PENDAHULUAN
Spons adalah organisme laut yang memiliki potensi cukup besar dalam
spons dan diperkirakan sekitar 200 spesies hidup di ekosistem terumbu karang
mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini
(Suparno, 2005).
menunjukkan bahwa organisme laut memiliki potensi yang sangat besar dalam
senyawa aktif, salah satunya adalah ascidians. Organisme ini diketahui dapat
menghasilkan sejumlah besar produk laut yang bersifat alami, juga mampu
Muller, 2004).
1
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada
suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu
uretra, kateterisasi atau sitoskopi atau dari daerah sepsis pada abdomen atau
tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah
bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam tranmisi dan penyebaran, serta
germinated yeast. Oleh karena itu Candida disebut jamur dimorfik (Tortora,
(Wibowo, 2010).
2
1.2 Rumusan Masalah
albicans?
yang dikaji yaitu apakah organisme laut Spons liosina paradoxa yang dikoleksi
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Halichondrida
Famili : Dictyonellidae
Genus : Liosina
4
2.1.2 Morfologi
Spons dapat berbentuk sederhana seperti tabung dengan dinding tipis, atau
massif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga terdiri atas
segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya, menempel dan membuat kerak
pada batu, cangkang, tongggak, atau tumbuh – tumbuhan. Kelompok spons lain
mempunyai bentuk lebih teratur dan melekat pada dasar perairan melalui
Spons tumbuh melekat pada terumbu karang dan dasar laut. Binatang
lunak dengan variasi warna, bentuk, dan ukuran ini tidak dapat berpindah
seperti halnya ikan dan binatang laut lainnya. Untuk mempertahankan diri dari
Sesuai dengan fungsinya untuk melindungi diri dari predator, senyawa ini
bersifat toksik dan berkhasiat juga sebagai antikanker (cytotoxic) dan antibiotik
2.2 Ekstraksi
5
ruangan. Metode Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang sangat
tinggi. Pada proses maserasi sampel akan mengalami pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sampel akan terlarut dalam pelarut
(Kristiani, 2014).
2.3 Pelarut
pemilihan pelarut sendiri menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain selektivitas, kelarutan dan titik
non-polar. Etanol memiliki dua gugus dengan tingkat kepolaran yang berbeda,
yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat non-
polar. Adanya dua gugus tersebut pada etanol menyebabkan etanol dapat
2.4 Fraksinasi
memisahan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain.
6
Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa yang
corong pisah, dan waktu yang diperlukan relatif singkat, Teknik pemisahan
partisi pelarut melibatkan dua pelarut yang bercampur dalam corong pisah,
setelah itu akan memisah sesuai dengan koefisien partisinya. Metode ini relatif
mudah untuk dilakukan dan efektif sebagai langkah awal dalam pemisahan
2.5 Antimikroba
dua yaitu bersifat yaitu yang bersifat bakteriostatik dan bersifat bakterisid.
7
obatan bakteriosid adalah golongan betalaktam dan aminoglikosida (Brooks et
al., 2005).
berpektrum luas mempengaruhi bakteri Gram positif dan Gram negatif serta
Chan, 1988).
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada
suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai
al., 1995).
8
Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah,
sebagai berikut:
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
berbentuk batang dan tidak memiliki spora. Bakteri ini dapat hidup pada suhu
9
optimum 37˚C serta memiliki kemampuan untuk memfermentasi karbohidrat
dan menghasilkan gas. Escherichia coli memiliki sifat patogen yang dapat
infeksi primer pada usus manusia (diare pada anak) dan infeksi pada saluran
sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
10
2.8 Candida albicans
dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah bentuk
germinated yeast. Oleh karena itu Candida disebut jamur dimorfik (Tortora,
(Wibowo, 2010).
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Saccharomycotina
Ordo : Saccharomycetes
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
11
2.9 Pengujian Aktivitas Antimikroba
menurut Davis and Stout (1971), yaitu: diameter zona hambat 5 mm atau kurang
sangat kuat.
Metode yang paling luas digunakan ialah uji difusi cakram. Cakram
medium padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan organisme uji.
Setelah inkubasi, diameter zona jernih inhibisi disekitar cakram diukur sebagai
ukuran kekuatan inhibisi obat melawan organisme uji tertentu. (Adelberg et al,
1986).
bertahap, baik dengan media cair atau padat. Media kemudian diinokulasi
bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir antibakteri dilarutkan dengan kadar yang
12
Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan diamati ada atau tidak pertumbuhan
2.9.3 Kloramfenikol
tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella sp. Kloramfenikol efektif untuk
pengobatan infeksi berat yang disebabkan gram positif dan gram negatif
13
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019 sampai Juni 2019 di
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tabung oksigen, snorkel,
fins, masker, sarung tangan, gunting, pisau, zipper bag, botol 600 ml, talenan,
spatula, corong pisah, gelas ukur, gelas kimia (Pyrex), cawan petri, autoklaf,
pinset, pembakar spritus, vortex mixer, micro tubes, batang pengaduk, Laminar
air flow, rak tabung reaksi, tabung reaksi, lemari pendingin, inkubator, cakram
(paper disc), mikropipet, digital caliper, kertas label, spidol permanen, vacum.
3.3 Bahan
14
agar, kloramfenikol paper disc, tissue, aluminium foil, plastic wrap, kertas
saring.
komponen yang diekstrak dari Spons Liosina paradoxa., yang diperoleh dari
snorkel, fins dan tabung oksigen). Sampel difoto terlebih dahulu di bawah laut,
kemudian diambil lalu dimasukkan ke dalam zipper bag, diberi nomor sesuai
etanol 96%. Kemudian sampel disimpan dalam cooling box kemudian sampel
lalu dimasukkan ke dalam botol dan direndam dengan larutan etanol 96%
15
sampai sampel terendam secara keseluruhan , sampel di kocok- kocok dan
dikocok – kocok dan dimaserasi selama 1x24 jam. Diulangi cara yang sama
40oC hingga memperoleh ekstrak kasar spons Liosina paradoxa dan timbang
fraksinasi dan pengujian daya hambat antimikroba. Untuk bagan alir proses
kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan metanol 80% sebanyak 100
pelarut n-heksan sebanyak 100 mL setelah itu dikocok dalam corong pisah
suhu 40˚C, lalu ditimbang dan diperoleh fraksi n-heksan sebanyak 0,029 g.
16
dalam corong pisah, setelah itu dikocok kembali sampai homogen. Dibiarkan
sampai tebentuk dua lapisan yaitu lapisan metanol dan kloroform, kemudian
lalu ditimbang dan diperoleh fraksi metanol sebanyak 0,33 g. Ketiga fraksi
selama 15 menit, pinset dibakar dengan pembakaran di atas api langsung dan
media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15 menit (Ortez, 2005).
Pepton 0,5 g, ekstrak daging (meat extract) 0,3 g, natrium klorida 0,3 g,
17
homogen kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu
121oC selama 15 menit. Media agar B1 siap digunakan untuk uji aktivitas
dalam masing-masing tabung reaksi yang sudah berisi media cair B1 sebanyak
al, 2014). Untuk bagan alir proses kultur mikroba terlampir pada lampiran 8.
Pepton 0,5 g, beef extract 0,3 g, natrium klorida 0,3 g, agar 1,5 g dan
autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit (Dwijendra et al, 2014). Untuk
18
menggunakan vortex. Perlakuan yang sama dilakukan pada fraksi n-heksan,
fraksi kloroform dan fraksi metanol (Ortez,2005). Untuk bagan alir pembuatan
Paper Disc dan Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
disc (Lalamentik, 2017). Untuk bagan alir pembuatan kontrol negatif terlampir
pada lampiran 9.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode difusi agar (disc
diffusion Kirby and Bauer). Pada pengujian aktivitas antimikroba ini, cakram
cakram. Sebanyak 300 μL mikroba yang telah dikultur, dipipet dan diinokulasi
pada 30 ml media agar lalu diaduk hingga homogen dan kemudian dituangkan
ke dalam cawan petri dan tunggu sampai media agar mengeras. Kemudian,
larutan uji yang telah disiapkan ditotolkan pada masing-masing cakram dengan
19
cawan petri diberi label dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Spons Liosina paradoxa yang diambil dari perairan desa Tumbak,
minahasa Tenggara dipoting kecil- kecil dengan ukuran 1 cm², hal inidilakukan
dengan tujuan agar memperkecil luas permukaan sampel, karena semakin kecil
permukaan sampel maka akan semakin luas permukaan yang akan berinteraksi
dengan pelarut sehingga senyawa yang akan ditarik oleh pelarut pun semakin
dalam maserasi dapat membuat dinding sel dari sampel pecah dan membuat
akan tertarik oleh pelarut. Dinding sel pecah di karenakan adanya perbedaan
konsentrasi di dalam dan di luar sel. Konsentrasi di luar sel lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di dalam sel yang rendah sehingga dinding sel pecah
penguraian zat aktif yang terkandung dalam sampel oleh pemanasan tinggi.
Pelarut yang digunakan untuk penyarian zat aktif adalah etanol 96% karena
etanol merupakan larutan penyari yang bersifat universal, mudah didapat dan
mampu menarik semua zat-zat atau senyawa yang bersifat polar dan non polar
yang terkandung dalam sampel, selain itu etanol tidak toksik serta ekonomis.
21
Proses ekstraksi dilakukan selama 3x24 jam dan setiap 24 jam ekstrak
disaring dan dimaserasi kembali dengan pelarut yang baru hal ini disebut
oven dengan suhu 40oC, penguapan ekstrak ini dimaksudkan agar air dan
pelarut yang tersisa dalam ekstrak akan menguap. Menggunakan suhu 40oC
bertujuan untuk tetap menjaga senyawa bioaktif yang terdapat dalam filtrat
(Kowal et al., 2018). Massa ekstrak beserta rendemen yang dihasilkan dalam
dari pelarut n-heksan, kloroform dan metanol. Pada proses fraksinasi dilakukan
22
kandungan kimia yang terdapat dalam Spons Liosina paradoxa secara selektif
dapat ditarik oleh pelarut yang digunakan. Masing – masing pelarut akan
ekstrak disari dengan pelarut yang non polar, kemudian disari dengan pelarut
yang semi polar dan pelarut polar (Wewengkang et al., 2014). Pada saat
lapisan, dimana pelarut dengan masa jenis yang lebih besar akan berada di
bagian bawah dan pelarut dengan masa jenis kecil akan berada di lapisan atas.
Kemudian fraksi yang diperoleh di uapkan dengan oven pada suhu 40oC dan
juga berbeda (Mujipradhana et al, 2018). Terlihat dari hasil rendemen yang
dihasilkan fraksi metanol lebih tinggi hasil rendemenya yaitu 93 %. Hal ini
23
senyawa aktif dari sampel sehingga senyawa – senyawa aktif yang terdapat
dalam spons Liosina paradoxa lebih bersifat polar. Rendemen ekstrak hasil
berbeda dan nilai rendemen yang dihasilkan dari ekstrak metanol diduga
Escherichia coli mewakili bakteri Gram negatif dan Candida albicans yang
mewakili Jamur. Metode ini dipilih karena dapat digunakan untuk melihat
banyak jenis mikroba atau memiliki spektrum sempit yang hanya dapat
inkubasi pada suhu 37oC dengan masing- masing 3 kali penggulangan untuk
tiap mikroba. Konsentrasi yang digunakan 250 µg, dengan daya serap masing-
24
masing paper disc 50 µL. Aktivitas yang terbentuk terlihat dari adanya zona
ekstrak dan fraksi dari spons Liosina paradoxa yang diujikan menunjukkan
Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform dan fraksi metanol ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Hasil Uji Aktivitas Antimikroba dari Ekstrak dan Fraksi Spons
Liosina paradoxa
25
Keterangan :
3. Fraksi n-hexan
4. Ekstrak Etanol
fraksi kloroform, fraksi metanol dan fraksi n-heksan ditunjukkan pada tabel 3.
̅
𝑿 11,16 7,16 7,15 7,05
̅
𝑿 7,20 6,2 6,5 6,5
26
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggolongkan daya
hambat dari kontrol uji dan bahan uji Spons Liosina paradoxa menggunkana
kriteria kekuatan antibakteri menurut Davis dan Stout yaitu dapat dilihat pada tabel
4 dibawah ini:
10 - 20 Kuat
5 - 10 Sedang
<5 Lemah
spectrum kerja yang luas. Penggunaan kontrol positif berfungsi sebagai kontrol
dari zat uji, dengan membandingkan diameter daerah hambat yang terbentuk
Kontrol negatif yang digunakan yaitu metanol, dari hasil yang diperoleh
metanol tidak menunjukan adanya zona hambat pada pengujian yang dilakukan
pada tiap mikroba uji. Sehingga dapat diketahui, bahwa aktivitas yang didapat
adalah murni dari senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak dan fraksi
aureus dikategorikan kuat yaitu 11,16 mm, pada Escherichia coli juga
27
dikategorikan kuat yaitu 11,33 mm dan pada jamur Candida albicans
bahwa fraksi metanol memiliki senyawa aktif yang hanya dapat menghambat
Fraksi metanol spons Liosina paradoxa memiliki spektrum kerja yang luas
karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik gram positif ,gram negatif
maupun jamur.
kekuatan antimikroba sedang yaitu 7,16 mm, pada bakteri Escherichia coli
memiliki kekuatan antimikroba sedang yaitu 7,30 mm dan pada jamur Candida
albicans juga memiliki aktivitas antimikroba sedang yaitu 6,50 mm. Hal ini
antimikroba sedang.
Pada fraksi n-heksan , hasil yang didapat dengan diameter zona bening
coli memiliki kekuatan antimikroba yang sedang yaitu 7,21 mm dan 7,16 mm.
Untuk jamur Candida albicans kekuatan untuk antimikroba kecil yaitu 4,33
mm. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi n-hexan dari sampel spons liosina
mikroba dan memiliki spektrum kerja yang luas karena dapat menghambat
28
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif tetapi memiliki aktivitas
juga kategori sedang yaitu 7,83 mm dan pada jamur Candida albicans
menunjukan aktivitas dengan kategori kecil yaitu 4,33 mm. Hal ini
Hasil yang didapat Dari uji aktivitas anti mikroba pada mikroba uji yaitu
bahwa semua ekstrak dan fraksi spons liosina paradoxa memiliki aktivitas
coli dan Candida albicans. Aktivitas antimikroba yang kuat terdapat pada
fraksi metanol, dan aktivitas sedang terdapat pada fraksi kloroform, fraksi n-
hexan dan ekstrak etanol. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa polar pada
sampel spons Liosina paradoxa memiliki aktivitas lebih baik dari pada
29
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
paradoxa dengan metode pengujian yang berbeda dan uji aktivitas lainnya
30
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2005. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Buku I, Alih Bahasa
oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M.,
Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta : Salemba Medika. pp. 317-
25, 358-60.
Dahuri, R., Jacub Rais, Sapta Putra Ginting, dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan
Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT
Pradnya Paramita,Jakarta.
Jawetz, E., J.L. Melnick., F.A. Adelberg. 1986. Mikrobiologi Kedokteran. EGC,
Jakarta.
Jawetz, E., J.L. Melnick., F.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Alih bahasa oleh Nugroho dan
R.F.Maulany. EGC, Jakarta.
Kowal, A., Esther, A., Nickson, K., Kurniati, K., Henky, M., Deiske, H.
2018.Potensi antibakteri karang lunak lobophytum sp. Dari perairan
pangalisang pulau bunaken terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Platax. 6(2)
31
Madigan, M., Stahl, C. 2012. Biology of Microorganisms. Pearson Education, San
Francisco.
Munifah, I., T. Wikanta, dan M. Nursid. 2004. Sponge: Biota Laut Penghasil
Senyawa Bioaktif yang Potensial. Warta Penelitian Perikanan
Indonesia. 10(7):12-16.
Suparno. 2005. Kajian Bioaktif spons laut (forifera: Demospongiae) Suatu Peluang
Alternative Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam Bidang
Farmasi. Makalah Pribadi. Institute Pertanian Bogor.
Thiele, J. (1899). Studien über pazifische Spongien. II. Ueber einige Spongien von
Celebes. Zoologica. Original- Abhandlungen aus dem Gesamtgebiete
der Zoologie. Stuttgart. 24 (2): 1-33, pls I
Tortora, G. J., Funke, B. R., Case, C. L., 2001, Microbiology : An Introduction, 7th
edition, San Fransisco : Benjamin Cummings, p. 125
32
Wibowo, S. 2010. Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi edisi ke-2 . Rajawali
Press, Jakarta.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Determinasi Sampel Spons Liosina paradoxa
35
Lampiran 2. Sertifikat Analisis Mikroba Uji Escherichia coli
36
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Mikroba Uji Staphyloccocus aureus
37
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Mikroba Uji Candida albicans
38
Lampiran 5. Bagan Alir Ekstraksi Sampel
Debris I Filtrat I
Remaserasi
Direndam dengan EtOH selama 24 jam
Disaring
Debris II Filtrat II
Remaserasi
Direndam dengan EtOH selama 24 jam
Disaring
Ektrak Kasar
Ditimbang
39
Lampiran 6. Bagan Alir Fraksinasi Sampel
Lapisan Lapisan
MeOH : H2O n - heksan
Fraksi
Lapisan Lapisan n - heksan
MeOH : H2O Kloroform
- Dievaporasi - Dievaporasi
- Ditimbang - Ditimbang
Fraksi Fraksi
MeOH Kloroform
m
40
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Media Agar B1 dan Media Cair B1
Disterilkan dengan
autoklaf pada suhu
121˚C selama 15
menit.
41
Lampiran 8. Bagan Alir pembuatan Stok Bakteri Uji
Stok Mikroba
Stok mikroba Stok mikroba
Staphylococcus
Escherichia coli Candida albicans
aureus
42
Lampiran 9. Bagan Alir Pembuatan Kontrol Negatif dan Larutan Uji
200 𝜇𝐿Metanol
1 mg ekstrak 1 mg fraksi
kasar metanol
Ditambahkan Ditambahkan
200 𝜇𝐿 metanol 200 𝜇𝐿 metanol
1 mg fraksi 1 mg fraksi n -
kloroform heksan
Ditambahkan Ditambahkan
200 𝜇𝐿 metanol 200 𝜇𝐿 metanol
43
Lampiran 10. Bagan Alir Pengujian Aktivitas Antimikroba dan Pengukuran
Masing-masing cawan
petri diisi media agar
sebanyak 100 mL
44
Lampiran 11. Data Perhitungan Rendemen Maserasi dan Fraksi
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% Rendemen Maserasi = x 100%
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
14,5 g
% Rendemen Ekstrak Etanol = x 100% = 2,9%
500 g
Hasil fraksi
% Rendemen Fraksi = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
0,029g
% Rendemen Fraksi n-heksan = x 100% = 0.96 %
3,00 g
0,037 g
% Rendemen Fraksi CHCL3 = x 100% = 1,2 %
3,00 g
0,33g
% Rendemen Fraksi MeOH = x 100% = 11%
3,00 g
45
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
46
Gambar g. Larutan uji Gambar h. shaker larutan uji
47