Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

Aktivitas Antimikroba Jamur Endosimbion dari Spons


Kepulauan Seribu

Diusulkan Oleh :
Caroline Humaira Rifalina Rosyid (173112620150046)
Salsabila Hendro Putri (173112620150047)
Ahmad Habib Nur Fikri (173112620150074)
Padhia Haryo Putranto (173112620150090)

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten


administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Wilayahnya meliputi
gugusan kepulauan di Teluk Jakarta. Sebelum menjadi kabupaten, wilayah
Kepulauan Seribu merupakan salah satu kecamatan di Kota Administrasi Jakarta
Utara. Pusat pemerintahan kabupaten ini terletak di Pulau Pramuka yang mulai
difungsikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten sejak tahun 2003. Kepulauan
Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah
daratan sebesar 8,7 km². Posisinya secara geografis adalah pada 5°24´ - 5°45´ LS
dan 106°25´ - 106°40´ BT dengan luas 1.180,8 hektaree (11,8 km²). Temperatur
sepanjang tahun umumnya berkisar antara 21 °C-32 °C dengan kelembaban udara
rata-rata 80%.

Kepulauan Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah


utara Jakarta, tepat berhadapan dengan teluk Jakarta. Namanya Kepulauan Seribu
bukan berarti pulau-pulau di dalam gugusan kepualaun itu berjumlah seribu.
Jumlah pulau itu hanya sekitar 342 pulau, termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu
karang yang bervegetasi maupun yang tidak. Pulau pasir dan terumbu karang itu
sendiri berjumlah 158. Tidak semua pulau yang termasuk di dalam gugusan
Kepulauan Seribu didiami manusia. Sebagaimana banyak pulau-pulau lainnya
di Indonesia, sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu tidak berpenghuni.
Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi yang tidak kecil untuk pengembangan
berbagai macam industri, antara lain pertambangan, perikanan serta yang paling
utama ialah pariwisata.

Di wilayah kabupaten ini terdapat pula sebuah zona konservasi berupa taman
nasional laut bernama Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS). Sebagai
daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan di dalamnya juga
terdapat zona konservasi, maka tidaklah mengherankan bilamana pengembangan
wilayah kabupaten ini lebih ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan
pariwisata. Dua sektor ini diharapkan menjadi prime-mover pembangunan
masyarakat dan wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya alam hayati laut
yang besar.Salah satu sumber daya alam tersebut yaitu ekosistem terumbu karang.
Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup lebih dari 300 spesies karang, lebih
dari 200 spesies ikan dan ratusan spesies molusca, crustasea, spons, alga, lamun dan
biota lainnya.
Spons atau porifera adalah hewan dari phylum porifera yang merupakan salah
satu penyusun pada ekosistem pesisir dan laut,terutama pada ekosistem terumbu
karang yang mempunyai potensi bioaktif sebagaianti-bakteri, antikanker, antijamur
yang belum banyak dimanfaatkan. Sebanyak 850 sampai 1500 spesies spons
terdapat di perairan Indonesia. Spons berpotensi menghasilkan senyawa metabolit
sekunder yang bersifat bioaktif. Spons ialah hewan berpori yang bersifat filter
feeder, karena sifat itulah sehingga biota menjadi habitat bagi mikroorganisme
untuk tinggal dalam tubuhnya.

B. RumusanMasalah
a. Bagaimana cara menemukan dan mengekstrak zat antimikroba pada Spons?
b. Bagaimana cara zat antimikroba pada Spons dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh mikroba?

C. Tujuan
Dengan latarbelakang dan pokok permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek antimikroba jamur endosimbion
spons laut
b. Untuk mengetahui bagaimana zat antimikroba pada Spons dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroba
D. Hipotesis
Zat antimikroba jamur endosimbion yang terdapat pada spons dapat
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur Endosimbion
Dalam pengobatan penyakit infeksi karena mikroba, antibiotika mempunyai
peranan penting, dimana antibiotika diharapkan mampu mengeliminasi mikroba
penyebab infeksi. Akan tetapi kebanyakan obat antibiotika menyebabkan resisten
terhadap mikroba. Sehingga untuk menghindari masalah ini, para ilmuan lebih
tertarik untuk mengembangkan antibiotik baru dari organisme uniseluler, jamur,
alga, dan tumbuhan tingkat tinggi. Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang
besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Meskipun
organisme laut merupakan sumber senyawa obat yang berpotensi besar, sedikit sekali
obat dari bahan alam yang berasal dari laut. Kebanyakan obat justru berasal dari
tanaman atau mikroorganisme darat. Senyawa obat yang terdapat di dalam organisme
laut memiliki struktur kimia beraneka ragam. Struktur molekulnya pun tidak sama
dengan yang ditemukan pada tanaman darat.
Definisi dari "endosimbion" menunjukkan bahwa bakteri terlokalisasi dalam
sitoplasma sel atau hifa dari jamur. Secara khusus, bakteri tumbuh dalam selaput
jamur, sering disebut sebagai vakuola atau symbiosomes. Ini adalah fitur yang umum
dalam semua simbiosis antar jamur-bakteri yang dapat dinyatakan bahwa
internalisasi bakteri melalui fagositosis adalah metode utamanya. Teori Endosimbion
adalah gagasan bahwa sel-sel eukariota muncul dalam evolusi oleh perpaduan
protista sebelumnya (prokaryotes). Teori ini pertama kali digagas oleh ahli botani
Rusia, Mereshkovsky pada tahun 1905.
Agen antimikroba baru yang berasal dari jamur endosibion ditargetkan untuk
dapat memerangi berbagai macam infeksi. Sebagian besar jamur yang terisolasi
sebagai endosimbion menunjukkan bahwa mereka memiliki ciri morfologi yang
mirip dengan tanaman patogenik atau tanaman yang hidup bebas.
B. Antimikroba
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat
yang digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena infeksi
mikroba atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013). Kemoterapeutika (antimikroba)
didefinisikan sebagai obat-obat kimiawi yang digunakan untuk memberantas
penyakit infeksi mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus dan protozoa, serta
infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut berkhasiat memusnahkan parasit tanpa
merusak jaringan tuan-rumah. (Tjay, dkk, 2010).
a) Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat mikroba jenis lain. Antibiotik adalah segolongan senyawa
yang punya efek membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, misalnya ketika terjadi
infeksi bakteri. Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat kimia
yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme.
(Pelczar, 2008). Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara
kebetulan oleh dr. Alexander Fleming, tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan
digunakan pada permulaan Perang Dunia II, ketika obat-obat antibakteri sangat
diperlukan untuk 3 menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran. (Tjay,
dkk, 2010). Contoh antibiotiknya yaitu :
1. Aminoglikosida
2. Penisilin
3. Eritromisin
4. Etrasiklin
b) Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh
atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan
digunakan untuk membunh mikroorganisme pada benda mati. (Anonim, 2014).
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme patogen. Contoh bahan kimia yang tergolong
desinfektan adalah :
1. Golongan Aldehid (formaldehid dan glutaraldehid)
2. Golongan Alkohol (etanol, propanol, dan isopropanol)
3. Golongan Halogen (iodium dan klor)
4. Golongan garam dan amonium kuartener (benzalkonium klorida dan
bensatonium klorida)
5. Golongan Pengoksidasi (peroksida dan peroksigen)
c) Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati.
Antiseptik adalah zat antimikroba yang diberikan pada jaringan hidup/kulit untuk
mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis (peradangan seluruh tubuh yang berpotensi
fatal) yang disebabkan oleh infeksi berat, dan pembusukan. Beberapa antiseptik
yang umum dipakai.
1. Alkohol digunakan untuk mensterilkan kulit sebelum suntikan diberikan.
2. Hidrogen Peroksida digunakan untuk membersihkan dan menghilangkan
bau luka dan bisul.
3. Chlorhexidine Gluconate digunakan sebagai antiseptik kulit dan untuk
mengobati radang gusi.
4. Chlorhexidine Gluconate digunakan sebagai antiseptik kulit dan untuk
mengobati radang gusi.
C. Cara Pengujian Antimikroba
Metode difusi cakram
Difusi cakram menunjuk pada difusi agen antimikroba dari suatu konsentrasi
tertentu pada cakram, tablet atau strip, ke dalam media biakan padat yang telah diberi
benih dengan isolate inokumlum yang dipilih dalam suatu biakan murni. difusi
cakram berdasarkan atas penetapan zona penghambat yang proporsional terhadap
bakteri yang pecan terhadap adanya antimikroba pada cakram.
Difusi dari agen antimikroba ke dalam media biakan yang diberi benih dalam
satu lereng grafik antimikroba. Pada waktu konsentrasi antimikroba menjadi encer
yang tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri lebih lama lagi dari bakteri uji,
zona hambatan dibatasi. Diameter dari zona hambatan di sekitar cakram antimikroba
berhubungan dengan konsentrasi penghambat minimumnya (MIC) untuk kombinasi
antimikroba/bakteri; zona hambatan berkorelasi terbalik dengan bakteri MIC. Secara
umum, semakin besar zona hambatan, semakin rendah konsentrasi antimikroba yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Namun, hal ini bergantung pada
konsentrasi antibiotik dalam cakram dan kemampuannya berdifusi.
 Pertimbangan penggunaan metodologi difusi cakram
Difusi cakram merupakan hal mudah untuk ditampilkan, dapat direproduksi
dan tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Keuntungan utamanya adalah:
i. Biaya murah
ii. Mudah dalam memodifikasi uji cakram antimikroba jika diperlukan
iii. Dapat digunakan sebagai suatu uji tapis dari sejumlah isolate
iv. Dapat mengidentifikasi bagian isolate untuk pengujian lebih lanjut
dengan metode yang lain, seperti menentukan MIC.
Metode pengenceran agar dan kaldu
Tujuan dari metode pengenceran kaldu dan agar adalah untuk menentukan
konsentrasi terendah dari metode assay antimikroba yang menghambat pertumbuhan
yang terlihat dari bakteri yang diuji (MIC, µg/ml atau mg/liter). Namun, MIC tidak
selalu mewakili suatu nilai absolute. MIC adalah suatu titik diantara konsentrasi uji
terendah dimana hambatan pertumbuhan bakteri dan konsentrasi uji yang lebih
rendah berikutnya. Karena itu, penentuan MIC dilakukan dengan menggunakan
suatu rangkaian pengenceran yang mungkin dipertimbangkan untuk memiliki suatu
variasi yang tidak dapat dipisahkan dari satu pengenceran.
Barisan antimikroba harus meliputi kriteria interpretive (kepekaan, menengah
dan resisten) untuk kombinasi antibiotic/bakteri tertentu dan organisme rujukan
pengawasan mutu yang sesuai.
Metode pengenceran kepekaan antimikroba muncul menjadi lebih dapat
mereproduksi dan bersifat kuantitatif dari pada difusi cakram agar. Namun,
antibiotic biasanya diuji dalam pengenceran dua kali lipat, yang dapat menghasilkan
data eksak MIC.
a. Pengenceran kaldu
Pengenceran kaldu merupakan suatu teknik dimana suspensi bakteri dari
konsentrasi yang sesuai atau yang telah ditentukan dengan optimal diuji terhadap
berbagai konsentrasi dari agen antimikroba (biasanya pengenceran dua kali lipat
yang berseri) dalam suatu media cair dari yang telah ditentukan, formulasi yang
didokumentasikan. Metode pengenceran kaldu dapat dilakukan dalam tabung yang
mengandung volume minimum 2 ml (pengenceran mikro) atau dalam volume yang
lebih kecil menggunakan plate mikrotitrasi (pengenceran mikro). Sejumlah plate
mikrotiter mengandung antibiotic pengenceran lyofilisasi dalam sumur yang tersedia
secara komersial. Penggunaan lot yang identik dalam plate pengenceran mikro
mungkin membantu meminimalisasi variasi yang mungkin timbul karena persiapan
dan pengenceran antimikroba dari laboratorium yang berbeda. Penggunaan plate ini,
dengan suatu protocol uji yang didokumentasikan, mencakup spesifikasi dari
organisme rujukan yang sesuai, akan memfasilitasi kemampuan memperbandingkan
hasil uji diantara laboratorium.
b. Pengenceran agar
Metode pengenceran agar, melibatkan penggabungan berbagai konsentrasi
agen antimikroba ke dalam suatu media agar, biasanya menggunakan pengenceran
serial dua kali lipat, diikuti dengan aplikasi suatu inukulum bakteri yang
didefinisikan ke permukaan agar di plate. Hasil ini jarang dipertimbangkan sebagai
metode yang paling. dapat diandalkan untuk menentukan MIC untuk uji kombinasi
bakteri/antimikroba.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian dilaksanakan di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepualuan Seribu,
Provinsi DKI Jakarta dan di Laboratorium Mikrobiologi dan Kimia Universitas
Nasional, JL. Bambu kuning, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Waktu penelitian
direncanakan pada tanggal ….

B. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: cawan petri, tabung
reaksi, pinset, kapas lidi steril, oven, inkubator, api bunsen, jarum ose, tabung
reaksi, tabung Erlenmeyer, autoclave, gunting, spidol, dan sarung tangan.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
makroalga, NaCl 0,9%, alkohol 70%, methanol 70%, akuades, Nutrient Broth
(NB), Nutrien Agar (NA), media Cair Mueller Hinton Broth (MHB), media PDB
(Potato Dextrose Broth)

C. Cara Kerja
Penelitian di Lapangan
Penelitian di lapangan dilaksanakan dengan melakukan pengambilan sampel
makroalga pada Kawasan Pulau Tunda. sampel makroalga diambil secara aseptis
lalu dimasukkan ke dalam botol sampel berisi air laut steril. Semua sampel yang
sudah diambil selanjutnya dimasukkan ke dalam cooler box dan dibawa ke
laboratorium untuk diuji lebih lanjut.
Pengambilan Sampel
Spons diambil di kawasan Kepulauan Seribu, Provinsi DKI
Jakarta. Pengambilan spons dilakukan dengan menelusuri laut pada tingkat
kedalaman yang ditentukan. Spons kemudian dimasukkan ke dalam plastik
sampel yang telah berisi air laut dan diberi ruang udara. Selanjutnya spons
ditempatkan dalam coolbox untuk analisis mikrobiologis di Laboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Biologi, Universitas Nasional.

Isolasi Endosimbion
Sampel spons dipotong kecil-kecil sama besar, kemudian spons
disterilisasi dengan alkohol, dan aquades. Setelah disterilisasi sampel spons
dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah diberi media cair berupa
Nutrient Agar (NA) yang sudah ditambahkan dengan garam (NaCl
fisiologis) di dalammnya.

Inokulasi Bakteri
Media cair NA ditambahkan ke dalam cawan Petri yang berbeda.
Tujuannya untuk membantu proses pertumbuhan bakteri pada sampel spons.
Dimasukkan sampel spons yang telah disterilisasi tadi kedalam masing-
masing cawan Petri yang telah ditambahkan media tanam. Proses
dimasukkan sampel spons ke dalam cawan Petri harus steril, dengan cara
dinyalakannya lampu spiritus didekat cawan Petri. Sebelum dimasukkan,
pinset yang digunakan harus steril dengan membakar ujung pinset dengan
lampu spiritus. Bakteri pada sampel spons di inokulasi pada media NA.
Bakteri sampel spons kemudian di inkubasi pada suhu 37˚C di dalam
inkubator selama 2x24 jam.

Fermentasi/Kultivasi
Fermentasi/kultivasi bakteri pada sampel spons menggunakan
bakteri endosimbion yang terdapat spons. Bakteri yang digores sebesar 1
ose diletakkan dalam labu Erlenmeyer dan di inkubasi selama 1x24 jam.
Setelah koloni-koloni tumbuh dalam labu Erlenmeyer, kemudian disaring
dan cairannya dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi
menggunakan Nutrient Broth (NB) dan yang kemudian akan membentuk
supernatant dan padatan di dalam tabung. Tujuan dari fermentasi ini adalah
untuk memperbanyak sel pada bakteri endosimbion.

Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba


Pengujian aktivitas senyawa antimikroba terhadap bakteri
menggunakan teknik medium dua lapis (bilayer), yaitu lapisan bawah berisi
medium NA dan lapisan atas berisi medium NA + kultur mikroba target
yang akan dihambat. Sebanyak 1 ml kultur cair mikroba yang akan dihambat
(umur 24 jam) dimasukkan ke dalam 100 ml medium dan dituangkan ke
dalam cawan petri berisi medium lapisan bawah yang telah padat. Setelah
medium bilayer padat, isolat bakteri asal spons digoreskan pada
permukaannya dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Senyawa
antimikroba yang dihasilkan diindikasikan dengan keberadaan zona bening
di sekitar koloni bakteri (Abubakar 2009). Isolat bakteri hasil penapisan
dikulturkan dalam medium cair untuk memperoleh peletnya. Pelet diperoleh
dari hasil sentrifugasi (10.000 rpm, 15 menit) 1 ml kulturnya. Supernatan
hasil sentrifugasi dibuang dan disisakan sedikit untuk disuspensikan kembali
dengan peletnya. Sebanyak 10 µl suspensi pelet diteteskan di atas medium
bilayer. Diameter zona hambat (DZH) senyawa antimikroba maupun indeks
zona hambatnya (IZH) dihitung dengan rumus:

DZH = Diameter zona hambat – Diameter koloni

IZH = Diameter zona hambat – Diameter koloni Diameter koloni


DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Annisa. 2012. Antimikroba. Dari: http://eprints.umm.ac.id/36811/3/jiptummpp-


gdl-annisaayuw-50039-3-babii.pdf. (2/12/18)
Jayanti Sarampang, Irma. 2014. Antimikroba dan Mekanismenya. Dari:
https://www.academia.edu/8741549/Antimikroba_dan_Mekanismenya.
(3/12/18)
Menggelea F. P, et al. 2015. Uji efek antibakteri jamur endosimbion spons laut
Callyspongia sp. terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Eschericia
coli. Dari:
https://www.researchgate.net/publication/280556440_Uji_efek_antibakteri_jamu
r_endosimbion_spons_laut_Callyspongia_sp_terhadap_bakteri_Pseudomonas_a
eruginosa_dan_Eschericia_coli. (2/12/18)
Rusli, et al. 2016. JAMUR ENDOSIOMBION SI BINTANG LAUT (Asterias forbesi )
SEBAGAI ALTERNATIF ANTIBAKTERI BARU PADA BAKTERI PENYEBAB
INFEKSI SALURAN PENCERNAAN. Dari:
http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa/article/view/199. (2/12/18)

Anda mungkin juga menyukai