 mg 1-1-1 pc
Levemir 12 unit Acarbose 50 mg 1-1-1 dc
Levemir 12 Unit

Gula darah sblm makan Gula darah sebelum makan


siang 294 mg/dl siang 238 mg/dl
Bagaimana rancangan konseling
untuk pasien tersebut?
Model Pelayanan Penyakit
Kronis

Assess, Advise,
Agree, Assist and
Arrange
5
MTM
A

Ontarios Ministry of Health and Long Term Care. Preventing and Managing
Chronic Diseace. 2007
Sumber: Pharmaceutical Care Practice: The Clinicians Guide; 2nd ed;
Cipolle RJ, Strand LM, Morley PC
Self Management Strategies dengan
Patient Counselling by Pharmacist

Assess Build relationship


Advise Setting visit agenda
Agree Identify drug related problems
Assist Change behavior
Arrange Ask-tell-ask (good communication)
ensure patients knowledge
Action plan & solve the problem
Follow up

Dokter-Farmasis-Tenaga Kesehatan lain Pasien


Model Pengambilan Keputusan
Tipe Model Karakteristik
Paternalistik : Dokter tahu yg terbaik, pasien terbatas hanya
memberi persetujuan, tanpa pertimbangan
pilihan pasien
Pengambilan keputusan: pasien sbg pengambil keputusan setelah
stlh diberi informasi mendapat informasi, klinisi membantu
pasien mengambil keputusan
Profesional sbg agent : menyadari pentingnya pasien dilibatkan dlm
pengambilan keputusan, keputusan akhir
dibuat oleh klinisi
Pengambilan keputusan: pasien dan klinisi terlibat dlm proses pengam
bersama bilan keputusan, menghargai pilihan pasien
Hambatan Ketaatan Pasien
Faktor Pasien Merasa penyakitnya tdk serius, merasa akibat diobati tdk serius,
merasa pengobatan tdk efektif, kurang dukungan sosial dan
keluarga
Komunikasi Tingkat pengawasan medis rendah, penjelasan tenaga kesehatan
kurang detil, kurang informasi mengenai efek samping, kepuasan
pasien dlm berinteraksi dgn tenaga kesehatan rendah, kurangnya
interaksi pasien dgn tenaga kesehatan, profesional kesehatan tdk
ramah dan kurang perhatian, pasien tdk dilibatkan dlm
pengambilan keputusan
Perilaku Ingin menguji efikasi obat
Pengalaman dgn pengobatan sedikit atau memiliki pengalaman
buruk dgn obat, kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Hambatan Regimen pengobatan kompleks, durasi terapi panjang, munculnya


ketaatan efek merugikan, tdk dpt membaca, kemampuan kognitif rendah,
hambatan bahasa, hambatan fisik untuk mendapat obat
Apa poin
Case Management konseling
kasus ini?

Ibu Etty dinyatakan mengalami DM tipe 2 sejak 2007.


HbA1c < 6,5; GDP < 100; GDA kadang > 200. Akhir2 ini
sering mengeluh nyeri dan kebas pada bagian punggung dan
kaki. Dokter memberi terapi Pregabalin, Amitriptilin,
Diazepam, Etoricoxib dan Tizanidin. Namun kondisi Bu
Etty tidak membaik, malah semakin nyeri. Bu Etty
menggunakan obatnya bila nyeri. Psikososial Bu Etty,
tinggal sendiri, bekerja mandiri sbg produsen pangan.
Petunjuk konseling untuk mencegah
non-adherence
Petunjuk konseling untuk mencegah
non-adherence, lanj..
Petunjuk konseling untuk mencegah
non-adherence, lanj..
Problem Bentuk Sediaan
Mira (32 tahun) menyampaikan sudah bosan
dengan terapi Insulinnya. Tiap kali dipakai
selalu bermasalah, mulai dari munculnya
gelembung udara di dalam cartridge insulin,
berdarah ketika disuntikkan dan
meninggalkan bekas kebiruan; belum lagi rasa
sakit dan perih setiap kali menyuntikkan
insulinnya. Bagaimana pelayanan kefarmasian
untuk Mira?
PRIORITAS MASALAH &
RENCANA PELAYANAN
1. Problem ketidaknyamanan
penyuntikan insulin Edukasi,
Homecare : mendampingi dan
melatih pasien ketika menyuntikkan
insulin
2. Pengobatan jangka panjang,
menyebabkan pasien menjadi bosan
menetapkan target pengobatan,
edukasi Diabetes Self Management,
Patient Empowerment sehingga
pasien dapat diberdayakan dan ikut
terlibat dalam pengambilan
keputusan bersama tenaga kesehatan
continuity of care
Problem Psikologis Pasien DM
dgn terapi Insulin
Kadang saya merasa gemetar dan berkeringat,
namun saya cek gula darah sebelum makan siang
183 mg/dL, lalu saya suntik Humalog 6 Unit, 2 jam
setelah makan hasilnya 201 mg/dL; sorenya merasa
lemas dan berkeringat, saya cek lagi hasilnya 205
mg/dL; malam saya cek lagi hasilnya 154 mg/dL
Apa yang harus saya lakukan untuk meringankan
beban pikiran saya terutama untuk jangka
panjangnya, mohon SOLUSInya?
Problem yang dialami:
Hipoglikemia relatif
Dimana pasien DM melaporkan salah satu
gejala khas hipoglikemia, tetapi kadar
glukosa darahnya > 70 mg/dl. Ini
menunjukkan buruknya kontrol terhadap
kadar glukosa darah sehingga pasien dapat
mengalami gejala hipoglikemia pada kadar
glukosa darah > 70 mg/dl
Metode Informasi Obat

Ceramah
Wawancara/Konseling
Diskusi Kelompok
Demonstrasi
Metode Wawancara

Konseling Obat : Suatu proses yang


memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasikan diri yang dapat
mengarah pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran tentang
penggunaan obat yang benar.

Bentuk:
Individu/Tatap muka
Tehnik: wawancara/tanya jawab
Terdiri dari : konselor dan konseli
Tahapan Proses Konseling

1. Pengenalan
2. Penilaian Awal
Prime questions
3. Pelaksanaan
Show and tell
4. Pengujian / verifikasi
Fill in the gaps
5. Penutup/Follow up
5 Tahap
Konseling
1. Pembuka / Pengenalan

Tujuan:
Pendekatan dan membangun
kepercayaan

Tehnik:
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan konseling, lama ?
Sikap Non-Verbal Pasien
Sikap Non-Verbal Pasien, lanj..
Penilaian Awal/ Identifikasi
Tujuan :
Menilai pengetahuan pasien
dan kebutuhan informasi.
Perhatikan!
Pasien baru / lama ?
Peresepan baru / lama / OTC ?
Tehnik : Prime Questions
Contoh:
Pasien mendapat obat antihipertensi

Ny.Jamilah : Tn.Jamil:
Dokter bilang, saya Saya tahu TD saya
memerlukan obat ini, tinggi dan harus
tapi saya merasa minum obat secara
baik-baik saja, teratur, tapi jadwal
mungkin saya saya sibuk dan
benar-benar tidak sering lupa?
membutuhkannya ?
3. Pemberian informasi
Tujuan:
Mendorong perubahan
sikap/perilaku agar memahami dan
mengikuti regimen terapi.

Tehnik : Show & Tell


4. Verifikasi

Tujuan :
Untuk memastikan apakah pasien
memahami informasi yang sudah
disampaikan.
Mengulang hal-hal penting.

Tehnik : fill in the gaps


5. Tindak lanjut

Tujuan :
Mengikuti perkembangan pasien
Monitoring keberhasilan pengobatan.
Tehnik :
Membuat patient medication record
(PMR)
Komunikasi melalui telepon.
Konsultasi
penatalaksanaan
pengobatan
Materi yang disampaikan dalam konseling ?
1. Nama Obat
2. Tujuan pengobatan
3. Jadwal / aturan pengobatan
dosis, saat, frekuensi penggunaan
4. Cara / rute penggunaan
5. Lama penggunaan
6. ESO yang umum terjadi
7. Interaksi dengan obat lain ( resep / OTC )
8. Interaksi dengan makanan -minuman
9. Pengaruh terhadap gaya hidup
10. Cara penyimpanan & pembuangan sisa obat /
obat rusak
11. Interpretasi hasil lab, dll.
Konseling Obat dg Bentuk
Sediaan Khusus pd Pasien yg
Berisiko Pemahaman Kurang
Audiovisual ( AVA )

==> Sarana untuk menyampaikan


informasi
Syarat :
1. Menarik
2. Mudah dicerna, singkat, jelas
3. Sesuai sasaran & tempat
4. Sesuai pesan
Contoh

- Papan tulis
- Flip chart
- Slide
- Leaflet, Booklet
- Poster
- Video, tape, dll
Bagaimana konseling ketika terjadi
insidens?
Layanan Konseling Apoteker
Syarat Sesi Konseling
Faktor yg perlu dipertimbangkan dlm konseling
Emotional reaction to illness & treatment:
Tahap Perilaku Pasien Cara Apoteker membantu
Menolak Pasien menolak atau mempertanyakan Pahami & dengarkan
Tidak, bukan saya diagnosis meskipun telah dikonfirmasi Mungkin perlu mengulang informasi krn
oleh tenaga kesehatan lain (opini kedua) pasien mungkin tdk menyerap semua
reaksi perlindungan diri thd syok awal informasi
Jangan berusaha meyakinkan

Marah Marah kepada org dan benda2 Berusaha tdk ikut marah
Mengapa saya? Perasaan tdk berdaya Jangan hanya menerima kemarahan
Mempertanyakan mgp org lain lbh sehat pasien, berusaha mencari penyebab
Mengeluh terus kemarahan pasien
Biarkan pasien melepas perasaannya
Dengarkan, berempati

Menawar Berusaha menerima situasi Dengarkan


Ya, saya, tapi.... Berusaha menawar kpd Tuhan Bantu pasien fokus pada apa yg mungkin
terjadi, bukan pada apa yg tdk mungkin
terjadi

Depresi Menyadari kenyataan dan bersedih Biarkan pasien mengekspresikan


Ya, saya Mungkin sangat diam, mungkin menangis kesedihannya
Berikan privasi, tapi dengarkan bila pasien
ingin bicara

Menerima Tidak lagi marah atau depresi Berikan privasi


Saya siap) Memisahkan diri dari orang lain
Kontribusi Apoteker thd QoL
1. Berdiskusi dgn pasien apakah terapi kemungkinan akan mengganggu
aspek penting dalam gaya hidup pasien
2. Menjelaskan kpd pasien tentang hal yg dpt diharapkan atau hal yg
tdk dpt diharapkan dari terapi dan membantu pasien membandingkan
antara cost vs benefit
3. Memberikan saran tentang bagaimana meminimalkan dampak efek
negatif terapi pd QoL pasien
4. Siap mendengarkan keluhan pasien yg disebabkan oleh pengobatan
5. Membicarakan keluhan mengenai QoL pasien akibat pengobatan dgn
dokter dan menyarankan alternatif
6. Memasukkan karakteristik gaya hidup pasien, spt hobi dan
pekerjaan, ke dlm profil pengobatan pasien
Pelayanan Konseling Obat Diabetes
More intensive strategy
Referensi
1. Rantucci MJ. Pharmacist Talking With
Patients: A Guide To Patient Counseling,
2nd ed. Lippincott William & Wilkins.2007
2. Buletin Rasional. Rekonsiliasi Obat. Vol
11 .No 4. Maret 2014
3. Canadian Pharmacist Association.
Medication Management. July 2013

Anda mungkin juga menyukai