Anda di halaman 1dari 20

PAPER MIKROBIOLOGI

TENTANG

KARAKTERISTIK BAKTERI, JAMUR, DAN MIKROALGA

DOSEN PENGAMPU :

Rozana Zuhri, S.Pd.,M.Si

DISUSUN OLEH:

Sherlinda Nur Yuliana (20020611014)

Wahyu Soleha (20020611016)

Yuni Purnawati (2002011017)

UNIVERSITAS MERANGIN

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan
pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek.
Leeuwenhoek kemudian menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri
pada tahun 1684. Sejak saat itu, ilmu yang mempelajari bakteri mulai
berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri
adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies
yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007).
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk
hidup lainnya. Bakteri adalah organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya
tidak memiliki klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12
mikron sampai yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri yang paling
renik adalah Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri
terbesar adalah Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar
bakteri beraneka ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia
(spiral). (Sri Maryati, 2007)
Dari hasil identifikasi yang pernah dipublikasikan di “Majority
Medical Journal of Lampung University”, jenis bakteri yang didapatkan di
tangan antara 2 lain Staphylococcus saprophyticus, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Serratia liquefacients, Serratia marcescens,
Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes, Citrobacter freundii,
Salmonella sp, Basillus cereus, Neisserria mucosa.
Jamur merupakan organisme yang mempunyai inti sel, dapat
membentuk spora, tidak berkrolofil, terdapat benang – benang tunggal atau
benang – benang yang bercabang dengan dinding selulosa atau
khitin (Suarnadwipa, et al., 2008). Fungi merupakan organisme yang bersifat
heterotrof. Organisme ini mendapatkan nutrisi dengan menyerap zat-zat
makanan dari medium di sekitarnya (Campbell, 2003). Fungi atau jamur
berperan sebagai salah satu dekomposer yang membantu proses dekomposisi
bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan
(Suharna, 1993).
Fungi ada yang bersifat saprofit dan parasit. Fungi saprofit
memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi dari bahan organik seperti
tumbuhan dan sisa-sisa hewan yang telah mati. sedangkan fungi parasit
memperoleh nutrisi dengan menyerap dari tumbuhan ataupun hewan yang
masih hidup. Kelompok utama fungi yang berperan sebagai pendegradasi
ligniselulosa berasal dari Basidiomycetes, karena mampu menghasilkan enzim
pendegradasi ligniselulose seperti selulose, ligninase, dan hemiselulose
(Munir, 2006) , sehingga siklus materi di alam dapat terus berlangsung. Fungi
ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler, tetapi sebagian besar
merupakan multiseluler. Badan buahnya tersusun oleh benang-benang halus
yang disebut hifa. Kumpulan hifa akan membentuk suatu badan buah fungi
dengan bentuk dan ukuran yang beragam. Fungi memiliki struktur tubuh, cara
mendapatkan nutrisi dan reproduksi yang berbeda dengan organisme lainnya.
Organisme ini umumnya mengandung zat kitin dan tidak memiliki
warna, memiliki pileus dan tangkai, beberapa jenis memiliki annulus ataupun
volva, atau memiliki keduanya. Fungi memiliki bentuk badan buah yang
sangat beragam, beberapa berbentuk cup atau kantung, bulat, berbentuk
payung, seperti koral, jelly ataupun menyerupai daun telinga (Chang, 2004).
Berdasarkan ukuran tubuhnya, fungi dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar yaitu fungi makroskopis dan fungi mikroskopis. Fungi
makroskopis memiliki badan buah yang dapat dilihat dengan mata tanpa
bantuan mikroskop, tubuh buah dapat dipetik dengan tangan, dan sebagian
jenis aman untuk dikonsumsi. Fungi ini terdiri dari sebagian besar kelompok
Basidiomycetes dan beberapa Ascomycetes, sedangkan fungi mikroskopis
umumnya berasal dari kelompok Ascomycetes (Gunawan, 2005). Fungi
membutuhkan lingkungan yang lembab untuk dapat tumbuh secara alami di
alam. Salah satu tempat di Indonesia yang cenderung lembab adalah kawasan
hutan Gunung Giribangun.
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik yang berukuran
mikroskopik. Bersifat fotoautotrof karena dapat melakukan fotosintesis dan
membuat makanan sendiri. Habitatnya di tempat yang lembab, air tawar dan
air laut. Mikroalga mempunyai karakteristik yaitu tidak mempunyai akar,
batang dan daun. Mampu melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen
serta karbon dioksida pada waktu yang bersamaan sehingga mengurangi
terjadinya efek rumah kaca dan meminimalisasi terjadinya global warming
(Winahyu, Anggraini, Rustiati, Master, & Setiawan, 2013). Ukuran mikroalga
relatif sangat kecil dengan diameter 0,1 – 200 µ. Morfologi mikroalga
berbentuk uniseluler dan hidup secara berkoloni atau individual
(Soeprobowati & Hariyati, 2016). Mikroalga dapat tumbuh dan berkembang
pada kisaran suhu 20-30ºC dengan derajat keasaman (pH) berkisar 6,5 – 9,5
(Harmoko, Lokaria & Misra, 2017).
Mikroalga dapat ditemukan pada perairan yang memiliki intensitas
cahaya matahari cukup tinggi dan kecerahan air yang baik, sehingga cahaya
matahari dapat masuk dari permukaan sampai kedalaman perairan.
Kedalaman air yang rendah dan kualitas air yang jernih merupakan salah satu
ciri terdapatnya intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi. Kecerahan air
yang rendah dan kurangnya intensitas cahaya matahari memungkinkan
organisme perairan tidak dapat hidup karena tidak dapat melakukan
fotosintesis (Erdina, Ajizah, & Hardiansyah, 2010). Intensitas cahaya dapat
menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan. Perubahan intensitas
cahaya menyebabkan mikroorganisme melakukan pergerakan secara vertikal
di dalam air. Perubahan intensitas cahaya juga akan berpengaruh terhadap
suhu perairan sehingga suhu perairan dan nilai ikut menurun serta konsentrasi
oksigen yang terlarut ikut berkurang (Effendi, 2003). Suhu perairan dan
derajat keasaman akan mempengaruhi keanekaragaman mikroalga (Erdina,
Ajizah, & Hardiansyah, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud untuk mengkaji,


menguraikan karakteristik bakteri, jamur dan mikroalga berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai sumber,

1.2 Permasalahan
Bagaimana keanekaragaman karakteristik bakteri, jamur dan
mikroalga berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya?

1.3 Motivasi penulisan Paper


1. Menambah ilmu pengetahuan tentang karakteristik bakteri, jamur dan
mikroalga dari berbagai sumber penelitian yang telah dilaukan.
2. Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan pengkajian penelitian
sebelumnya.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik bakteri


Apa saja karakteristik bakteri?

1. Bersifat prokariotik atau memiliki inti sel tanpa membran inti.


2. Hidupnya bersifat autotrof dan heterotrof.
3. Beberapa bakteri memiliki flagela sebagai alat gerak, sebagian lain tidak
memiliki flagela.
4. Jika kondisinya tidak bagus, bakteri bisa membentuk endospora untuk
melindungi bakteri dari panas dan gangguan alam.
Berdasarkan jurnal:
A. Analisis Karakteristik Bakteri Probiotik
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
karakteristik bakteri probiotik. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif untuk melakukan analisis biokimia terhadap jenis bakteri
probiotik yang berasal dari pohon pisang.
Memiliki uji laboratorium menunjukkan bahwa bakteri yang
diisolasi dalam media agar darah dan telah dilakukan pembersihan
karakteristik morfologi berbentuk batang (basil), termasuk jenis bakteri
gram-positif dengan warna violet sebagaimana terlihat pada Gambar.
Karakteristik: yaitu bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim
katalase tetapi tidak dapat mengoksidasi. Mampu menghasilkan enzim
sitrat, ornitin dan urease. Sifatnya asam, mampu memfermentasi laktosa
dan sukrosa, serta mampu menghasilkan aseton dari fermentasi glukosa.

Dari karakteristik tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang


ditemukan pada probiotik yang bersumber dari pelepah pohon pisang
merupakan jenis akteri anaerob, Bakteri tersebut merupakan bakteri jenis
Basil sp. spesies Basil berbentuk batang, termasuk Gram positif yang
sering disusun berpasangan atau rantai dengan ujung bulat atau persegi
dan biasanya memiliki endospora tunggal

B. Karakteristik bakteri perairan mangrove pesisir kraton pasuruan


Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi
bakteri dari perairan mangrove dengan vegetasi yang berbeda yaitu
Avicennia marina, Rhizophora apiculata, Avicennia alba dan Sonneratia
alba. Karakterisasi bakteri dilakukan di laboratorium mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Bakteri memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove.
keberadaan dan keanekaragaman hayati dalam ekosistem mangrove
dipengaruhi oleh faktor salinitas, pH, fisik, iklim, vegetasi, dan lokasi
(Hrenovic dkk ., 2003). dekat beberapa bakteri yang memainkan peran
dalam ekosistem mangrove melalui proses fotosintesis, fiksasi nitrogen,
metanogenesis, produksi enzim dan antibiotik penghasil (Lyla dan Ajmal,
2006). Bakteri merupakan penentu dalam siklus nitrogen pada lingkungan
mangrove. Cyanobacteria laut adalah komponen mikrobiota penting yang
berperan dalam penyusunan sumber nitrogen pada ekosistem mangrove
(Kathiresan dan Bingham, 2001).
Pada hasil dan pengamatan ditemukan beberapa golongan Basil sp.
seperti Bacillus megaterium merupakan bakteri aerob, gram positif,
dengan karakteristik berbentuk batang dengan ukuran diameter 1,2-1,5 m
dan panjang 2,0-2,4 m, bentuk sel-sel silindris sampai oval atau bentuk
pear, dan motil endospora paling sering dibentuk dalam 48 jam dengan
suhu optimal untuk pertumbuhannya antara 28-35HAIC dan suhu
maksimumnya antara 40–45HAIC (Holt dkk., 1994).
Bacillus pumilus merupakan bakteri aerob, gram positif, berbentuk
batang dengan ukuran diameter 0.6-0,7 m dan panjang 2.0-2,4 m. Suhu
optimal untuk pertumbuhannya 30 HaiC dan suhu maksimumnya antara
45HAIC–50HAIC. Bacillus subtilis merupakan bakteri aerob dan anaerob
fakultatif (beberapa strain khusus) gram positif, berbentuk batang dengan
ukuran diameter 0,7–0,8 m dan panjang 2,0–23,0 m, dan motil selnya
membentuk endospora dengan ukuran diameter 0,6-0,9 m dan panjangnya
1,0–1,5 m endospora tersebut dalam waktu 48 jam, endospora terletak di
subterminal, dan untuk strain tertentu pembentukannya terjadi selama 15–
21 hari (Holt dkk., 1994).
2.2 Karakteristik jamur
Ciri-ciri sebagai berikut:
- Uniseluler dan multiseluler
- Selnya memiliki membran inti (eukariotik)
- Tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotroph.

berdasarkan jurnal:

A. Karakteristik Jamur Sagu (V olvariella sp.) endemik papua


jamur sagu (Volvariella sp.) dikenal sebagai jamur merang yang
tumbuh secara sporadis pada pembusukan limbah empulur sagu di Papua.
Jamur sagu yang ditemukan di Desa Warari Kecamatan Yapen Selatan,
Kabupaten Yapen memiliki bentuk spora bulat sampai bulat lonjong. Ukuran
panjang spora antara 5-10 m dengan rata-rata 7,8 m, diameter spora antara 5-
7,5 m dengan rata-rata 5,5 m, dan spora berwarna kuning mengkilap. Ukuran
spora jamur sagu sedikit lebih kecil dibandingkan dengan spora jamur
merang. Ukuran panjang spora jamur merang antara 7-10,5 m (Kuo, 2008).
Hifa jamur sagu berwarna putih dan berdiameter antara 8-11 m dengan rata-
rata 9,7 m, berdinding tebal dan bersekat.

B. Karakteristik jamur makroskopis di perkebunan kelapa sawit kecamatan


meureubo aceh barat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan jenis jamur
makroskopis yang terdapat di Perkebunan Kelapa Sawit Kecamatan
Meureubo Aceh Barat pada habitat Pelepah Sawit. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jelajah ( Survei eksploratif) . Luas lokasi
penelitian adalah 6 Ha, pengambilan data dilakukan dengan melakukan
percobaan pada seluruh kawasan perkebunan kelapa sawit yang diteliti, dan
selanjutnya mengambil sampel jamur yang ditemukan pada saat percobaan.
Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif.
Berdasarkan penelitian Karakteristik Jamur Makroskopis di
Perkebunan Kelapa Sawit Kecamatan Meureubo Aceh Barat pada habitat
pelepah sawit, ditemukan 13 spesies jamur yang tergolong dalam 7 famili:
Dacrymycetaceae, Agaricaceae, Marasmiaceae, Bondarzewiaceae,
Pleurotaceae, Polyporaceae, dan Inocybaceae. Berikut ini adalah karakteristk
jamur makroskopis dilihat dari bentuk tudung, warna tudung, permukaan
tudung, tidaknya tubuh buah, bentuk tubuh buah, permukaan tubuh buah,
bentuk lamella (pori), bentuk pelekatan dan diameter jamur nya.
Karakteristiknya adalah bentuk tudung yang pada habitat pelepah
sawit ditemukan beragam bentuk, dari yang berbentuk seperti spatula, kipas,
payung bahkan ada yang bentuk tudungnya mirip seperti bunga. Selain bentuk
tudung yang beragam, warna tudung yang habitat pelepah sawit ini juga
sangat beragam, ada yang berwarna kuning cerah, krem, putih, coklat tua
coklat, atau kemerahan, atau ditemukan, krem garis-garis coklat, coklat tua,
kuning coklat dan abu-abu. Daun tudung jamur makroskopis ada yang halus,
admin sangat rapat, berlekuk dan admin sangat halus. Tubuh buah jamur
makroskopis yang ditemukan pada habitat pelepah sawit ini ada yang
memiliki tubuh buah dan ada pula yang tidak memiliki tubuh buah. Jamur
makroskopis yang memiliki tubuh buah, tubuh buahnya berbentuk antara lain
berukuran sama dari pangkal sampai ujung dan berbentuk obor dengan
rongga.
Permukaan tubuh buah jamur makroskopis yang pada habitat pelepah
sawit ditemukan semuanya halus. Bentuk lamela (berpori) jamur makroskopis
ada yang beralur, teratur, berpori dan bersilang. Bentuk pelekatan esentrik dan
di tepi. Diameter jamur makroskopis mulai dari 0,5-7 cm. Spesies jamur
makroskopis yang ditemukan pada habitat pelepah sawit ini yaitu,
Dacryopinax spathularia, Schizophyllum sp, Marasmius marasoniellas,
Heterobasidion annosum, Pleurotus pulmonarius, Pycnoporus coccineus,
Pycnoporus sanguineus, Trametes elegans, Microporus sp, Polyporus
tuberaster, Pleurotus ostreatus, komune Schizophyllum dan Krepidotus sp
C. Karakteristik dan pemuliaan jamur tiram jangka panjang yang dapat disimpan
(Pleurotus ostreatus) variasi"Gonji-7hokan
Jamur tiram adalah kultivar yang luas di antara jamur yang dapat
dimakan yang dibudidayakan di Korea. Tapi, karena kelebihan produksi
dalam negeri, harganya turun. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
jamur tiram varietas baru (Pleurotus ostreatus) yang memiliki penyimpanan
jangka panjang untuk ekspor di pasar luar negeri maupun domestik. 'Gonji-
7ho', varietas baru jamur tiram, untuk kultur botol, dibiakkan dengan
mengawinkan monokaryon yang diisolasi dari 'Nongmin-59ho' dan
'MT07156'. Pada ciri-ciri tubuh buah, pilei berbentuk bulat dan berwarna abu-
abu serta stipe berwarna putih dan lunak. Pertumbuhan tubuh buah sangat
vital dan seragam. Ketika tubuh buah disimpan pada suhu 4 derajat setelah
dikemas dengan vinil plastik, masa penyimpanan diperpanjang 7 hari lebih
lama dari 28 hari chunchu-2ho.

2.3 Kaeakteristik mikroalga


A. Karakteristik Morfologi Mikroalga
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang
termasuk dalam kelas alga, diameternya tubuhnya berukuran antara 3-30
μm, berupa sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah
perairan tawar maupun laut, yang lazim disebut fitoplankton. Di dunia
mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik
dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru
kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin).
Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi
belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal
itulah yang membedakan mikroalga dengan tumbuhan tingkat tinggi
(Romimohtarto, 2004). Alga adalah tumbuhan yang termasuk ke dalam
divisi Thallophita. Alga termasuk ke dalam divisi ini karena tidak
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Alga merupakan organisme
eukariotik-fotosintetik yang hidup secara soliter ataupun dalam dalam
koloni di tempat-tempat basah. Reproduksinya secara generatif dan
vegetatif. Pigmen yang terkandung di dalam alga berbeda-beda tergantung
dari jenis alganya. Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.
Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang
tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun
fitoplankton. Alga, sebagaimana protista eukariotik yang lain,
mengandung nukleus yang dibatasi membran. Benda-benda lain yang ada
di dalamnya ialah pati dan butir-butir seperti pati, tetesan minyak, dan
vakuola. Setiap sel mengandung satu atau lebih kloroplast, yang dapat
berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan
tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan tinggi. Di dalam
matriks kloroplas terdapat gelembung-gelembung pipih bermembran yang
dinamakan tilakoid. Membran tilakoid berisikan klorofil dan pigmen-
pigmen pelengkap yang merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis.
Alga merupakan organisme yang dianggap sebagai nenek moyang
tumbuhan saat ini. Alga memiliki beberapa karakteristik yang juga
dimiliki oleh tumbuhan saat ini seperti pigmen klorofil.
Secara morfologi, alga dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu
mikroalga (alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang
berukuran makro). Namun, secara spesifik bentuk tubuh beserta
ukurannya tidak akan sama persis dengan tumbuhan dan ukuran tubuhnya
sekalipun dalam bentuk makro tidak mudah dilihat dengan mata telanjang.
Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofi dan mempunyai
pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses
fotosintesis. Hidup di air tawar, payau, laut dan hidup secara terestrial,
epifit, dan epizoic.
Mikroalga merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan
penting dalam lingkungan sebagai produser primer, disamping bakteri dan
fungi yang ada disekitar kita. Sebagian mikroalga bersifat fotosintetik,
mempunyai korofil untuk menangkap energi matahari dan karbon dioksida
menjadi karbon organik yang berguna sebagai sumber energi bagi
kehidupan consumer seperti kopepoda, larva moluska, udang dan lain-lain.
Selain perannya sebagai produsen primer, hasil samping fotosintesa
mikroalga yaitu oksigen juga berperan bagi respirasi biota disekitarnya.
Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai
tumbuhan dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat
hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada
siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi
zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun
fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut
apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas Dinoflgellata tubuhnya
memiliki kromatofora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan
blooming dapat mematikan ikan. Dewasa ini fitoplankton telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain bidang :
bidang perikanan, industri farmasi dan makanan suplemen, pengolahan
limbah logam berat, sumber energi alternatif biodiesel.

B. Karakter Berbagai Klasis Mikroalga


Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang dan selama
hidupnya merupakan plankton. Gunawan (2011) menjelaskan bahwa
mikroalga juga merupakan kelompok fitoplankton, atau plankton nabati,
sehingga mikroalga lazim disebut sebagai fitoplankton. Handajani (2012)
menjelaskan bahwa sel mikroalga dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8
divisi merupakan bentuk unicellular. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah
digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami.
Divisi mikroalga tersebut yaitu Alga Hijau (Chlorophyta) Cyanobacteria
Atau Alga Biru Hijau, Diatom – Chrysophyta, Alga Coklat-Emas –
Chrysophyta, Alga Merah – Rhodophyta, Euglenophyta, Cryptophyta,
Phyrrophyta.
1. Chlorophycophyta (Alga Hijau)
Alga hijau, alga yang mengandung klorofil lebih dominan, di
samping pigmen fikobilin (kebiru-biruan) dan fikosantin (kecoklatan)
dan fikoeritrin (kemerah-merahan). Hidup di dalam air secara bebas,
pada tanah yang lembab, atau bersimbiosa dengan jasad lain, seperti
paku-pakuan (azolla) sampai tanaman tinggi (cassuarina). Contohnya:
euglena dan spirogyra.
2. Cyanobacteria Atau Alga Biru Hijau
Cyanobacteria atau alga biru hijau adalah kelompok alga yang
paling primitif dan memiliki sifat-sifat bakterial dan alga. Kelompok
ini termasuk organisme prokariotik tidak memiliki struktur-struktur
sel yaitu: nukleus dan kloroplas, tetapi memiliki chlorophil a dengan
variasi fikobilin seperti karotenoid. misalnya: Spirulina, Oscillatoria,
Anabaena . Umumnya hidup di dalam air secara bebas, pada tanah
yang lembab, atau bersimbiosa dengan jasad lain, seperti pakupakuan
(azolla) sampai tanaman tinggi (cassuarina).
3. Chrysohyta (Ganggang Keemasan) = Diatom Ganggang keemasan,
alga yang memiliki pigmen karotin yang dominan. Algae ini
dinamakan kriptomonad, mempunyai dua flagella tak sama. Biasanya
sel-sel memipih, berbentuk sandal dan dijumpai sendiri-sendiri,
beberapa berdinding dan yang lain tidak berdinding. Cadangan
makanan disimpan sebagai pati. Berkembang biak dengan membelah
sel secara membujur. Spesies ini sebagian besar berflagela,
kebanyakan adalah uniseluler, tetapi beberapa membentuk koloni.
Warna khasnya disebabkan karena klorofilnya tertutup pigmen-
pigmen berwarna coklat. Contoh: navicula dan ochromonas.
4. Euglenophycophyta (Euglenoid)
Ganggang uniseluler ini bergerak secara aktif dengan flagella,
bereproduksi dengan pembelahan biner membujur.memiliki bentuk
seperti mata. Ganggang ini mengandung klorofil a dan b, berwarna
hijau Euglenophyta dimasukkan dalam kelompok alga hijau oleh
beberapa ahli taksonomi dan dimasukkan ke dalam golongan protozoa
oleh karena organisme ini memiliki sifat-sifat tanaman sekaligus
hewan. Organisme ini merupakan organisme eukaryotik dengan
struktur-struktur tubuh yang dapat dijumpai pada sebagian besar alga,
namun mereka juga memiliki kerongkongan sehingga mereka dapat
memasukkan partikel ke dalam tubuhnya.
Mereka memiliki satu flagella yang panjang dan bisanya
berenang dengan cara menarik diri mereka melalui air. Beberapa di
antaranya melakukan gerakan amoeboid. Organisme ini tidak
memiliki dinding sel, namun mereka memiliki lapisan luar yang keras
yang tersusun dari protein yaitu pellicle, yang memiliki fungsi yang
sama seperti dinding sel. Euglenophyta memiliki klorofil a dan b
beberapa karotenoid dan biasanya mereka terlihat berwarna hijau
rumput. Euglena umumnya ditemukan di perairan yang kaya akan
nutrien. contoh Euglena.
5. Alga Merah – Rhodophyta
Alga merah merupakan makroalga tersebut hanya memiliki
chlorophyl a di samping memiliki pigmen lainnya seperti fikosianin
(pigmen biru), dan fikoeritrin (pigmen merah), seperti juga halnya
berbagai karotenoid. Fikoeritrin memberi warna merah pada alga ini.
Selain itu, alga ini juga terkadang berwarna hijau kebiruan hingga
ungu. Alga merah uniseluler tidak motil dan tidak memiliki flagel.
Dapat digunakan dalam lingkungan budidaya, contoh: Porphyridium.
6. Cryptophyta
Cryptophyta adalah kelompok uniseluler yang unik yang tidak
memiliki kedekatan dengan kelompok alga lainnya. Kelompok ini
merupakan organisme eukaryotik, dan mereka juga memiliki
kerongkongan. Semua spesies kelompok ini memiliki flagel, bersifat
motil, dan memiliki satu atau dua kloroplast serta memiliki klorofil a
dan c, fikosianin dan fikoeretrin serta beberapa karotenoid yang
memberikan warna kecokelatan pada tubuh mereka. Cryptomonas
(Air tawar, air laut;). memiliki 1-2 kloroplas cokelat dan dapat
melakukan fotosintesa ataupun bertahan hidup menggunakan bakteri.
7. Phyrrophyta
Dalam kelompok ini terdapat dinoflagellata yang merupakan
suatu kelompok organisme uniseluler yang unik yang memiliki dua
flagella dan umum dijumpai di air tawar maupun air laut. Kelompok
ini merupakan organisme eukariotik. Salah satu ciri khas kelompok
organisme ini adalah keberadaan dinding sel yang terbuat dari lapisan
selulosa. Akan tetapi ada beberapa organisme yang tidak memiliki
dinding sel ini. Organisme ini memiliki dua flagella.
Banyak organisme dari golongan ini yang memiliki trichocyst,
yaitu struktur protein yang dapat dikeluarkan dari permukaan sel
untuk melindungi diri dari predator. Fenomena ‘red tide’ adalah
peristiwa yang dihubungkan dengan ledakan (berkumpulnya)
dinoflagellata karena adanya pigmen kemerahan yang terakumulasi
dalam organisme-organisme ini dan dalam jumlah yang besar yang
terjadi pada kondisi lingkungan tertentu. Beberapa dinoflagellata
menyebabkan peracunan pada kerang-kerangan dan menyebabkan
pengakumulasian neurotoksin dalam konsentrasi tinggi. Beberapa
spesies merupakan parasit bagi ikan yang menyebabkan masalah
seperti ‘velvet disease’, contoh: Ceratium (air tawar) dan Peridinium
(air tawar, air laut;).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak
jenis bakteri, jamur dan mikroalga di alam semsta ini, karakteristik bakteri
pada umumnya bersifat prokariotik atau memiliki inti sel tanpa membran inti,
hidupnya bersifat autotrof dan heterotroph, beberapa bakteri memiliki flagela
sebagai alat gerak, sebagian lain tidak memiliki flagella, jika kondisinya tidak
bagus, bakteri bisa membentuk endospora untuk melindungi bakteri dari
panas dan gangguan alam. Berdasarkan analisis karakteristik bakteri probiotik
ditemukan ciri-ciri bakteri yaiyu karakteristik morfologi berbentuk batang
(basil), termasuk jenis bakteri gram-positif dengan warna violet. Karakteristik
Jamur Sagu (V olvariella sp.) endemik papua pada Pada hasil dan pengamatan
ditemukan beberapa golongan Basil sp. seperti Bacillus megaterium
merupakan bakteri aerob, gram positif, dengan karakteristik berbentuk batang
dengan ukuran diameter 1,2-1,5 m dan panjang 2,0-2,4 m, bentuk sel-sel
silindris sampai oval atau bentuk pear.
Sedangkan karakteristik pada jamur yang kami temukan yaitu Jamur
sagu yang ditemukan di Desa Warari Kecamatan Yapen Selatan, Kabupaten
Yapen memiliki bentuk spora bulat sampai bulat lonjong. Karakteristik kelas
mikroalga Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang dan selama
hidupnya merupakan plankton.
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna I dkk.,(2016),” Analisis Karakteristik Bakteri Probiotik”, Journal of


characteristics bacteria Research, Vol 5 No. 2 : 130 - 132

Yahya, Selamat.N., Yenny.R., Soemarno(2014). “Karakteristik Bakteri Perairan


Mangrove Pesisir Kraton Pasuruan”. Journal of characteristics bacteria
Research, (1):35-42

Ren Dayong, Jianwei.Z.,Shengjie.G,Hongyan.L,Hansong.Y(2018),”Antimicrobial


Characteristics of Lactic Acid Bacteria Isolated from Homemade Fermented
Foods”, Journal of characteristics bacteria Research, 5416725

Abbas,Barahim, Florentina H.L,Eko.A.M(210),” Karakteristik Jamur Sagu (V


olvariella sp.) endemik papua”. Journal of characteristics mushroom
Research, 168-173 I1S6S8

Rahma Khairini, Nursalmi,M., Muslich,H(2018),” karakteristik jamur makroskopis di


perkebunan kelapa sawit kecamatan meureubo aceh barat”, Journal of
characteristics mushroom Research, 978-602-60401-9-0

Guiry, M.D.; Guiry, G.M. (2008). "Aphanizomenon flos-aquae". AlgaeBase. World-


wide electronic publication, National University of Ireland, Galway.

Guiry, M.D.; Guiry, G.M. (2008). "Zygnema". AlgaeBase. World-wide electronic


publication, National University of Ireland, Galway.

Retrieved 200 Gunawan. (2011). Pengaruh Perbedaan pH Pada Pertumbuhan

Mikroalga Klas Chlorophyta. Bioscientiae. 9:62-65.


Ahmad, B. 2011.Cirri-ciri Pyrrophyta. online/http>www.sridianti.com/ciri-ciri
pyrrophyta.html , diakses pada 18 Februari 2022

Anderson, D.M., J.M. Burkholder, W.P. Cochlan, P.M. Glibert, C.J. Gobler, C.A.
Heil, R.M. Kudela, M.L. Parsons, J.E.J. Rensel, D.W. Townsend, V.L.
Trainer, G.A. Vargo. 2008. Harmful algal blooms and eutrophication:
Examining Linkages From Selected Coastal Regions of the United States.
Harmful Algae.

Detha,Annytha. Frans U.D. Elisabet.B. Nancy.F. Nemay N.(2019).”Karakteristik


bakteri asam laktat yang diisolasi dari susu kuda Sumba” . Journal of
characteristics bacteria Research ,1 : 85-92 (2019)

Anda mungkin juga menyukai