Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Fitokimia
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk
sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi
yang lebih sempit (Gunawan, 2004).
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran
aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang
diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka
bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini
tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka
waktu yang normal untuk defisiensi tersebut (Gunawan, 2004).
Kata fitokimia berasal dari kata "phyto" dalam Bahasa Yunani yang
artinya tanaman atau tumbuhan dan kata "kimia". Jadi, fitokimia adalah ilmu
kimia yang membahas senyawa-senyawa yang khusus berasal dari tanaman. Pada
dasarnya, senyawa fitokimia merupakan metabolit sekunder dari tanaman
penghasilnya (Tjtrosoepomo, 2005).
2.1.2 Senyawa Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa fitokimia ini bukanlah
senyawa yang esensial bagi pertumbuhan tanaman. Senyawa yang termasuk pada
metabolitr sekunder yaitu (Tjtrosoepomo, 2005).
1. Alkaloid
Alkaloid adalah keberadaan unsur nitrogen heterosiklik pada struktur
kimianya. Namun selain ciri ini, banyak variasi yang terdapat antar senyawa
alkaloid. Efek biologis dari alkaloid pun beragam, ada yang berkhasiat untuk
pemeliharaan kesehatan dan ada pula yang beracun. Dibandingkan jenis senyawa
fitokimia lainnya, jenis alkaloid pada tanaman yang biasa dijadikan bahan pangan
tidak terlalu banyak salah satu contohnya adalah kafein (Tjtrosoepomo, 2005).
2. Polifenol
Senyawa fenolik atau polifenol ditandai dengan adanya struktur fenol, di
mana gugus hidroksil (-OH) terikat langsung pada struktur hidrokarbon aromatik.
Jenis senyawa fitokimia yang satu ini merupakan yang paling banyak anggotanya
dibandingkan senyawa fitokimia jenis lainnya. Selain itu, senyawa polifenol
memang terdapat di hampir semua tanaman salah satu sub-kelompok dari
senyawa polifenol adalah flavonoid (Tjtrosoepomo, 2005).
3. Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa fitokimia yang dibangun dari struktur isoprene.
Tetraterpenoid, jenis terpenoid yang mengandung delapan unit isopren, termasuk
senyawa fitokomia yang bisa kita dapat dari makanan. Contohnya adalah
senyawa-senyawa karotenoid yang berkhasiat memelihara kesehatan mata
(Tjtrosoepomo, 2005).
4. Fitosterol
Fitosterol adalah kelompok senyawa turunan steroid yang berasal dari
tanaman dan punya kemiripan struktur dengan kolesterol. Pada makanan,
fitosterol bisa berasal dari kacang-kacangan, serealia, minyak nabati dan biji
wijen. Senyawa yang bersifat antikanker ini bisa menghambat pertumbuhan tumor
secara langsung (Tjtrosoepomo, 2005).
2.1.3 Simplisia
a. Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).
b. Jenis-jenis Simplisia
Menurut Gunawan (2004), Simplisia terbagi atas 3, yaitu :
1. Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya, berupa zat- zat atau bahan- bahan nabati lainnya dengan cara tertentu
dipisahkan, diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia Hewan
Simplisia berupa hewan utuh atau zat- zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia murni (minyak ikan / Oleum iecoris asselli,
dan madu / Mel depuratum).
3. Simplisia Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng
dan serbuk tembaga).
2.1.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Adapun beberapa jenis ekstraksi yaitu (Wijaya, 1992).
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
c. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel
dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
dan kekuranganya Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Metode refluks memiliki keuntungan Keuntungan yaitu digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung dan kerugianya yaitu membutuhkan volume total pelarut
yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
b. Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
2.2 Uraian Sampel
2.2.1 Bintang Laut (Culcita sp)
2.2.1.1 Klasifikasi Sampel
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Forcipulata
Famili : Oreasteridae
Genus : Culcita Gambar 2.2.1
Spesies : Culcita sp. Bintang Laut (Culcita sp)

James (1989)
2.2.1.2 Morfologi Sampel
Bintang laut sebagaimana anggota filum echinodermata lainnya
mempunyai susunan tubuh bersimetri lima (pentraradial simetri), tubuh berbentuk
cakram yang di dalamnya terdapat sistem pencernaan, sistem respirasi, dan sistem
saraf. Tubuh dilindungi oleh lempeng kapur berbentuk perisai (ossicles). Mulut
dan anus terletak di sisi yang sama yaitu di sisi oral (Safitri 2010).
Bintang laut berbentuk simetris radial, permukaan bagian bawahnya
memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat bertindak sebagai cakram
penyedot. Bintang laut mengkoordinasikan kaki tabungnya untuk menempel pada
bebatuan dan atau untuk merangkak secara perlahan-lahan, sementara kaki tabung
4 tersebut memanjang, mencengkeram sekali lagi. Bintang laut juga menggunakan
kaki tabungnya untuk menjerat mangsa, antara lain remis dan tiram (Lariman
2011).
2.2.1.3 Kandungan Sampel
Senyawa aktif dari bintang laut masih terbatas pada penemuan senyawa
yang belum diketahui aktivitasnya. Chludil et al. (2000) menyatakan bahwa
bintang laut memiliki komponen bioaktif berupa saponin. Saponin diperoleh dari
isolasi bintang laut Anasterias minuta yang memiliki kemampuan sebagai
sitotoksik, hemolisis, antifungi, dan antiviral. Isolasi dan purifikasi dari ekstrak
bintang laut ini menghasilkan senyawa steroidal glikosid yang memiliki
kemampuan sebagai antifungi.
Senyawa aktif saponin secara fisiologi telah dipelajari dari bintang laut
dan timun laut. Senyawa aktif dari bintang laut dan timun laut tidak dapat
digunakan sebagai obat karena dapat membuat sel menjadi lisis. Glycosylated
ceramides dan saponin merupakan metabolit utama dari echinodermata. Senyawa
imbricatine dari bintang laut Dermasterias imbricata merupakan alkaloid
benzyltetrahydroisoquinolone pertama yang dihasilkan pada sel manusia (Samuel
et al. 2011).
Wang et al. (2003) menemukan komponen aktif saponin yang diisolasi
dari bintang laut Certonardoa semiregularis yaitu senyawa certonardosides.
Bintang laut ini diambil dari pantai di Pulau Komun Korea. Senyawa aktif dari
bintang laut Certonardoa semiregularis memiliki aktivitas sebagai sitotoksik dan
antimikroba.
Samuel et al. (2011) menyatakan, senyawa imbricatine,
benzyltetrahydroisoquinolone, lysastroside, dan certonardosides memiliki fungsi
sebagai antiviral dan anti-HIV. Hasil penelitian Maier et al. (2007) menyatakan
bahwa asterosaponin memiliki potensi aktivitas biologis yang berguna sebagai
sitotoksik, hemolisis, dan sitostatis. Aktivitas antifungi diperoleh dari komponen
dua sulfated hexaglycosides dan dua sulfated polyhydroxylated steroidal xylosides
yang diisolasi dari bintang laut Patagonia Anasterias minuta.
2.2.2 Landak Laut (Diadema setosum)
2.2.2.1 Klasifikasi Sampel
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema Gambar 2.2.2
Spesies : Diadema setosum Landak laut (Diadema
setosum)
(Leske ,1778; LIPI, 2015).
2.2.2.2 Morfologi Sampel
Landak laut merupakan organisme yang tergolong sederhana yang tidak
memiliki banyak organ yang ditemukan pada hewan yang lebih tinggi, mereka
tidak memiliki sistem saluran pernafasan dan sistem peredaran darah yang khusus
seperti hati, pembuluh darah dan tidak ada molekul yang mengikat oksigen
didalam cairan tubuh mereka. Sistem anatomi tubuh landak laut terdiri mulut,
usus (saluran pencernaan), gonad dan sistem saraf yang dikelilingi oleh cangkang
keras, bagian luarnya terdiri dari duri-duri. Landak laut mampu bertahan dalam
waktu yang lama dengan sedikit atau tidak ada makanan karena mereka memiliki
kemampuan untuk menurunkan metabolisme tubuh mereka dan fungsi biologi
yang sesuai dengan kondisi lingkungan (James, 2015).
Tubuh landak laut terdiri dari duri-duri panjang menutup tubuh. Tubuh
terbungkus oleh cangkang yang terdiri dari lempengan-lempengan yang menyatu.
Mulut landak laut terletak dibawah dan ditengah-tengah bagian mulut atau gigi
merapat jadi satu yang dilekatkan oleh sederetan bagian untuk membentuk
struktur yang dinamakan lentera aristotle. Lentera aristotle ini adalah himpunan
gigi yang terdapat pada banyak jenis landak laut, kaki tabung bersama dengan duri
digunakan untuk berjalan dan landak laut memiliki kelamin yang terpisah
(Romimohtarto, 2009).
Landak laut biasanya berukuran dari 6 sampai 12 cm, ukuran terbesarnya
bisa mencapai 36 cm. Semua organ dari landak laut ini terletak di dalam
cangkang. Permukaan cangkangnya terdapat tonjolan-tonjolan bulat dan pendek
tempat menempelnya duri, pangkal duri berlekuk ke dalam yang sesuai dengan
tonjolan pada cangkang, dengan adanya otot penghubung maka duri dapat
digerakkan kesegala arah. Sistem anatomi landak laut terdiri dari sistem respirasi,
sistem saraf, sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Kelas Echinoidea termasuk
organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, warna, ukuran dan pertumbuhan
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tinggal (Sugiarti, 2005).
Landak laut genus Diadema, Spesies Diadema setosum memiliki tubuh
bulat seperti bola dengan cangkang keras tersusun dari zat kapur dan dipenuhi
duri-duri. Duri-duri ini bewarna hitam memanjang ke atas dan bagian bawah
memendek sebagai alat untuk bergerak (Umagap, 2013).
2.2.2.3 Kandungan Sampel
Dalam gonad bulu babi D. setosum ditemukan 5 asam amino esensial bagi
manusia dewasa (lisin, metionin, fenilalanin, treonin, dan valin) dua asam amino
esensial bagi anak-anak (arginin dan histidin) serta terdapat asam amino semi
esensial seperti sistin. Selain itu terdapat asam amino non esensial seperti asam
aspartat, asam glutamat, glisin dan serin (Ismail et al., 1981 in Darsono 1982).
Menurut Ishitzu et al. (1986) in Sumitro, et al. (1992), gonad bulu babi
termasuk makanan bergizi dengan komposisi asam amino yang cukup lengkap.
Lembaga Osenologi Nasional (2003) menyebutkan bahwa gonad bulu babi
mengandung 13 jenis asam amino, delapan di antaranya asam amino esensial
(lisin, metionin, treonin, valin, arginin, histidin, triptofan dan fenilalanin), sisanya
adalah asam amino non esensial (serin, sistein, aspartat, glutamat dan glisin).
Selain kaya asam amino, gonad bulu babi juga mengandung asam lemak. Gonad
bulu babi S. droebachiencis mengandung asam-asam lemak dari jenis 5-oletinic
yang besarnya mencapai 10-21% dari total lemak. Golongan asam lemak 5-
oletinic adalah asam lemak yang mempunyai rantai ikatan 5-18 = 1; 5-20 = 1; 13-
20 = 2; 1,5,11-20 = 3; 5,11,14-20 = 3 dan 5,11,12, 14-20 = 5 (Takagi et al., 1986).
2.2.3 Teripang Laut (Holothuria scabra)
2.2.3.1 Klasifikasi Sampel
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria Gambar 2.2.3
Teripang Laut (Holothuria
Spesies : Holothuria scabra
scabra)
(Barnes, 1968; Martoyo et al, 2007)
2.2.3.2 Morfologi Sampel
Morfologi teripang pasir (Holothuria scabra) menurut Skewes et al.(2004)
adalah bulat panjang (Elongated cylindrical) sepanjang sumbu oral–aboral. Mulut
dan anus terletak di ujung poros berlawanan, yaitu mulut di anterior dan anus di
posterior. Di sekitar mulut teripang terdapat tentakel yang dapat dijulurkan dan
ditarik dengan cepat. Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung yang berfungsi
untuk menangkap pakan. Warna teripang berbeda–beda, yaitu putih, hitam, coklat
kehijauan, kuning, abu–abu, jingga, ungu, bahkan ada yang berpola garis.
Teripang pasir mempunyai dorsal berwarna abu–abu kehitaman dengan bintik
putih atau kuning (Purwati, 2005).
Permukaan tubuh teripang tidak bersilia dan diselimuti lapisan kapur, yang
ketebalannya dipengaruhi umur. Dari mulut membujur ke anus terdapat lima deret
kaki tabung (ambulaceral), tiga deret kaki tabung berpenghisap (trivium) terdapat
di perut berperan dalam pergerakan dan perlekatan. Dua deret kaki tabung
terdapat di punggung (bivium) sebagai alat respirasi. Di bawah lapisan kulit
terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Di bawah
lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi organ tubuh seperti gonad dan usus
(Darsono, 2003)
Menurut James et al. (1994) teripang pasir mempunyai panjang maksimal
40 cm dan bobot saat kondisi hidup adalah 500 g, serta matang gonad saat usia 18
bulan. Ukuran saat matang gonad pertama diperkirakan 20 cm, dan usia teripang
bisa mencapai 10 tahun. Pergerakan teripang hanya mengandalkan bantuan kaki
tabung yang tergabung dalam sistem kaki ambulakral sehingga hampir seluruh
hidupnya selalu bergerak di dasar laut. Secara alami teripang hidup berkelompok.
Seperti Teripang Pasir yang senang hidup secara bergerombol antara 3 sampai 5
ekor. Teripang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut hingga laut dalam
lebih menyukai hidup pada habitat tertentu (Darsono, 2003).
2.2.3.3 Kandungan Sampel
Teripang merupakan salah satu komuditas perikanan yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang
mengandung nutrisi tinggi, juga digunakan untuk bahan baku obat-obatan.
Menurut Litbangkan (1998), hasil penelitian di China menunjukkan bahwa
Parameter Uji Nilai Bahan kering 91,0% Protein kasar 13,5% Lemak kasar 0,6%
Serat kasar 13.0% Energi metabolis 1890,0 kal/kg Calcium 0,1% Total Fosfor
1,7% Asam Pantotenat 22,0 mg/kg Riboflavin 3,0 mg/kg Tiamin 22,8 mg/kg
teripang merupakan makanan yang mempunyai khasiat medis. Tubuh dan kulit
teripang Sticopus japonicus banyak mengandung asam mukopolisakarida yang
bermanfaat menyembuhkan penyakit ginjal, anemia, diabetis, paru-paru basah,
anti tumor, anti inflamasi, mencegah penuaan jaringan tubuh dan mencegah
anteriosklerosis. Ekstrak murni teripang mempunyai kandungan holotoksin yang
pengaruhnya sama dengan antimisin 6,25 – 25 µg/ml. Secara umum, 100 g berat
kering teripang mengandung protein 118 mg, fosfor 22 mg, besi 1,4 mg dan
yodium 0,6 mg. Usus teripang mengandung protein 8,84%, lemak 2,69%, dan abu
15,99%. Teripang pasir (H. scabra) segar mengandung protein 6,16%, lemak
0,54%, abu 6,91% dan air 86,73%. Dalam kondisi kering (teripang asap) H.
scabra mempunyai kandungan protein 59,54%, lemak 2,03%, abu 15,75%,
kalsium 0,00072 dan air 18,29% (Litbangkan,1998)
Dapus

Amin Wijaya Tunggal, 1992, Audit Mutu, Rineka Cipta, Jakarta.

Barnes, R.D., dan Ruppert, E.E., 1968, Invertebrate Zoology, WB Saunders,


Philadelphia.

Chludil, H., Maier, M.S, dan Seldes, A.M. 2000. Bioactive steroidal glycosides
from starfish Anasterias minuta. Molecules 5:352-353.

DARSONO, P. dan SUKARNO 1993. Beberapa aspek biologi Tripneustes gratilla


(Linnaeus), di Nusa Dua-Bali. Oseanologi di Indonesia 26 :13-25

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.

Gunawan, D dan Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.

James DB. 1989. Marine living resources of the union territory of lakshadweepan
-indicative survey with suggestions for development. Central Marine Fisheries
Research Institute Bulletin 43:97-144.

Lariman. 2011. Keanekaragaman fylum echinodermata di pulau beras basah kota


Bontang Kalimantan Timur. Mulawarman Scientifie 10(2):207-218.
Romimohtarto, K. 2007. Kualitas Air Dalam Budidaya Rumput Laut. Jurnal
Ilmiah, 7 (1): 34-47.

Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana, BIOLOGI LAUT Ilmu Pengetahuan


tentang Biota Laut, Jakarta: Djambatan, 2009

Safitri D. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Lili Laut


(Comaster sp). [Skripsi] dalam Agustina, DS. 2012. Aktivitas Antioksidan dan
Komponen Bioaktif Ekstrak Bintang Laut (Culcita Sp).[Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University


Press.Yogyakarta.
Wang, W., Famei, L., Jongki, H., Lee, C-O., Cho, H.Y., Im, K.S. dan Jung, J.H.
2003. Four new saponins from the starfish Certonardoa semiregularis. Chemical
Pharmacology Bulletin 51(4):435-439.

Anda mungkin juga menyukai