Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah praktikum mikrobiologi

Disusun oleh:
Tri Purwa Ningrum (18308141064)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
A. JUDUL
“Pengenalan Mikroorganisme”
B. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami definisi mikroorganisme.
2. Mahasiswa dapat mengenali dan mendeskripsikan (secara sederhana) berbagai
mikroorganisme yang menjadi objek kajian mikrobiologi.
C. ABSTRAK
Mikroorganisme merupakan organisme berukuran kecil atau jasad renik yang
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer. Mikroorganisme merupakan objek
kajian yang harus dipelajari dalam mikrobiologi. Tujuan praktikum ini yaitu memahami
definisi serta mendeskripsikan mikroorganisme melalui studi literatur dan praktikum
sederhana. Studi literatur yang dilakukan meliputi kajian tentang macam-macam
spesies diantaranya bakteria, archaea dan eukarya yang masing-masing lima spesies
kajian. Sedangkan praktikum sederhana yang dilakukan menggunakan dua sampel roti
dan satu sampel kaldu daging sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Hasil yang
didapatkan yaitu terdapat mikroorganisme yang tumbuh pada sampel roti pertama dan
diduga merupakan Aspergillus sp. yang biasa ditemukan pada pembusukan roti.
Sedangkan pada kaldu daging tidak ada mikroorganisme yang dapat diidentifikasi.
Pertumbuhan mikroorganisme ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sumber
nutrisi, suhu, pH, kelembaban dan kondisi lingkungan lainnya.
D. KAJIAN PUSTAKA
a. Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba. Dalam
mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan
mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya,
metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor
lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian.
b. Mikroba atau Mikroorganisme
Mikroba adalah organisme berukuran kecil atau jasad renik. Jasad renik
disebut sebagai mikroba bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga
sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang
lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mikroorganisme
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer (Pelczar dan Chan, 1986).
Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen,
maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan
anorganik dengan energi sinar matahari. Jasad konsumen menggunakan bahan
organik yang dihasilkan oleh produsen sedangkan jasad redusen menguraikan
bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia
(mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia.
Setelah ditemukan mikroskop elektron, dapat dilihat struktur halus di
dalam sel hidup, sehingga diketahui menurut perkembangan selnya terdapat dua
tipe jasad, yaitu:
i. Prokariota (jasad prokariotik/ primitif), yaitu jasad yang perkembangan
selnya belum sempurna.
ii. Eukariota (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya
telah sempurna.
Perbedaan kedua tipe jasad di atas dijelaskan dalam tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Perbedaan struktural jasad prokariota dan eukariota

c. Prokariota
Tipe sel prokariotik mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan sel eukariotik. Beberapa sel bakteri Pseudomonas hanya berukuran 0,4-
0,7μ diameternya dan panjangnya 2-3μ. Sel ini tidak mempunyai organela
seperti mitokondria, khloroplas dan aparat golgi. Inti sel prokariotik tidak
mempunyai membran. Bahan genetis terdapat di dalam sitoplasma, berupa
untaian ganda (double helix) DNA berbentuk lingkaran yang
tertutup.“Kromosom” bakteri pada umumnya hanya satu, tetapi juga
mempunyai satu atau lebih molekul DNA yang melingkar (sirkuler) yang
disebut plasmid.
Sel prokariotik tidak mengandung organel yang dikelilingi oleh
membran. Ribosom yang dimiliki sel prokariot lebih kecil yaitu berukuran 70
S. Ukuran genom sel prokariot berbeda dengan sel eukariot. Jumlah DNA
penyusun pada sel prokariot berkisar antara 0,8-8.106 pasangan basa (pb) DNA.
DNA pada sel eukariot mempunyai pasangan basa lebih tinggi, sebagai contoh:
Neurospora 19.106; Aspergillus niger 40.106; Jagung 7.109; dan manusia 29.109.
Sel prokariotik tidak seluruhnya membutuhkan oksigen, misalnya pada bakteri
anaerob.
a) Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berkembang
biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri mempunyai bentuk
dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat
dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat
mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor
makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi
bakteri. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik,
saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya
tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas
bumi), di dalam lumpur, dan di laut.
Berdasarkan klasifikasi artifisial yang dimuat dalam buku
“Bergey’s manual of determinative bacteriology” tahun 1974, bakteri
diklasifikasikan berdasarkan deskripsi sifat morfologi dan fisiologi.
Dalam buku ini juga terdapat kunci determinasi untuk
mengklasifikasikan isolat bakteri yang baru ditemukan. Menurut
Bergey’s manual, bakteri dibagi menjadi 1 kelompok (grup), dengan
Cyanobacteria pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat
gram, kebutuhan oksigen, dan apabila tidak dapat dibedakan menurut
ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus.
b) Archaea
Archaea merupakan domain mikroorganisme prokariota bersel
satu yang tidak memiliki inti sel atau organel yang dibatasi membran.
Membran sel Archaea disusun oleh lipid gliserol isoprenoid. Seperti
lipid membran bakteri, lipid pada Archaea disusun oleh rantai
hidrofobik yang berikatan dengan suatu ester gliserol dan kebanyakan
disusun oleh isoprenoid. Isoprenoid adalah polimer alkil dengan rantai
cabang berbasis suatu unit dengan 5-karbon yang disintesis dari
mevalonat.
Dinding sel Archaea berbeda dengan gram positif dan gram
negatif yang merupakan tipe umum dinding sel dari bakteri. Dinding
selnya disusun oleh lapisan S yang merupakan sub unit protein yang
disusun secara teratur pada permukaan sel.
d. Eukariota
Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti. Inti
sel mengandung bahan genetis berupa genome/ DNA. Seluruh bahan genetis
tersebut tersusun dalam suatu kromosom. Di dalam kromosom terdapat DNA
yang berasosiasi dengan suatu protein yang disebut histon. Kromosom dapat
mengalami pembelahan melalui proses yang dikenal sebagai mitosis.
Sel eukariotik juga mengandung organel-organel seperti mitokondria
dan khloroplas yang mengandung sedikit DNA. Bentuk DNA dalam ke dua
organel tersebut adalah sirkuler tertutup (seperti DNA prokariot). Ribosom pada
sel eukariotik lebih besar dibandingkan prokariotik, berukuran 80S. Di dalam
sel ini juga dijumpai organel lain yang bermembran, yaitu aparatus golgi. Pada
tanaman organela ini mirip dengan diktiosom. Kedua organel tersebut berperan
dalam proses sekresi.
e. Tabel Karakteristik Mikroorganisme
Perbandingan antara tiga domain kehidupan ditampilkan dalam tabel 2
di bawah ini :
Tabel 2. Perbandingan karakteristik antar domain kehidupan
f. Media
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lain, media pertumbuhan mikrooorganisme berupa
media padat, media cair dan media semi padat (Benson, 2002). Suatu media
dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan persyaratan
antara lain: Media diinkubasikan pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup,
pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril, media
tidak mengandung zat-zat penghambat, dan media harus mengandung semua
nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme (Radji, 2010).
Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti
Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino, 2014).
Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme
laboratorium disebut media kultur. Pengetahuan tentang habitat normal
mikroorganisme sangat membantu dalam pemilihan media yang cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium. Karena mikroorganisme
memiliki perbedaan pada kebutuhan nutrisinya, tidak ada satupun medium yang
dapat menumbuhkan seluruh mikroorganisme yang sama (Lee, 1983).
a) Penggolongan Media
Penggolongan media berdasarkan susunan kimia yaitu Media
anorganik, yaitu media yang tersusun dari bahan – bahan anorganik,
Media Organik, yaitu media yang susunannya terdiri dari bahan - bahan
organik, Media Sintetik, yaitu media yang susunannyan kimianya
diketahui dengan pasti, umumnya digunakan untuk mempelajari
makanan suatu mikroba, Media Non Sintetik, yaitu media yang susunan
kimianya tidak diketahui dengan pasti, umumnya digunakan untuk
menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba (Sutedjoet al.,
1991).
Media berdasarkan sifat wujudnya digolongkan menjadi media
cair dan media padat, media cair yaitu media yang berbentuk cair
sedangkan media padat yaitu media yang berbentuk padat, dapat berupa
bahan organik alamiah atau dapat juga berupa bahan anorganik
(Sutedjoet al., 1991).
b) Syarat Media
i. Lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri yaitu media
yang memenuhi nutrisi, Suatu media harus mengandung nutrien
atau zat hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba yang akan dikultur (Surawiria U,
1985).
ii. Susunan dari kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan
mikroba harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal.
Hal ini perlu dikemukakakn mengingat banyak senyawa yang
menjadi penghambat atau racun bagi mikroba jika kadarnya
terlalu tinggi(mislnya garam dari asam lemak, gula, dan
sebagainya). Banyak alga yang sangat peka terhadap fosfat
anorganik. Disamping itu pada media yang terlalu pekat aktivitas
metabolism dan pertumbuhan mikroba dapat terganggu.
Perubahan factor lingkungan menyebvabkan aktifitas fisiologi
mikroba dapat terganggu, bahkan mikroba dapat mati (Haribi,
2008).
iii. Media harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam
atau basa. Pada umumnya bakteri tidak tumbuh dalam kondisi
terlalu basa, pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik
pada pH lebih dari 8. Sangat jarang suatu organisme dapat
bertahan dengan baik pada pH 4 bakteri autotrof tertentu
merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan
produk metabolisme yang bersifat asam atau basa
(Volk&Wheeler,1993).
iv. Dalam media kultur harus mengandung air, air merupakan
komponen utama di dalam sel bakteri dan medium. Fungsi air
sebagai sumber bahan organuk sel pada respirasi, pelarut dan alat
pengangkut dalam metabolisme. Kedua, media harus
mengandung sumber energi, ada beberapa macam sumber energi
untuk bakteri, yaitu senyawa senyawa organic dan senyawa
senyawa anorganik yang dapat dioksidasi serta sinar matahari
(Waluyo, 2007).
c) Media Penelitian
i. Kaldu Daging
Kaldu merupakan salah satu jenis savoury flavor yang
mengandung ekstrak tertentu dan dengan penambahan bahan
makanan lain atau tanpa bahan tambahan lain yang diizinkan.
Kaldu sengaja ditambahkan pada produk pangan olahan sehari-
hari untuk memperkaya rasa sebuah makanan sehingga nilai
penerimaan makanan dapat menjadi lebih baik. Kaldu yang biasa
digunakan sebagai media yaitu kaldu daging.
Daging merupakan salah satu sumber makanan yang
banyak digemari, menurut Hedrick, dkk (1994) daging sapi
merupakan salah satu jenis daging yang mudah terkontaminasi
oleh bakteri dan media yang cocok bagi pertumbuhan
mikroorganisme, karena kandungan air dan zat gizi seperti
protein. Beberapa mikroorganisme dapat berkembang dengan
baik pada daging sapi, mikroorganisme tersebut dapat
menyebabkan kerusakan pada daging sehingga membuat daging
tidak bertahan lama, selain itu mikroorganisme tersebut dapat
menyebabkan terjadinya penyakit (Mukartini dkk, 1995).
ii. Roti
Roti merupakan salah satu makanan yang digemari oleh
masyarakat sekitar. Selain sebagai sumber energi dan sumber
kandungan gizi bagi manusia, makanan khususnya roti dapat
menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme.
Mikroorganisme dan bakteri didalam makanan menyebabkan
makanan cepat membusuk dan tidak bertahan lama atau dapat
membuat makanan rusak. Mikroorganisme dan bakteri yang
terdapat pada makan dapat menyebabkan terjadinnya penyakit
(Siagian, 2002).
Menurut Kusuma, tepung terigu yang menjadi bahan
dasar dalam pembuatan roti tawar mengandung pati dalam
jumlah yang relatif tinggi. Pati ini dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena gula
sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi
mikroorganisme tersebut. Jamur merupakan mikro organisme
utama yang berperan penting dalam proses pembuatan dan
pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan
pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp,
Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Aspergillus
sp dan lainnya.
Aspergillus merupakan mikroorganisme eukariot, saat
ini diakui sebagai salah satu diantara beberapa makhluk hidup
yang memiliki daerah penyebaran paling luas serta berlimpah di
alam, selain itu jenis kapang ini juga merupakan kontaminan
umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropis.
Oleh karena itu, kemungkinan besar banyak jenis Aspergillus
juga dapat hidup pada roti tawar.
Jamur Aspergillus sp dapat menghasilkan beberapa
mikotoksin. Salah satunya adalah aflatoksin yang paling sering
dijumpai pada hasil panen pertanian serta bahan makanan pokok
di banyak negara berkembang sehingga mengancam keamanan
pangan. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat
karsinogenik dan hepatotoksik. Manusia dapat terpapar oleh
aflatoksin dengan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
oleh toksin hasil dari pertumbuhan jamur ini. Kadang paparan
sulit dihindari karena pertumbuhan jamur di dalam makanan
sulit untuk dicegah.

E. METODE PENELITIAN
a) Praktikum dibagi menjadi 2 kegiatan utama, yaitu :
i. Studi literatur tentang mikroorganisme.
ii. Eksperimen
b) Waktu Pelaksanaan :
i. Studi literatur : 14 Februari 2021 –
ii. Eksperimen : 14 Februari 2021 – 22 Februari 2021
c) Alat dan Bahan :
1) Alat tulis
2) Kamera handphone (alat dokumentasi)
3) Toples kecil (2)
4) Kotak mika (2)
5) Roti tawar (2 lembar)
6) Kaldu daging (telah direbus)
Prosedur Kerja :
Kegiatan 1 : Studi literatur
1. Mengumpulkan literatur (jurnal, ebook, buku, dll) tentang mikrobiologi
terutama pengenalan mengenai spesies-spesies mikroorganisme.
2. Menentukan 5 spesies mikroorganisme tiap domainnya (domain : bacteria,
archaea, dan eucarya).
3. Mengkaji tiap spesies tersebut berdasarkan nama ilmiah, karakteristik
morfologinya, habitat serta dilengkapi dengan foto/dokumentasi.
4. Menyusun dan menampilkan hasil kajian literatur ke dalam tabulasi data agar
lebih mudah dipahami.
Kegiatan 2 : Eksperimen
Praktikum mikroorganisme pada roti
1. Menyiapkan roti tawar sebanyak dua lembar.
2. Menempatkan satu lembar roti tawar ke dalam kotak mika yang ditutup rapat,
sementara lembar roti tawar lainnya ditempatkan di ruang terbuka.
3. Kedua lembar roti tawar dibiarkan selama satu minggu, tidak lupa untuk
mendokumentasikan perkembangannya setiap hari.
4. Setelah satu minggu, amati mikroorganisme yang tumbuh pada kedua roti tawar
tersebut berdasarkan karakteristik morfologinya.
5. Identifikasi jenis mikroorganisme yang tumbuh kemudian bandingkan
mikroorganisme antara roti yang berada pada ruang terbuka dengan roti yang
tertutup rapat di dalam kotak mika.
6. Mengkaji hasil praktikum yang telah dilakukan dengan berbagai sumber
literatur.
Praktikum mikroorganisme pada kaldu daging
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
2. Sebanyak ¼ kg daging direbus dengan 200 ml air.
3. Kemudian ditunggu hingga mendidih.
4. Setelah mendidih, kompor api dimatikan lalu rebusan daging (kaldu) didiamkan
selama 5 menit.
5. Kaldu yang sudah cukup dingin dituang ke dalam toples kecil sebanyak 50 ml.
6. Toples ditutup kemudian diinkubasi selama tujuh hari pada suhu ruangan.
7. Setelah diinkubasi selama tujuh hari, toples dibuka dan diamati penampakannya
(terutama ada tidaknya mikroorganisme yang tumbuh).
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan 1 : Studi Literatur Mikroorganisme
Bakteria

1. Legionella pneumophila
o Bakteri gram negatif,
o Basil, tidak berkapsul dengan satu flagel polar
o Memiliki panjang sekitar 2µm dan lebar 0,3-0,9µm.
o Tumbuh optimal pada suhu 30-45oC.
o Golongan bakteri aerobik, nonfermentatif.
o Bakteri ini ditemukan secara alami di alam, biasanya di air seperti kolam air
panas, menara pendingin, sungai dan juga tanah di lokasi penggalian.
o Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga berat.

2. Serratia marcescens
o Bakteri gram negatif
o Bentuknya batang yang memiliki flagella peritrik
o Bersifat motil.
o Berdiameter antara 0,5 - 0,8 µm.
o Spesies ini dapat tumbuh pada suhu 5-40 oC.
o Bersifat anaerob fakultatif,
o Habitatnya di air dan tanah, permukaan daun, di dalam tubuh serangga,
hewan dan manusia.
o Bakteri ini mampu memproduksi prodigiosin yang bersifat antifungi dan
antibakteri dan aktif mendegradasi kitin.

3. Listeria monocytogenesis
o Bakteri gram positif
o Berbentuk bulat panjang,
o Bersifat motil.
o Berukuran 0,5 – 1,2 µm, tidak berspora
o Tumbuh optimal pada suhu 30 – 37 oC.
o Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif,
o Habitatnya di tanah dan materi nabati yang busuk.
o Bakteri ini merupakan bakteri patogen intraseluller yang menggunakan
filamen aktin di dalam sel inang untuk motilitasnya.
o Bakteri ini menyebabkan penyakit listeriosis yaitu penyakit yang menyerang
kuda, sapi, domba, binatang pengerat dan mamalia lainnya.

4. Moraxella bovis
o Bakteri gram negatif,
o Berbentuk bacillus kecil, coccobacillus atau coccu,
o Bersifat tidak motil
o Berukuran antara 0,6–1,0 µm.
o Bakteri ini menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron.
o Bakteri patogen aerobik nonsimbiotik yang lebih menyukai habitat inang
yang lembab.
o Berkembang biak secara eksponensial dengan adanya oksigen dan sinar ultra
violet dari matahari dan menyebabkan mata terkena infeksi.
o Dapat menyebabkan penyakit sangat menular yang disebut Infectious Bovine
Keratoconjuntivitis (IBK).
o Penyakit ini ditularkan melalui tiga cara yaitu dari sapi ke sapi (vektor berupa
lalat), bilah rumput saat ternak merumput dan kontak langsung.
5. Klebsiella oksitoca
o Bakteri gram negatif
o Berbentuk batang silinder
o Berukuran 2–5 µm.
o Karakteristik penting yaitu tidak adanya kapsul polisakarida. Selain membran
plasma, mereka memiliki membran luar yang terdiri dari lipopolisakarida
yang memiliki antigen O. Di antara kedua membran ini terdapat lapisan tipis
peptidoglikan. Lapisan lipopolisakarida memiliki rantai polisakarida yang
dikenal sebagai Lipid A, yang menghasilkan endotoksin yang berkontribusi
terhadap patogenisitasnya.
o Golongan bakteri anaerob fakultatif yang dapat memfiksasi nitrogen dan
menghidrolisis selulosa.
o Klebsiella oksitoca menghasilkan β-laktamase yang membuatnya sangat
resisten terhadap penisilin dan ampisilin.
o Klebsiella oksitoca dapat ditemukan dimana-mana dan bersifat oportunistik,
bakteri ini telah ditemukan pada mamalia dan serangga. Sedangkan pada
manusia, bakteri ini cenderung berkoloni di sepanjang membran mukosa usus
besar dan nasofaring serta kulit.
o Klebsiella oksitoka dapat menyebabkan infeksi nosokomial pada manusia.
Archaea

1. Metallosphaera sedula
o Metallosphaera sedula termasuk gram negatif
o Berbentuk kokus
o Berukuran diameter 1 µm
o Tumbuh baik pada suhu 75oC dan pH 2.0.
o Bersifat aerob obligat
o Chemolithoautothropic
o Metallosphaera sedula dapat ditemukan di mata air panas yang kaya sulfur,
ladang vulkanik, dan di komunitas drainase tambang asam sangat toleran
terhadap logam berat karena kemampuannya dalam mengoksidasi pirit.

2. Halobacterium salinarum
o Archaea gram negatif meskipun tidak ada dinding sel
o Sebagai gantinya, ada satu lapisan ganda lipid yang dikelilingi oleh lapisan-
S. Lapisan S, terbuat dari glikoprotein, menyumbang sekitar 50% protein
permukaan sel yang membentuk kisi di membran.
o Berbentuk batang, bersel tunggal.
o Bersifat motil
o Organisme ini tumbuh optimal pada suhu 37°C.
o Archaea ini dapat beradaptasi dengan kondisi ekstrim yang melibatkan garam
tinggi, oksigen rendah, dan adanya radiasi UV dalam jumlah tinggi.
o Halobacterium salinarum ditemukan di danau garam seperti Laut Mati dan
Danau Magradi.

3. Pyrobaculum arsenaticum
o Archaea gram negatif
o Selnya berbentuk batang silinder dengan ujung persegi panjang.
o Tumbuh optimal pada suhu 90oC, dan mampu tumbuh pada suhu berkisar
antara 68oC hingga 100oC.
o Mampu tumbuh di lingkungan yang sedikit garam, antara konsentrasi NaCl
0% dan 3%.
o Spesies ini dicirikan sebagai hipertermofilik, autotrof fakultatif.
o Tumbuh secara chemolithoautotrophically menggunakan arsenat sebagai
akseptor elektron dengan hidrogen. Selama respirasi anaerobik Pyrobaculum
arsenaticum menggunakan hidrogen sebagai sumber elektron dan mereduksi
arsenat menjadi arsenit.
o Pyrobaculum arsenaticum ditemukan pada tahun 2000 setelah diisolasi dari
lingkungan mata air panas bersuhu tinggi, khususnya di Napoli, Italia.

4. Pyrodictium abyssi
o Archaea gram negatif
o Archaeon ini berbentuk cakram
o Berdiameter sekitar 0,3-2,5µm dan tebal 0,025-0,05µm.
o Archaeon anaerobik, bersifat hipertermofilik.
o Mampu tumbuh pada temperatur antara 80-110oC tetapi memiliki
pertumbuhan maksimum antara 97-105oC.
o Berkembang biak optimal pada pH 5,5.
o Chemolithoautotroph dan menggunakan hidrogen sebagai donor elektron dan
sulphur sebagai akseptor elektron untuk melakukan reaksi redoks anorganik
dalam kondisi ekstrim.
o Pyrodictium abyssi ditemukan jauh di bawah permukaan laut di ventilasi
hidrotermal.
5. Caldivirga maquilingensis
o Archaea gram negatif
o Berbentuk batang dan benar-benar lurus atau sedikit melengkung
o Berukuran rata-rata adalah 0,4-0,7 µm.
o Tumbuh optimal pada suhu 85°C
o Tumbuh pada kisaran pH 3,7-4,2.
o Hiperthermofilik
o Caldivirga maquilingensis pertama kali diisolasi dari sumber air panas yang
terletak di Filipina.
Eukarya

1. Fusarium oxysporum
Ket : a) Konidiofor, b) Mikrokonidium
A) Makrokonidia, B) Mikrokonidia C) Klamidiospora
o Bersel tunggal
o Berbentuk oval
o Berdinding tebal dan halus dengan apikal sel yang runcing pada bagian
bawahnya.
o Konidiofor berupa tangkai pendek bercabang.
o Menghasilkan 3 jenis spora yaitu mikrokonidia makrokonidia, dan
klamidospora
o Memiliki mikrokonidium dengan jumlah yang sangat banyak,
o Fusarium sp memiliki koloni yang berwarna putih atau disertai warna ungu
hingga merah muda pada setiap koloninya.
o Koloni jamur ini akan menghasilkan warna berbeda pada isolat dengan media
tumbuh yang sama. Hal tersebut dikarenakan jamur Fusarium oxysporum
mudah mengalami mutasi sehingga warna koloni tidak dapat dijadikan
sebagai parameter identifikasi (Sutejo, Priyatmojo, & Wibowo, 2008).
o Jamur Fusarium oxysporum merupakan jenis jamur patogen didalam tanah
yang menyerang pada bagian akar dan umbi hinga menyebabkan penyakit
layu pada tumbuhan sampai tumbuhan mati.

2. Trichomonas vaginalis
o Protozoa berbentuk oval
o Memiliki panjang 4-32 µm dan lebar 2,4 – 14,4 µm
o Memiliki flagella
o Tumbuh optimal pada suhu 35-37oC
o pH optimum antara 5,5-6
o Memiliki kemampuan melakukan fagositosis
o Memperoleh makanan secara osmosis
o Bersifat patogen

3. Entamoeba gingivalis
o Entamoeba gingivalis tidak membentuk kista
o Memiliki trophozoit berinti dan berbentuk oval
o Trophozoit berukuran 5-35 mikron, diameterya sebesar 10-20 mikron
o Memiliki pseudopodia pada trophozoitnya
o Hidup di permukaan gigi dan gingiva
o Berkembang biak dengan cara binary fission multiplikasi.

4. Stylonychia mytilus
o Memiliki silia yang dikelompokkan menjadi membran sel bersama dengan
mulut dan cirri tubuh.
o Bentuknya seperti spiral siput
o Berhabitat di dasar kolam
o Bergerak dengan cara merayap
o Banyak dijumpai pada daun yang terendam air.

5. Iodamoeba Butschlii
o Memiliki tiga bentuk stadium
o Trophozoit berdiameter 8-20 µm (rata-rata 10 µm)
o Trophozoit memiliki pseudopodia tumpul dan pendek untuk bergerak
o Trophozoit memiliki satu nukleus
o Berkembang biak dengan pembelahan dan menghasilkan kista
o Kista berdiameter 9-15 µm, memiliki dinding tebal, satu inti dan berbentuk
lonjong
o Organisme non patogen
o Habitat di usus besar manusia

Hasil
Kegiatan 2 :
Roti
Sampel Roti Ke-1 (di ruang tertutup)
Hari
Gambar Keterangan
Ke-
Aroma : Roti baru (belum ada
perubahan)
1 Tekstur : Lembut
Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme

Aroma : Belum ada perubahan


Tekstur : Lembut
2 Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme, tetapi roti dikerubungi
oleh semut
Aroma : Belum ada perubahan
Tekstur : Lembut
3 Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme, tetapi roti dikerubungi
oleh semut
Aroma : Aroma roti memudar
Tekstur : Lembut
4 Koloni : Tumbuh titik-titik koloni
jamur berwarna keabu-abuan.
Diameter koloni : 1 cm.
Aroma : Aroma roti memudar
Tekstur : Lembut
Koloni : Titik-titik koloni jamur
5
semakin menyebar di sisi roti yang lain.
Warna koloni : Abu-abu kehijauan
Diameter koloni : 1,5 cm dan 1 cm
Aroma : Aroma mulai menyengat (+)
Tekstur : Lembut
Koloni : Titik-titik koloni jamur
semakin banyak di sisi roti yang lain.
6 Warna koloni : Abu-abu kehijauan
Diameter koloni :
Koloni 1 : 3,2 cm
Koloni 2 : 2 cm
Koloni 3 : 1 cm
Aroma : Aroma menyengat (+++)
Tekstur : Lembut
Koloni : Titik-titik koloni jamur
7
semakin banyak di sisi roti yang lain.
Warna koloni : Abu-abu kehijauan
Diameter koloni : Paling besar 5,3 cm

Sampel Roti Ke-2 (di ruang terbuka)


Hari
Gambar Keterangan
Ke-
Aroma : Roti baru (belum ada
perubahan)

1 Tekstur : Lembut
Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme

Aroma : Belum ada perubahan


Tekstur : Mulai mengeras (+)

2 Koloni : Belum tumbuh koloni


mikroorganisme
Aroma : Tawar, tidak tercium aroma
roti
3 Tekstur : Mulai mengeras (++)
Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme
Aroma : Tawar, tidak tercium aroma
roti

4 Tekstur : Semakin mengeras (+++)


Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme

Aroma : Tawar, tidak tercium aroma


roti
Tekstur : Keras (++++), mudah rusak
5
jika disentuh
Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme
Aroma : Tawar, tidak tercium aroma
roti
Tekstur : Keras (++++), mudah rusak
6
jika disentuh
Koloni : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme
Aroma : Tawar, tidak tercium aroma
roti
Tekstur : Keras (++++), mudah rusak
7
jika disentuh
Koloni : Tidak tumbuh koloni
mikroorganisme

Kaldu Daging

Kaldu daging (di ruang tertutup)


Hari
Gambar Keterangan
Ke-
Aroma : Tawar (kaldu daging biasa)
Warna : Kuning
Struktur : Cair
1
Kekeruhan : -
Tambahan : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme
Aroma : Tidak teridentifikasi karena
tertutup
Warna : Kuning pucat
2 Struktur : Cair
Kekeruhan : +
Tambahan : Belum tumbuh koloni
mikroorganisme
Aroma : Tidak teridentifikasi karena
tertutup
Warna : Kecokelatan
Struktur : Tampak mengental
Kekeruhan : (++)
3 Tambahan :
o Terbentuk bulatan-bulatan
putih (endapan) di permukaan
atas kaldu (+)
o Terdapat endapan berwarna
putih di bagian bawah toples
Aroma : Tidak teridentifikasi karena
tertutup
Warna : Kecokelatan
4 Struktur : Tampak mengental
Kekeruhan : (+++)
Tambahan :
o Bulatan-bulatan putih
(endapan) di permukaan atas
kaldu semakin banyak (++)
o Endapan berwarna putih di
bagian bawah toples semakin
tebal (+)
Aroma : Tidak teridentifikasi karena
tertutup
Warna : Cokelat
Struktur : Tampak mengental
Kekeruhan : (+++)
Tambahan :
5 o Bulatan-bulatan putih
(endapan) di permukaan atas
kaldu semakin banyak (+++)
o Ketebalan endapan berwarna
putih di bagian bawah toples
masih sama seperti hari
sebelumnya (+)
Aroma : Tidak teridentifikasi karena
tertutup
Warna : Cokelat
Struktur : terbagi menjadi dua bagian
(atas : cair, bawah : endapan kental)
Kekeruhan : (+++)
6 Tambahan :
o Bulatan-bulatan putih
(endapan) di permukaan atas
kaldu semakin banyak (+++)
o Ketebalan endapan berwarna
putih di bagian bawah toples
lebih tebal (++)
Aroma : Aroma busuk menyengat
Warna : Cokelat
Struktur : Tampak mengental
Kekeruhan : (+++)
Tambahan :
7 o Bulatan-bulatan putih
(endapan) di permukaan atas
kaldu semakin banyak (++++)
o Ketebalan endapan berwarna
putih di bagian bawah toples
lebih tebal (+++)

Pembahasan

Kegiatan 2 :

Roti merupakan pangan yang tidak dapat disimpan lama karena kandungan air
pada roti masih cukup tinggi. Air bebas yang tersedia pada roti untuk pertumbuhan
mikroorganisme atau disebut aw (aktivitas air) berkisar pada nilai 0.95-0.98. Pada
kisaran nilai aw ini berbagai mikroorganisme termasuk kapang, khamir dan bakteri
masih dapat tumbuh. Akan tetapi kapang akan lebih cepat tumbuh pada roti hal ini
dikarenakan kapang membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri
(Julianti, 2014).
Praktikum yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap dua sampel roti, satu
diantaranya diletakkan di dalam tempat tertutup rapat (kotak mika) sedangkan sampel
kedua diletakkan di udara terbuka. Suhu yang digunakan dalam proses praktikum ini
yaitu suhu ruangan yang berkisar antara (250C-280C). Suhu perlu diperhatikan dan
dapat digunakan sebagai variabel penelitian karena suhu merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi penelitian. Suhu ini akan mempengaruhi reaksi kimiawi dan reaksi
enzimatis pada miroba yang berpengaruh pada pertumbuhan mikroba. Selain itu, suhu
juga akan mempengaruhi kecepatan tumbuh pada mikroba
 Praktikum 1 : Roti
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, salah satu sampel roti
yang digunakan sebagai media berhasil ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme yang tumbuh pada sampel roti pertama muncul pada hari ke-
empat dari tujuh hari pengamatan. Hal ini diketahui dari adanya perubahan
warna pada permukaan sampel roti yang awal mula berwarna putih keabu-abuan
kemudian mulai berwarna abu-abu kehijauan di akhir hari pengamatan serta
bertekstur menyerupai jamur (berserabut-serabut) namun dalam ukuran kecil.
Sedangkan sampel roti kedua tidak menampakkan adanya pertumbuhan
mikroorganisme hingga hari ke tujuh pengamatan.
Menurut Koswara yang melakukan penelitian pada tahun 2009 salah
satu jenis jamur yang sering ditemukan dalam roti adalah Aspergillus sp.
Berdasarkan kajian jurnal literatur yang telah dilakukan, mikroorganisme yang
diduga tumbuh pada sampel roti pertama yaitu Aspergillus sp. Identifikasi jamur
Aspergillus sp pada praktikum ini dilakukan dengan pemeriksaan
makromorfologi. Warna koloni yang didapatkan yaitu putih keabu-abuan
hingga kehijauan yang sesuai dengan identifikasi jamur Aspergillus sp menurut
penelitian Robert A. Samson dan Ellen S. van Reenen-Hockstra pada tahun
1988 dimana koloninya terdiri atas beberapa warna seperti putih, kuning, coklat
kekuningan, coklat atau hitam, dan hijau. Warna koloni dari Aspergillus sp ini
secara keseluruhan merupakan warna dari konidianya (Adriani, 2005).
Penampakan mikroskopis Aspergillus sp. yang diamati di bawah
mikroskop ditampilkan pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Gambaran Jamur Aspergillus sp. yang diamati di bawah


mikroskop dengan perbesaran 40x.
Menurut Kusuma, tepung terigu yang menjadi bahan dasar dalam
pembuatan roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi
(Kusuma, 2008). Pati dapat dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana oleh
mikroorganisme khususnya jamur karena gula-gula sederhana merupakan
sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme (Syorayah, 2012). Hal inilah yang
meyebabkan jamur dapat tumbuh pada roti tawar.
Rentang suhu untuk pertumbuhan jamur Aspergillus sp yaitu optimum
pada suhu 200C-300C, hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang dilakukan.
Lokasi praktikum yang digunakan memiliki suhu kamar berkisar antara 28-
31oC. Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum bagi mikroorganisme dapat
bersifat merusak, sedangkan apabila suhunya lebih rendah dapat memperlambat
metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroba khususnya jamur.
Temperatur ini juga berhubungan dengan Kelembaban Relatif (RH) karena
semakin tinggi suhu maka RH semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah
suhu maka RH akan semakin tinggi.
Menurut Waluyo (2007), pertumbuhan jamur pada roti tawar
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu suhu, pada
umumnyapertumbuhan jamur berkisar pada suhu antara 200C-300C akan tetapi
beberapa jamur bersifat psikotrofik atau tumbuh baik pada suhu lemari es.
Selain dipengaruhi oleh suhu, faktor lainnya yaitu kebutuhan air, kebutuhan
oksigen, pH dan nutrisi. Kontaminasi juga dapat terjadi melalui proses
pembuatan, penyimpanan dan distribusi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa segala sesuatu yang dapat berkontak dengan bahan pangan secara
langsung maupun tidak langsung dapat menjadi sumber kontaminasi mikrobial
pada bahan pangan. Pada hasil praktikum didapatkan bahwa dengan
bertambahnya hari penyimpanan atau pengamatan, jumlah distribusi
pertumbuhan jamur juga semakin meningkat.
Sampel roti ke-2 bisa saja ditumbuhi oleh jamur yang serupa, karena
pada roti itu sendiri mengandung bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber
energi mikroorganisme, namun dikarenakan terdapat syarat pertumbuhan
jamurnya yang tidak terpenuhi maka jamur tidak tumbuh. Alasan mengapa
sampel roti ke-2 tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme kemungkinan
dikarenakan paparan suhu di udara yang langsung mengenai roti menjadikan
kondisi roti mengering atau kandungan airnya berkurang. Hal inilah yang dapat
menyebabkan jamur tidak tumbuh pada sampel roti ke-2. Mikroorganisme
terutama jamur akan lebih cepat tumbuh pada kondisi lingkungan yang lembab.
Dalam hal ini, roti yang tertutup rapat di dalam kotak mika (Sampel roti-1)
memiliki kondisi lingkungan yang lebih memungkinkan untuk ditumbuhi oleh
jamur.
 Praktikum 2 : Kaldu daging
Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam suatu medium tersebut
memenuhi syarat-syarat, yaitu harus mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan
permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan,
tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, dan
harus dalam kondisi steril sebelum digunakan (Hafrah, 2009).
Kaldu merupakan salah satu jenis savoury flavor yang mengandung
ekstrak tertentu dan dengan penambahan bahan makanan lain atau tanpa bahan
tambahan lain yang diizinkan. Kaldu daging merupakan bahan yang mudah
terkontaminasi oleh bakteri dan media yang cocok bagi pertumbuhan
mikroorganisme, karena kandungan air dan zat gizi seperti protein. Beberapa
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik pada daging sapi,
mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada daging sehingga
membuat daging tidak bertahan lama, selain itu mikroorganisme tersebut dapat
menyebabkan terjadinya penyakit (Mukartini dkk, 1995).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, setelah pengamatan
sampai hari ke-tujuh didapatkan hasil bahwa kaldu jamur mengalami
pengendapan berwarna putih di bagian atas dan bawah permukaan kaldu.
Endapan berwarna putih ini kemungkinan besar merupakan lemak daging yang
terakumulasi selama tujuh hari pengamatan. Selain itu, perubahan dapat dilihat
juga berdasarkan kekeruhannya. Kekeruhan pada kaldu dimulai dari hari ke-dua
pengamatan dan meningkat hingga hari ke-tujuh pengamatan. Warna kaldu
berubah dari kuning kecokelatan menjadi cokelat muda sepenuhnya. Selain itu
pada saat hari ke-tujuh pengamatan, aroma yang dihasilkan yaitu aroma busuk
yang menyengat. Tekstur kaldu juga semakin mengental setelah tujuh hari
pengamatan.
Dalam praktikum ini, identifikasi mikroorganisme yang ada pada kaldu
sulit dilakukan dikarenakan tidak adanya peralatan yang memadai mengingat
bahwa skala praktikum ini hanyalah untuk praktikum mandiri.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mikroorganisme adalah organisme atau jasad renik yang berukuran sangat kecil.
Mikroorganisme ada yang bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(multiseluler).
2. Dalam mikrobiologi, mikroorganisme yang dipelajari meliputi spesies
prokaryota (bakteria dan archae) dan eukaryota.
H. SARAN
Diperlukan lebih banyak kajian literatur untuk melengkapi pemahaman mengenai
mikroorganisme. Selain itu, perencanaan praktikum dapat dibuat dengan lebih banyak
sampel maupun pengulangan agar hasil praktikum lebih maksimal dan memperkaya
pengetahuan dalam hal praktik.

I. DAFTAR PUSTAKA

Adriani W. 2005. Isolasi dan Identifikasi kapang Aspergillus spp dari kopi (Coffea sp)
bubuk (skripsi). Semarang : Universitas Diponegoro
Benson, Harold J. 2002.Microbiological Application
Cappucino J.G. and N. Sherman. 1987. Microbiology, A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company Inc. California USA. P.127-148.
Haribi, Ratih. 2008. Mikrobiologi dasar, Jilid 1. Semarang : UNIMUS
Hedrick, H,B., et al. 1994. Principles of meat science, 3.ed Dubuge: Kendall/Hunt
Publishing,hal 354
Kusuma R. 2008. Pengaruh penggunaan cengkeh (Syzygium aromaticum) dan kayu
manis (Cinnamomum) sebagai pengawet alami terhadap daya simpan roti
manis (skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor
Lee, J. L. 1983. Microbiology. New York : Harper & Row, Publihshers. Page 28
Mukartini, S,C., Jahne, B., Shay dan Harfer. 1995. Mikrobiological Status of
Beefcarcass Meat In Indonesia. J. Food Safetr 15: 291-303
Muzayyin Y. 2003. Isolasi dan karakterisasi kapang aspergillus dari roti tawar
(skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro
Radji, maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC
Siagian. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya.
Sumetra Utara : Universita Sumatera Utara.
Sumarsih, S., 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
Yogyakarta
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. 224. Bandung : Angkasa
Sutedjo, Mul Mulyati. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rineka Cipta
Syorayah I, Nuraini D, Chayaya I. 2012. Analisis kandungan boraks
(Na2B4O710H2O) pada roti tawar yang bermerek dan tidak bermerek yang
dijual di kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2012 (skripsi). Medan:
Universitas Sematera Utara
Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Jakarta : Erlangga
Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Metallosphaera_sedula // diakses 18
Februari 2021 Pukul 21.11 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Halobacterium_salinarum // diakses
18 Februari 2021 Pukul 21.19 WIB
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Info&id=
24&lvl3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock // diakses 18 Februari 2021
Pukul 21.19 WIB
http://mnphys.biochem.mpg.de/en/eg/oesterhelt/web_page_list/Org_Hasaindex.
tml // diakses 18 Februari 2021 Pukul 23.19 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Pyrobaculum_arsenaticum#:~text=2
-,Cell%20and%20colony%20structure,20%20%CE%BC%20have%20
een%20observed // diakses 19 Februari 2021 Pukul 10.08 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Caldivirga_maquilingensis#:~text=o
%20Cldivirga%20maquilingensis-,Cell%20Structure%2%20Metabolis
%20and%20Life%20Cycle,0.4%2D0.7%20micrmeters%20in%20diatm
ter // diakses 19 Februari 2021 Pukul 10.12 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Pyrodictium_abyssi // diakses 19
Februari 2021 Pukul 10.31 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Legionella_pneumophila // diakses 19
Februari 2021 Pukul 10.42 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Moraxella bovis // diakses 19 Februari
2021 Pukul 10.53 WIB
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Klebsiella oksitoca// diakses 19
Februari 2021 Pukul 11.41 WIB
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/521 // diakses 19 Februari 2021
Pukul 19.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai