Anda di halaman 1dari 35

Masalah penggunaan

Obat dalam
pelayanan kesehatan

DR. ANDI PRASETYO


Pemberian terapi thd pasien
• Pemberian obat
• Pengetahuan
• Keahlian
• Pengalaman
• pertimbangan profesional

• Pemakaian obat yang tidak berdasar proses dan tahap ilmiah


menimbulkan keadaan “ pato
logik “ atau ketidak normalan yg merugikan pasien berupa :
- peresepan yg tidak rasional ( irrationaL prescrebing )
- peresepan yg tidak benar ( inappropriate prescribing )
Penggunaan obat yang
rasional
• Penggunaan obat yang tepat, sesuai pedoman
pengobatan yang menunjang optimasi penggunaan
dana, meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan.

• Perlu didukung tersedianya obat dengan mutu yang


baik.

• Secara klinis :
• rasional berarti cara pengobatan yang diakui dan
dibuktikan secara ilmiah benar atau mendekati
kebenaran.
Langkah pemberian obat
rasional
• Pemberian terapi konservatif/non obat
• Pilih obat sesuai, efektif dan aman dengan penyakit / keadaan
pasien
• Penyediaan obat tepat waktu, harga terjangkau dan mutu
terjamiN
• Pemberian obat yang sesuai jenis, dosis,
• interval dan lama pemberian
Pemberian obat tidak rasional
bila :
• Manfaat pengobatan kecil atau tidak ada sama
sekalI
• Manfaat tidak sebanding dengan resiko/ efek
samping dan biaya yang dikeluarkan
Syarat pengobatan rasional
(4T+1W)
• 1. Tepat indikasi
• 2. Tepat obat
• 3. Tepat dosis regimen
• 4. Tepat penderita

dan

Waspada efek samping obat


1.Tepat indikasi pemakaian
obat
• Tepat indikasi medis, dimana intervensi obat
memang diperlukan dan telah diketahui
memberikan manfaat terapetik
• “ Apakah obat diperlukan ? “
Kalau ya,
“ Efek klinis apa yang berperan”
2. Tepat obat
• Keamanan dan kemanfaatan obat sudah terbukti secara
pasti
• Resiko pengobatan paling kecil, sesuai dg manfaat yg
diperoleh
• Biaya obat paling sesuai utk alternatif obat yg manfaat
sama dan paling terjangkau
• Jenis obat yang paling mudah didapat
• Cara pemakaian paling cocok & paling mudah diikuti
• Sedikit mungkin kombinasi obat atau jenisnya
3. Tepat dosis regimen
Pemakaian obat pertimbangkan farmakokinetik:
• Cara pemberian
• Besar dosis
• Frekwensi pemberian
• Lama pemberian
• Cara pemberian yg mudah diikuti
• Cara pemberian yg paling aman
4. Tepat pasien dan
penilaiannya
Pertimbangkan apakah :
• Ada kontra indikasi
• Ada kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis
secara individu
• Keadaan sosial ekonomi
• Kebiasaan/ budaya sekitar
Waspada Efek Samping

Mempertimbangkan/ ketahui :

• Adanya kemungkinan efek samping


• Tanda/gejala efek samping
• Bagaimana menentukan efek samping
• Bagaimana menangani efek samping tersebut
• Apa yg dilakukan pasien bila ada ES
Kriteria Penggunaan obat rasional
• Diagnosa sesuai standar terapi yang ditetapkan
• Diberikan dengan dosis yang tepat
• Cara pemberian dengan interval waktu
pemberian yang tepat
• Lama pemberian tepat
• Tersedia pada saat yang dibutuhkan
• Harus efektif, aman dan mutu terjamin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
penggunaan obat tidak rasional

• Pemberian pengobatan belum didasarkan pedoman terapi


( PDT )
• Kurangnya sarana penunjang untuk menegakkan diagnosa
yang tepat
• Informasi yang sering “bias” dari industri farmasi
• Tekanan dari pasien, meminta obat berdasarkan pilihan
sendiri.
• Sistem perencanaan dan pengelolaan obat yang lemah
• Terbatasnya jenis dan jumlah obat yang tersedia
BENTUK-BENTUK KETIDAK-RASIONALAN
PEMBERIAN OBAT
A. Pengobatan boros (extravagant), yaitu pemberian obat mahal,
ada obat murah dengan manfaat dan keamanan yang sama.

B. Pengobatan berlebih (over prescribing).


1. dosis obat, lama pemberian atau jumlah obat melebihi
ketentuan
2. memberi obat yang tidak diperlukan pasien.

C. Pemberian obat kurang (under prescribing):


1. obat yang diperlukan tidak diberikan/di-resepkan,
2. dosis terlalu kecil/tidak cukup atau jumlah obat kurang,
3. lama pemberian kurang .
BENTUK-BENTUK KETIDAK-RASIONALAN
PEMBERIAN OBAT
D. Pemberian obat yang salah (incorrect prescribing)
1. indikasi yang keliru,
2. diagnosis tepat tetapi obatnya keliru ,
3. obat kontra indikasi ,
4. ada interaksi obat yang merugikan.
5. Pemberian obat ke pasien yang salah/tanpa memperhatikan
penyakit lain atau kondisi pasien.

E. Peresepan majemuk (multiple prescribing)


1. pemakaian kombinasi obat padahal cukup obat tunggal
2. pengobatan terhadap semua gejala , tanpa mengarah ke
penyakit utamanya.
CIRI – CIRI PEMBERIAAN OBAT YANG
TIDAK RASIONAL

• Pemakaian obat tidak rasional kalau


manfaat tidak sebanding dengan
resiko atau biaya yang harus
dikeluarkan.
1.Indikasi pemakaian obat secara medik tidak
ada atau samar-samar

• antibiotika untuk terapi flu atau common


cold/diare
• antibiotika jangka panjang untuk tujuan
profilaksis pre-operasi
• Pemberian antibiotika pada pasien sakit kepala,
sakit pinggang.
2. Pemilihan obat yang keliru untuk
indikasi penyakit/kondisi tertentu

• Meningkatkan nafsu makan dengan hormon anabolik steroid


(orgabolin)
• Menggemukkan badan dengan Ciproheptadin dan
kortikosteroid.
• Tonikum, multivitamin dan mineral untuk meningkatkan
vitalitas, kebugaran, kecantikan bukan makanan dengan gizi
yang cukup.
• Kombinasi analgesik dan neurotropik vitamin untuk
menghilangkan kecapekan bukan dengan istirahat yang cukup.
• Antibiotika dosis tinggi utk propilaksis semua tindakan
pembedahan,
• Antibiotika aminoglikosida (kanamisin, neomisin) per oral untuk
diare
• Meningkatnya peristaltik usus pada anak diberikan
antispasmodik
3.Cara pemberian, dosis, waktu, frekuensi dan
lama pemberian tidak sesuai.
• Cara pemberian kurang sesuai, contoh:
• Obat per injeksi pada setiap pasien tanpa indikasi medik
yang jelas
• Obstipasi lebih dari 2 hari diberikan obat per oral,
• Obat per infus (intravena drip) untuk setiap pasien yang
baru (MRS)
• Vitamin neurotropik injeksi dalam larutan infus,
• obat yang rasanya sangat pahit (kloramfenikol,
metronidazol) dalam bentuk pulvers.
4.Dosis obat tidak sesuai :
• Besaran dosis tidak jelas (dalam gram, miligram
atau microgram)
• Jumlah obat yang diminta tidak sesuai, yaitu
terlalu besar atau kecil
• Aturan pemberian (signatura): 3dd 1/3 tab, tdd
½ kaps, 2dd 3/5 tab.
• Penggunaan sendok teh atau sendok makan
tanpa mencantumkan volume
• Tanpa menyebutkan satuan tablet, kapsul
(ukuran kekuatan berbeda)
5.Waktu pemberian kurang tepat
• OAT, ACE inhibitor sesudah makan , obat
diabsorbsi maksimal sebelum makan.
• Obat iritasi lambung diberikan sebelum makan
• Diuretik malam hari akan mengganggu tidur
pasien
• Magnesium sulfat/garam Inggris diberikan
malam
• OAD sebelum tidur malam menyebabkan
hipoglikemia
6.Frekuensi pemberian kurang
tepat:
• Obat sustained release (lepas lambat), SR,
TP,R,CR,OD, CD sehari 3 –4 X.
• Obat dengan waktu paruh panjang: 3 dd
tablet/kapsul I
• Hipnotik/sedatif kuat (lorazepam, nitrazepam,
alprazolam, bromazepam, estazolam) diberikan 2-
3 dd tablet I.
7. Lama pemberian tidak sesuai

1. Antibiotika utk ISPA, gastritis, ISK po 2 hari karena


terbatasnya persediaan dan belum tegaknya
diagnose.
2. Kortikosteroid po utk asma terus menerus , bukan
bronchodilator
3. AINS untuk pasien rematik jangka lama, tanpa
memperhatikan kondisi lambung pasien.
8.Pemakaian jenis obat dengan potensi toksisitas/efek samping
yang besar, masih ada obat lain dengan kemanfaatan yang
sama dan E S lebih kecil

1. Quinolon pada anak yang dapat mengganggu


pertumbuhan anak.
2. Antihistamin dengan waktu paruh panjang ( citirizin ,
astemizol, loratadin ) pada anak-anak atau pasien
serangan asma.
3. Analgesik pada pasien post op dengan obat AINS
waktu perut kosong
9. Obat mahal

• Pemilihan obat mahal, padahal banyak tersedia


obat yang harganya murah dan tersedia dipasaran
dengan kemanfaatan dan keamanan yang tidak
jauh berbeda

• Penemuan obat baru diklaim sebagai obat dg


khasiat lebih baik, efek samping lebih kecil dan
pemakaian lebih praktis. Perlu diingat ketersediaan
obat lama yang harganya lebih terjangkau dengan
kasiat dan keamanan yang belum tentu kalah
dengan obat baru

• “ Jangan menilai obat baru karena barunya “


10. Manfaat dan keamanan
• Tidak memberikan pengobatan dengan obat yang belum
diketahui dan diterima kemanfaatan dan keamanannya

• Tidak memberikan pengobatan dengan obat yang


kemanfaatan dan keamanannya masih meragukan
11. Tidak mengacu sumber
informasi ilmiah terpercaya
Penggunaan obat yang semata-mata didasarkan
pengalaman individu , tanpa mengacu sumber
informasi ilmiah yang terpercaya, atau
berdasarkan pada sumber-sumber informasi
yang tidak dapat dipastikan kebenarannya :
- loperamid untuk mengatasi muntah pada anak
- Antihistamin siproheptadin , pizotifen untuk
meningkatkan nafsu makan , padahal khasiat tsb
hanya merupakan efek samping
- INH untuk meningkatkan nafsu makan anak
12. Pemakaian obat tanpa memperhatikan
keadaan / kondisi penderita

- tetracyclin, erytromycin, vit c + vit b komp dosis tinggi,


ains, corticosteroid pada dispepsia
- Sulfa, aminoglikosida pada pasien gagal ginjal
- Paracetamol, INH pada pasien gangguan faal hati
13. Pemilihan obat tidak sesuai dengan
yang diharapkan
1. Tablet / kapsul lepas lambat, tablet enterocoated
dibuat bentuk pulvers.
2. Omeprazol, lanoprazol kapsul dalam bentuk pulvers.
3. Acetosal dalam bentuk obat minum (potio)
4. Injeksi utk semua pasien
14. Polifarmasi
• Penggunaan obat yang lebih besar dari yang diperlukan (poli
farmasi)
• Kurang tegaknya diagnosa, pengobatan hanya berdasarkan
keluhan pasien
• Penanganan pasien oleh beberapa dokter ahli karena
komplikasi penyakit
15. Tidak mengetahui adanya
interaksi obat
Secara klinis interaksi dianggap penting, bila dapat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi khasiat
obat. Contoh:
1. Tetracyclin bersama antasida ( garam Ca, Mg, Al ) dan
Fe membentuk senyawa komplek Antasida-Tetracyclin
yang sulit diabsorsi.
2. Antibiotika bersama pil KB dapat menyebabkan gagal
KB
3. Questeramin (Questran) bersama obat lain
menghambat absorbsi obat
4. Perhidrol ( H2O2 ) bersama povidone iodin .
FAKTOR PENYEBAB
• Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
pemakaian obat.
• Aktivitas promosi yang berlebihan dari Industri
Farmasi,
• Rasa tidak aman, tidak pasti akan diagnose
ataupun prognose
• Rasa gengsi yang tidak tepat dari penulis resep,
• Sistem distribusi obat yang tidak efisien
• Beban pelayanan kesehatan yang terlalu banyak
• Kebijakan pelayanan kesehatan, keterbatasan dana
pengadaan obat
FAKTOR PENYEBAB
• Tidak adanya buku pedoman pengobatan misalnya
Formularium RS, Buku Pedoman Diagnosa dan
terapi, Buku Pedoman Antibiotik dan lain-lainnya.
• Tekanan dan permintaan dari pasien,
• Semata-mata mengandalkan pengalaman individu
yang belum jelas ketepatan analisisnya.
• Anggapan/kepercayaan yang keliru tentang manfaat
obat
• Ketidak mampuan menelaah setiap informasi secara
kritik analisis, sehingga setiap ada informasi
gampang mempengaruhi pola kebiasaan peresepan.
Dampak ketidakrasionalan
penggunaan obat
Dari sudut penyediaan obat:
• Kualitas data penyakit tak valid, akibat dari penetapan
diagnosa yang keliru.
• Kualitas data konsumsi sebagi dasar pe- rencanaan
kebutuhan obat kurang sesuai
• Pengadaan obat yang tidak Cost effective, karena kurang
mendukung pola morbiditas
• Pemborosan biaya
Dampak ketidakrasionalan
penggunaan obat
Dari sudut pelayanan kesehatan:
• Menurunkan mutu pengobatan dan pelayanan ,
diantaranya menurunkan mortalitas dan morbilitas
dan meningkatkan biaya pengobatan
• Meningkatkan biaya pelayanan, pemborosan bagi
pasien maupun sistem pelayanan kesehatan.
• Meningkatkan kemungkinan terjadinya efek
samping dan interaksi obat
• Menyebabkan ketergantungan pada terapi obat,
walaupun intervensi obat belum tentu diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai