Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS FARMAKOTERAPI ASMA

NAMA : MAIMUN DATAU


NIM : 821417028
KELAS : A-S1 FARMASI 2017

Ny. Siti Mutmaenah (33 tahun) mengidap asma sejak usia 5 tahun. Pasien
terkadang minum alkohol dan memiliki hewan peliharaan kucing dan kelinci.
Pengobatan asma yang diberikan dokter :
Beklometason MDI 400 mcg 2x1
Salbutamol MDI 200 mcg bila diperlukan
Pasien mnengeluh mengalami kesulitan bernafas (Nafas pendek) beberapa
minggu terakhir, oleh karena itu dokter menambahkan terapi :
Zafirlukas
Amoksisilin 250 mg 3x1 selama 1 minggu
2 bulan kemudian pasien masuk RS dengan keluhan sindrom seperti flu,
abdominal pain, dan kehilangan nafsu makan. Pasien juga terlihat seperti juandice.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Bilirubin 44 umol/L (High)
AST 150 IU/L (High)
ALT 200 IU/L (High)
Analisis dosis/terapi yang diberikan dokter, apakah perlu ditambah atau dikurangi.

HASIL ANALISIS :
Berdasarkan kasus diatas, telah diketahui diagnosis pemeriksaan dokter bahwa
pasien atas nama Ny.Siti Mutmaenah mengidap penyakit asma yang sudah
berlangsung sejak dia berusia 5 tahun. Terapi pertama yang diberikan dokter adalah
Beklometason MDI 400 mcg 2x1 dan Salbutamol MDI 200 mcg bila diperlukan.
Menurut Medical Mini Notes (2019), Beklometason merupakan obat golongan
kortikosteroid inhalasi obat golongan ini memiliki medikasi jangka panjang yang
paling efektif untuk mengontrol asma dan menghasilkan perbaikan faal paru dan
hiperesponsif jalan napas. Kortikosteroid inhalasi ini adalah pilihan utama bagi
pengobatan asma persisten. Sedangkan Salbutamol merupakan obat golongan Beta 2
Agonis yang termasuk pada golongan Soft acting beta agonis (SABA). Obat ini dapat
merelaksasi otot polos dan jalan napas dengan menstimulasi reseptor beta 2
adrenergik dengan meningkatkan C-AMP dan menghasilkan antagonis fungsional
terhadap bronkokontriksi.
Pasien mnengeluh mengalami kesulitan bernafas (napas pendek) beberapa
minggu terakhir, oleh karena itu dokter menambahkan terapi Zafirlukas dan
Amoksisilin 250 mg 3x1 selama 1 minggu. Setelah mendapatkan pengobatan tersebut
2 bulan kemudian pasien masuk RS dengan keluhan sindrom seperti flu, abdominal
pain, dan kehilangan nafsu makan. Pasien juga terlihat seperti juandice. Didapatkan
hasil laboratorium Bilirubin 44 umol/L (High), AST 150 IU/L (High) dan ALT 200
IU/L (High). Berdasarkan hasil laboratorium yang didapatkan dapat dikatakan bahwa
pasien tersebut selain mengidap asma juga mengidap penyakit kuning dan dilakukan
pemeriksaan fungsi hati dari hasil laboratorium yakni bilirubin 44 umol/L (Normal <
17 umol/L), ALT 200 IU/L (Normal 0-35 unit/liter) dan AST 150 IU/L (Normal 0-35
unit/liter) dari data laboratorium tersebut hasilnya diatas batas normal. Penyakit
kuning tersebut dapat disebabkan karena adanya penggunaan zafirlukas. Menurut
Ikawati (2007), Zafirlukas merupakan pengobatan alternatif tahap 3 berdasarkan
algoritma terapi asma, obat ini dapat menyebabkan kenaikan serum transaminase
yang menyebabkan adanya gangguan hati. Obat ini juga memiliki efek samping yaitu
sakit perut dan gejala ini juga muncul pada pasien (Ny. Siti Mutmaenah). Adanya
penambahan obat zafirlukas dan amoksisilin yang diberikan dokter itu kurang tepat
karena zafirlukas memiliki beberapa efek samping yang dapat menggangu keadaan
tubuh pasien (gangguan fungsi hati dan sakit perut serta hanya merupakan terapi
asma tahap 3) maka dari itu zafirlukas harus dihentikan sedangkan penggunaan
amoksisilin perlu ditinjau kembali karena penggunaan antibiotik pada penyakit asma
itu harus ada pemeriksaan lebih lanjut tentang adanya kontaminasi dengan bakteri.
Sesak napas yang dialami pasien disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
bronkokontriksi yang disebabkan oleh sel mast. Pasien tidak mengalami asma yang
disebabkan oleh infeksi karena pasien sudah mengidap asma sejak berusia 5 tahun.
Asma yang diderita oleh pasien adalah asma alergi karena sudah terjadi sejak masa
kanak-kanak dan dengan adanya pemeliharaan hewan. Maka dari itu amkosilin
sebagai antibiotik itu harus dihentikan.
Terapi non farmakologi meminimalkan paparan alergen karena dapat
menyebabkan asma tersebut kambuh. Kontrol terhadap faktor pemicu serangan asma
(debu, polusi, perubahan suhu, olahraga, stres dan kecemasan). Menurut Sachilone
(2013), Faktor tersebut yang memicu dilepasnya histamin dan leukotrien sel lainnya
(eosinofil) yang ditemukan pada saluran napas penderita asma melepaskan bahan
lainnya termasuk leukotrien yang menyebabkan penyempitan saluran napas.

Anda mungkin juga menyukai