PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan salah satu instansi yang bergerak dibidang pelayanan
jasa kesehatan masyarakat. Pada zaman sekarang telah banyak di bangun Rumah
Sakit akan tetapi di daerah pelosok atau desa yang ada masih Puskesmas yang
berfungsi sebagai usaha preventif (pencegahan) dan operatif (penanggulangan)
terhadap upaya-upaya kesehatan masyarakat. Semakin banyak Rumah Sakit dan
Puskesmas yang dibangun maka sangatlah penting jika pihak Puskesmas berfikiran
untuk meningkatkan mutu dari Puskesmas tersebut. Untuk menunjang peningkatan
mutu Badan usaha sosial seperti Puskesmas yang melayani masyarakat di bidang
kesehatan, sistem yang terkomputerisasi sangat diperlukan karena pelayanan yang
diberikan di Puskesmas juga harus cepat. Misalnya, mengatasi sistem informasi
manajemen pada pendaftaran pasien yang selama ini digunakan.
Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan secara paripurna dijabarkan
dalam kegiatan-kegiatan pokok di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas.
Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi pengobatan, kesehatan ibu dan anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), kesehatan gigi dan laboratorium. Sedangkan
kegiatan yang dilakukan di luar gedung Puskesmas meliputi pemberantasan penyakit
menular, gizi, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat,
dan kesehatan usia lanjut. Sebagai tindak lanjut mengembangkan sarana pelayanan
pendaftaran pasien di instansi jasa khususnya Puskesmas, perlu diadakan pengolahan
sistem informasi manajemen yang memadai. Oleh sebab itu, untuk mengatasi
masalah yang ada di Puskesmas dapat dilakukan dengan cara membuat sistem
informasi yang cepat, tepat dan akurat. Sistem informasi tersebut berupa “Sistem
Informasi Kesehatan Puskesmas“.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2
ISI
2.1. Sistem Informasi
1. Pengertian Menurut Jogianto, sistem informasi didefinisikan sebagai suatu sistem
di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung informasi yang bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu
organisasi, dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan.
2. Fungsi utama sistem informasi adalah untuk :
a. Mengambil sebagai input atau merupakan data capturing, artinya perekaman data
dari suatu peristiwa atau kejadian di dalam beberapa formulir seperti bukti tindakan
medis dan bukti pelayanan penunjang (radiologi dan laboratorium).
b. Mengolah, mentransformasi, dan mengkonversi data menjadi informasi.
c. Mendistribusikan informasi (reporting / disseminating) kepada para pemakai.
3. Sumber Daya Informasi
Sumber daya informasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu perangkat keras
komputer, perangkat lunak komputer, spesialis informasi, pemakai, fasilitas, database,
dan informasi. Ketika para manajer suatu organisasi memutuskan untuk
menggunakan informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif, mereka harus
menyadari tiap elemen tersebut sebagai sumber daya informasi.
4. Kualitas Informasi.
Kebutuhan informasi merupakan hal yang penting untuk mendukung kegiatan
manajemen dan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak manajer, sehingga
diperlukan suatu informasi yang mempunyai kualitas.
2.2 Pengertian Sistem Informasi Puskesmas
Sistem Informasi Kesehatan merupakan gabungan perangkat dan prosedur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data
sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan
tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai
dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Puskesmas merupakan salah satu instansi yang bergerak dibidang pelayanan
jasa kesehatan masyarakat. Sistem Informasi Puskesmas (Simpus) yaitu seluruh
kegiatan Puskesmas mulai registrasi, tindakan medis/pengobatan, farmasi/apotik,
serta menejemen terhubung menjadi satu dengan sitem real online (up to date). Setiap
saat menejemen atau pihak yang berkepentingan dapat memonitor perkembangannya.
Simpus merupakan sebagian dan kemampuan sistem informasi Menejemen
Puskesmas yang terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti:
1. Pencatatan medical record
2. Kecepatan pelayanan administrasi
3. Pembuatan laporan data penyakit secara cepat dan akurat.
Untuk mengatasi hambatan dalam pelayanan kesehatan dalam Puskesmas
keberadaan teknologi informasi merupakan salah satu faktor penunjang untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang ada.
Perencanaan suatu sistem informasi Puskesmas dilakukan dengan
mempertimbangkan dua faktor yakni informasi dan proses, yang berbasis pada
struktur manajemen Puskesmas yang bersangkutan. Secara garis besar struktur
manajemen Puskesmas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian struktural dan
fungsional. Aktivitas pada bagian struktural lebih berhubungan dengan penanganan
aspek administratif dan Puskesmas yang bersangkutan seperti pembayaran dan
perlengkapan, sedangkan aktivitas pada bagian fungsional lebih terfokus pada sisi
pelayanan kesehatan pada pasien.
Faktor lain yang tidak kalah penting untuk menjadi dasar pengembangan
sistem informasi Puskesmas adalah faktor keamanan, baik keamanan terhadap
transmisi data maupun keamanan terhadap isi informasi atau information content.
Salah satu bagian yang sangat memfokuskan perhatiannya terhadap masalah
keamanan sistem informasi di Puskeswmas adalah bagian pelayananan di BP. Data-
data pada bagian ini berupa terbagi menjadi dua data utama yaitu data hasil
pemeriksaan dan data diagnosis, dimana kedua jenis data tersebut menyangkut hal-hal
yang berhubungan dengan privasi pasien.
Di bawah ini merupakan alur yang biasa dipakai pada manajemen puskesmas
ketika pasien datang melakukan kunjungan. Yaitu pasien masuk ke ruangan
pendaftaran kemudian ditanya identitas dan keluhannya, kemudian ditulis dibuku
pasien, selanjutnya pasien diberi selembar kertas atau kartu yang kemudian dibawa ke
ruangan pemeriksaan. Di ruangan pemeriksaan terapi dituliskan kemudian
ditandatangani oleh yang memberi tindakan dan pasien di suruh ke ruaang obat
untyuk mengambil obatnya sambil menyerahkan kartunya. Setelah pasien pulang
maka para perawat mengumpulkan dan menghitung jumlah kartu dari pasien
kemudian diklasifikasikan mana yang penyakit menular, kesehatan ibu an anak dan
lain sebagainya untuk selanjutnya ditulis di buku buku laporan Puskesman.
1. Implementasi SIMPUS :
Membentuk tim informasi puskesmas
Melakukan pendataan dasar untuk wilayah kerja puskesmas
Melakukuan evaluasi alur data secara manual
Sosialisasi data-data dasar puskesmas ke semua staf yang terkait
Melakukan uji coba penanganan data dari manual ke komputer
Melakukan pengolahan data dengan komputer apabla program telah berjalan lancar.
2. 3 jenis data masukan SIMPUS :
Registrasi harian
Penerimaan obat
Distribusi obat
3. Kelebihan SIMPUS :
Mudah untuk mencari data yang berkaitan dengan pasien, laporan bulanan, data
penyakit
Data bisa diprint out sesuai kebutuhan
Mudah dipelajari
4. Kekurangan SIMPUS :
Single user
PC digunakan seminimal mungkin untuk program lain
Rawan terhadap virus
Mati lampu program jadi crush
5. Permasalahan dalam pelaporan :
Data-data dikerjakan secara manual
Pengisian form dan buku register terlalu banyak
Sulit mencari data sebelumnya
2.3 Sumber Data Sistem Informasi Puskesmas
Sumber data adalah bukti nyata yang menggambarkan kondisi atau fakta yang
sebenarnya di lapangan atau di masyarakat. Informasi adalah hasil dari pengolahan
data dalam bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang
menggambarkan suatu kejadian sehingga akan berguna untuk pengambilan
keputusan. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam cara, yaitu:
1. metode rutin
2. metode non-rutin.
Pengumpulan data secara rutin dilakukan untuk data yang berasal dari fasilitas
kesehatan. Data ini dikumpulkan atas dasar catatan atau rekam medik pasien/klien
baik yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan maupun yang dilayani di luar
gedung fasilitas pelayanan kesehatan. Pengumpulan data secara rutin umumnya
dilakukan oleh petugas kesehatan. Akan tetapi pengumpulan data secara rutin juga
dapat dilakukan oleh masyarakat (kader kesehatan). Bentuk lain dari pengumpulan
data secara rutin adalah registrasi vital. Adapun pengumpulan data secara non-rutin
umumnya dilakukan melalui survei, sensus, evaluasi cepat (kuantitatif atau kualitatif),
dan studi-studi khusus/penelitian.
Yasnoff, W. 2001. A National Agenda for Public Health Informatics: Sum- marized
AbouZahr1, Carla & Boerma1,Ties . Health information systems: the foundations of public
health in Bulletin of the World Health Organization August 2005, 83 (8)
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas, 1981
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas,
1993
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3),
batasan operasional dan petunjuk pengisian, 2002
Departemen Kesehatan RI, Indikator Indonesia Sehat 2010 & Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat , 2003
Keliat, dkk (2010). Manajemen Community Mental Health Nursing. Jakarta : WHO Kathleen
Koenig Blais, Et.al., (2007), Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan Perspektif, Alih
Bahasa : Yuyun Yuningsih, Nike Budi Subekti, EGC, Jakarta.
Paryati, Yosef Mulya, (2007) Sistem Informasi, Ardana Media, Yogyakarta.
World Health Organization, Medical Records Manual, A Guide for Developing Countries,
2006