PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk memahami perilaku masyarakat terhadap pemakaian obat
serta memberikan informasi bagi pembaca mengenai upaya masyarakat
dan perilaku masyarakat dalam pengobatan diri sendiri dan
ketidakpatuhan pasien.
2 | Farmasi Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan
demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
3 | Farmasi Sosial
Pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan yang mengacu
pada kemampuan sendiri, tanpa petunjuk dokter atau tenaga medis,
untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit ringan dengan
menggunakan obat-obat yang di rumah atau membeli langsung ke toko
obat atau apotek.
c. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Faktor - faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang,
antara lain :
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Kepercayaan
- Nilai-nilai
- Tradisi, dsb.
2. Faktor pemungkin atau pendukung
Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana
atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya
perilaku seseorang / masyarakat. Misalnya seorang ibu berobat ke
rumah sakit dan diberi resep oleh dokter. Fasilitas berobat seperti
rumah sakit dan apotek. Dalam hal ini pengetahuan dan sikap saja
belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana
5 | Farmasi Sosial
atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku
tersebut.
3. Faktor penguat
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia belum menjamin
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Oleh karena itu
perlu adanya faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat.
6 | Farmasi Sosial
menghendaki mengambilnya. Ada juga pasien tidak menebus
resepnya karena tidak mampu membelinya. Dalam banyak situasi
seperti infeksi yang disertai dengan demam dan ketidaknyamanan
lokal, pasien telah menggunakan obat-obat non resep, seperti
asetaminofen. Kemampuan zat ini memberikan sesuatu, beberapa
pasien untuk menyimpulkan bahwa kondisi telah membaik atau lebih
baik, dan oleh karena itu tidak perlu menebus resepnya.
2. Melalaikan dosis
Melalaikan dosis obat dalam kondisi ini pasien dengan sengaja
melalaikan dosis yang telah ditetapkan. Misalnya pemakaian obat
yang tertulis pada etiket tertulis tiga kali sehari tetapi digunakan dua
kali sehari sehingga mengurangi dosis yang telah ditetapkan.
3. Kesalahan dalam waktu pemberian/konsumsi obat
Kesalahan pada waktu kosumsi obat, dapat mencangkup situasi
obatnya dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan.
Banyak antibiotik harus dikonsumsi terpisah dari waktu makan
( yaitu, 1 jam sebelum makan dan 2 jam setelah makan) untuk
mencapai absorpsi optimal.
4. Penghentian obat sebelum waktunya
Pengertian pemberian obat sebelum waktunya, pada umumnya
terjadi dengan penggunaan antibiotik. Pasien harus diberitahu
pentingnya penggunaan obat antibiotik yang ditulis sampai habis
selama terapi, bahkan walaupun gejala telah reda segara permulaan
terapi.
7 | Farmasi Sosial
Pada umumnya, makin banyak jenis dan jumlah obat yang
digunakan pasien,semakin tinggi risiko ketidakpatuhan.
Misalnya,banyak pasien geriatrik menggunakan lima atau enam
obat-obatan beberapa kali dalam sehari pada waktu yang
berbeda.Selain itu,beberapa pasien geriatrik dapat mengalami
hilang daya ingat yang membuat ketidakpatuhan lebih
mungkin.Kesamaan penampilan (misalnya,ukuran,warna,atau
bentuk) obat-obat tertentu dapat berkontribusi pada kebingungan
yang dapat terjadi dalam penggunaan multi obat.
Frekuensi Pemberian
Pemberian obat pada jangka waktu yang sering, membuat
ketidakpatuhan lebih mungkin karena jadwal rutin normal atau
jadwal kerja pasien akan terganggu untuk pengambilan satu dosis
obat dan dalam banyak kasus pasien akan lupa,tidak mau susah
atau malu berbuat demikian.
Sikap pasien terhadap kesakitan dan regimen pengobatan mereka
juga perlu diantisipasi dan diperhatikan. Dalam kebanyakan
situasi,adalah wajar mengharapkan bahwa pasien akan setuju dan
lebih cenderung patuh dengan suatu regimen dosis yang sederhana
dan menyenangkan. Namun, beberapa profesional kasehatan dan
beberapa pasien mungkin ragu-ragu tentang keefektifan regimen
sekali dalam sehari.Dari suatu studi diamati bahwa pasien lebih
menyukai menerima obat analgesik dalam multi dosis dalam sehari.
Efek Merugikan
Perkembangan dari efek suatu obat tidak menyenangkan
,memungkinkan menghindar dari kepatuhan.
Dalam suatu survei dari onkologis,lebih dari 60% ketidakpatuhan
yang diidentifikasi sebagai suatu masalah. Efek merugikan (yaitu,
mual, muntah dan rambut rontok) yang disebabkan penggunaan
banyak obat antineoplastik cukup menyusahkan sejumlah pasien.
Rasa Obat
Masalah rasa obat-obatan adalah yang paling umum dihadapi
dengan penggunaan cairan oral oleh anak-anak. Masalah kepatuhan
8 | Farmasi Sosial
berkaitan dengan rasa obat-obatan tidak terbatas pada anak-anak.
Keberatan terhadap rasa sediaan cair kalium klorida sering di
ajukan, sejumlah pasien menghentikan penggunaan obat ini karena
alasan rasa.
Menunggu Dokter
Apabila seorang pasien mengalami suatu waktu menunggu yang
signifikan untuk bertemu dengan dokter atau untuk menulis
resepnya, kejengkelen dapat berkontribusi pada kepatuhan yang
lebih buruk terhadap intruksi yang diberikan.
Dalam investigasi, setengah dari pasien mengundurkan diri dari
klinik hipertensi. Ternyata dua per tiga dari pasien mengeluh
tentang waktu yng diperlukan untuk bertemu dokter, dengan masa
tunggu rata-rata 2,5 jam. Selain itu, pasien harus menuggu rata-rata
1 jam untuk memperoleh obatnya di IFRS.
10 | Farmasi Sosial
Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa
berukuran kecil. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang
berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun
enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat.Pemakaian
obat harus dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa keamanan pasien
diutamakan. Kepatuhan anak terhadap pengobatan sangat tergantung pada orang tua,
atau pengasuh. Penyuluhan dapat dilakukan pada pasien usia 8-10 tahun. Penyuluhan
kepada pasien anak-anak maupun pengasuhnya dalam bahasa yang mudah dimengerti
akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan.
Masalah rasa obat-obatan adalah yang paling umum dihadapi
dengan penggunaan cairan oral oleh anak-anak. Pemberian obat
kepada anak-anak mungkin merupakan suatu tugas yang sulit bagi
orang tua melihat adanya tanta-tanda perbaikan. Oleh karena itu,
dalam formulasi obat cair oral bagi anak-anak, penambahan penawar
rasa, dan zat warna adalah praktik yang umum dilakukan olah
industri farmasi untuk daya tarik serta pendekatan
formulasidemikian dapat mempermudah pemberian obat pada anak-
anak.
11 | Farmasi Sosial
Masa remaja berlangsung atara umur 12-24 tahun terjadi
berbagai perubahan. Perilaku pemakaian obat pada remaja antara
lain perilaku menyimpang mengenai penggunaan narkoba. Penyalah
gunaan narkoka yang dilakukan tidak untuk dimaksud pengobatan,
tetapinkarna ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih
yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental dan kehidupan
sosial.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa alasan remaja
menngunakan obat terlarang antara lain ingin mencoba, ingin tahu
dan ingin menjajaki, pembrontakan dan memperklamirkan,
kebebasan dan penolakan terhadap standar orang dewasa,
pelampiasan frustasi atau kemarahan dsb.
12 | Farmasi Sosial
sesuai dengan petunjuk dan menemukan tekanan darah yang tidak
terkendali. Dokter itu dapat menulis resep zat terapi yang sama dan
lebih tinggi atau menulis obat anti hipertensi yang lebih keras. Hal
ini akan memaparkan pasien terhadap resiko efek merugikan yang
lebih besar.
Penggunaan suatu obat yang kurang sebenarnya
mengakibatkan respon berlebihan terhadap zat lain yang diberikan
bersamaan. Zat seperti digoksi dan hidroklotiazid sering digunakan
bersamaan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, dan kalium
klorida juga sering juga sering dikonsumsi untuk menggantikan
kalium yang dieksresikan sebagai akibat kerja diuretik. Jika pasien
berhenti mengkonsumsi kalium klorida, pengosongan kalium klorida
dapat mengakibatkan jantung lebih sensitive terhadap efek
digoksin.
Ketidakpatuhan juga dapat berakibat dalam penggunaan
suatu obat dalam penggunaan suatu obat berlebih. Apabila dosis
berlebih digunakan atau apabila obat yang digunakan lebih sering
daripada yang dimaksud , akan ada resiko reaksi merugikan yang
meningkat.Ketidakpatuhan juga dapat merupakan bentuk lain.
Masalah yang berkaitan dengan salah satu penggunaan dan
penyalahgunaan obat, baik tidak disengaja maupun disengaja.
13 | Farmasi Sosial
Di bawah ini diuraikan berbagai peranan apoteker dalam menghadapi
masalah ketidakpatuhan , yaitu :
Pemantauan terapi
14 | Farmasi Sosial
agar dosis obat diberikan pada waktu yang sesuai dengan
beberapa kegiatan tetap dalam jadwal harian pasien.
4. Pemantauan Terapi
Pemantauan Sendiri
Pasien perlu diberitahu pentingnya pemantauan sendiri regimen
pengobatan dan dalam beberapa situasi, memantau parameter
respons. Dalam menggunakan kalender pengobatan tertentu
dan kertu pengingat obat yang diuraikan terdahulu, pasien
mempertahankan perekaman berkelanjutan dari penggunaan
obat yang ditulis.
Pemantauan Apoteker
Peranan apoteker dalam meminimilkan ketidakpatuhan tidak
berakhir apabila resep telah didispensing. Jika ia mengetahui
bahwa pasien tidak menggunakan obat sebagaimana
dimaksudkan, ia harus berupaya untuk menetapkan alasan dan
memberi solusi pada setiap masalah yang mungkin ada.
15 | Farmasi Sosial
edukasi. Pasien dapat menerima informasi, tetapi tidak mengerti
dan tidak menggunakannya dengan benar, sedang edukasi
menunjukkan pengertian dan perubahan perilaku. Pasien harus
didorong untuk berpartisipasi dalam diskusi dan apabila mungkin,
pasien diikutsertakan dalam proses pembuatan keputusan. Mereka
juga harus didorong mengajukan pertanyaan dan diharapkan sekali
agar apoteker, setelah ia selesai menerangkan petunjuk
penggunaan obat, hendaknya bertanya kepada pasien, jika pasien
itu mempunyai pertanyaan tentang cara obat digunakan.
Sasaran komunikasi dengan pasien adalah menyajikan
informasi yang dapat dimengerti dan digunakan pasien. Pendekatan
komunikasi harus merupakan suatu yang akan menentramkan
pasien, bukan malah menyebabkan kekhawatiran yang dapat
terjadi. Apabila suatu diskusi tentang efek merugikan sangat
berlebihan, dapat menyebabkan pasien takut menggunakan
obatnya. Komunikasi Verbal/konseling.
Komunikasi Tertulis
Penekanan pada komunikasi verbal, hendaknya tidak
diinterpretasikan bahwa komunikasi tertulis tidak pentig.
Walaupun pada waktu kunjungan ke dokter dan apoteker, pasien
dapat mengerti cara menggunakan obat, kemudian ia tidak
dapat mengingat mengenai rincian yang berkaitan dengan
pemberian/penggunaan obat. Oleh karena itu, instruksi spesifik
untuk penggunaan harus ditulis pada etiket wadah obat resep
adalah jelas.
Bahan Audiovisual
Penggunaan bantuan audiovisual mungkin penting dalam situasi
tertentu karena pasien mungkinlebih baik kemampuannya, untuk
memvisualisasi sifat kesakitannya atau cara obatnya bekerja
atau cara menggunakan (misalnya, pemberian insulin). Jumlah
IFRS, telah meningkat menggunakan alat audiovisual ini dan
16 | Farmasi Sosial
menyediakannya untuk ditonton di ruang tunggu atau di ruang
konsultasi.
Terapi Terkendali
Pengaturan yang disarankan ialah membolehkan pasien
menggunakan sendiri obanya di rumah sakit dan profesional
kesehatan bersedia untuk menjawab pertanyaan dan
mengindentifikasi masalah. Juga adalah mungkin pada tahap dini
dalam terapi pasien, untuk mengidentifikasi situasi yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan ketidakpatuhan.
Motivasi Pasien
Studi memberi kesan bahwa meningkatnya pengetahuan pasien
Informasi harus diberikan kepada pasien dalam cara yang tidak
memaksa, mengancam, atau merendahkan. Upaya edukasi yang
bertujuan paling baik dan paling komprehensif akan tidak efektif,
jika pasien tidak dapat dimotivasi untuk mematuhi instruksi
penggunaan obatnya.
17 | Farmasi Sosial
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku pemakaian obat dimasyarakat secara luas mencakup Upaya
Pengobatan diri sendiri dan perilaku pasien itu sendiri mengenai
kepatuhan pasien. Pengobatan sendiri didefinisikan sebagai tindakan
penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas
inisiatif mereka sendiri. Kerugiannya yaitu kurangnya pengetahuan
tentang obat yang dapat menimbulkan efek samping dari obat (tidak
mengetahui tidak memperhatikan peringatan dan kontra indikasi,
interaksi obat ) salah diagnosa, salah memilih terapi.
Adapun situasi yang paling umum berkaitan dengan ketidakpatuhan
pada terapi obat, mencangkup beberapa hal, yaitu :
a. Kegagalan menebus resep
b. Melalaikan dosis
c. Kesalahan dosis
d. Kesalahan dalam waktu pemberian/konsumsi obat
e. Penghentian obat sebelum waktunya
18 | Farmasi Sosial
Dalam penanganan penyembuhan penyakit yang sedang dialami
sebaiknya mematuhi aturan-aturan obat yang diberikan dan disarankan
oleh dokter, seseorang yang mengalami sakit memang tidak mudah
merutinitaskan obat sesuai anjuran dokter, maka dari itu pengawasan
lingkungan, keluarga berpengaruh bagi penderita untuk membantu
mengingatkan agar tetap mematuhi penggunaan obat yang baik dan
benar sesuai dengan anjuran oleh dokter.
19 | Farmasi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
20 | Farmasi Sosial