Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGUJIAN DAYA ANTIMIKROBA ANTISEPTIK TERHADAP BAKTERI


Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi

Yang Dibina Oleh Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes.

Oleh:

Kelompok 2 OfferingA 2017

1. Bela Mulia Wati (170341615024)


2. Fahrul Ghani M. (170341516083)
3. Galuh Fahmi F. (170341615051)
4. Mahdiyani Nur F. (170341615008)
5. Muhammad Rifqi T. (170341615076)
6. Shita Anastasia (170341615086)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2019
A. TOPIK
Pengujian Daya Antimikroba Antiseptik terhadap Bakteri
B. TUJUAN
Untuk mengetahui daya antimikroba dari beberapa macam antiseptic tertentu
terhadap bakteri
C. DASAR TEORI
Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme hidup dengan bermacam-macam cara. Senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat
membunuh bakteri disebut bakterisida (Gobel, 2008). Senyawa antimikroba
terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau
tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer,
sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Antibiotik adalah zat atau bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme
yang dalam jumlah kecil mampu menekan, menghambat, atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis
yang beragam. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik
kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya,
suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik
yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas
terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spectrum
yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu. Oleh
karena itu tetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro,
2003).
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang
terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa. Secara umum, antiseptik berbeda
dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa
kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik
digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
misalnya kulit. Obat-obatan seperti antibiotik dapat membunuh
mikroorganisme secara internal, sedangkan disinfektan berfungsi sebagai zat
untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang tidak
bernyawa. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya disenfektan antara lain
pekat encernya kosentrasi, kenaikan temperature menambah daya disenfektan,
medium juga dapat menawarkan disenfektan. plasma darah dan zat – zat lain
yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh disenfektan
tertentu (Dwidjoseputro, 2003).
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda,
misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel
bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau
meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptic diantaranya adalah yodium
(povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan
alcohol. Mekanisme aktifitas antimikroba adalah antagonisme kompetitif,
tetapi nyatanya organisme kompetitif jarang terjadi. Kebanyakan zat
antimikroba yang efektif kerjanya mengganggu sintesis penyusunan atau
komponen – komponen makromolekul sel (Irianto, 2006).
D. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Pelubang kertas
 Cawan petri steril
 Jarum inokulasi berkolong
 Inkubator
 Pinset
b. Bahan
1. Biakan murni Staphyllococcus aureus dalam medium nutrient cair
umur 1 x 24 jam
2. Biakan murni Escherichia coli dalam medium nutrient cair umur 1 x
24 jam
3. Medium lempeng NA
4. Bahan-bahan antiseptik, misalnya sabun mandi cair, sabun cuci piring,
sabun lantai, detergen cair, dan sabun cuci piring
5. Kertas penghisap
6. Cotton bud steril
E. CARA KERJA

Disediakan 2 medium lempeng NA steril dan diberi kode yang berbeda.

Diinokulasikan secara merata masing-masing jenis biakan murni bakteri ke


medium NA yang berbeda dengan cara dicelupkan ujung cotton bud dalam
medium nutrien cair, kemudian oleskan pada permukaan medium lempeng NA
sampai rata secara aseptik.

Dibuat beberapa guntingan kertas penghisap berbentuk cakram atau lingkaran


(modifikasi dari paper disk). Dimasukkan guntingan kertas penghisap tersebut
masing-masing ke dalam antiseptik yang digunakan dalam percobaan ini, lalu
dibiarkan terendam selama ± 15 menit.

Diletakkan guntingan kertas penghisap tersebut pada permukaan medium yang


sudah diinokulasi bakteri di atas secara aseptik (dengan menggunakan pinset
steril). Diusahakan jarak antara cakram satu dengan lainnya cukup berjauhan,
dan tidak terlalu dekat dengan tepi cawan petri.

Diinkubasikan kedua perlakuan bakteri pada suhu 370C selama 1 x 24 jam.

Diukur diameter zone hambat pertumbuhan bakteri yang terdapat di sekeliling


kertas penghisap yang telah direndam dalam antiseptik tersebut. Diameter zone
hambat pertumbuhan bakteri sama dengan diameter zone jernih termasuk
diameter paper disk.
F. DATA DAN HASIL

Diameter zona hambat (cm) pada perlakuan


Species bakteri Antiseptik A Antiseptik B Antiseptik C
(Imperial) (Nuvo) (Dettol)
E. coli 0,925 1,929 1,425
S. aurens 1,345 1,825 1,025

G. ANALISIS
Untuk mengetahui daya antimikroba dari beberapa macam antiseptik
dengan merk yang berbeda terhadap bakteri, digunakan potongan paper disk
yang kemudian direndam ke dalam antiseptik yang digunakan dalam
percobaan ini (Imperial, Nuvo, dan Dettol), selama ± 15 menit. Paper disk
yang sudah direndam lalu diletakkan pada permukaan medium NA yang
sudah diinokulasi bakteri S. aurens dan E. coli secara aseptik, kemudian
menginkubasikan kedua perlakuan bakteri pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
Setelah diinkubasi, terdapat daerah bening disekitar paper disk yang tidak di
tumbuhi bakteri. Masing masing antiseptik memiliki ukuran zona hambat
yang berbeda, Imperial memiliki diameter zona hambat pada E. coli sebesar
0,925 cm dan pada bakteri S. aurens sebesar 1,345 cm. Untuk antiseptik Nuvo
pada bakteri E. coli diameter zona hambat sebesar 1,929 cm, dan pada bakteri
S. aurens sebesar 1,825 cm. Untuk antiseptik Dettol, diameter zona hambat
pada bakteri E. coli sebesar 1,425 cm, dan pada bakteri S. aurens sebesar
1,025 cm.
Dari hasil yang didapatkan, nilai diameter zona hambat pada ketiga
antiseptik rata – rata lebih luas terhadap bakteri E. coli. Dari hasil ini dapat
diduga bahwa ketiga antiseptik lebih efektif menghambat dan/atau membunuh
bakteri E. coli, atau bakteri tersebut memiliki resistensi lebih rendah terhadap
ketiga antiseptik sehingga rata - rata diameter zona hambat ketiga antiseptik
tersebut terhadap E. coli lebih luas.
H. PEMBAHASAN
Pengujian daya antimikroba antiseptik bertujuan untuk mengetahui
daya antimikroba dari macam antiseptic tertentu terhadap bakteri. Antiseptik
yang digunakan adalah Sabun Cair Imperial, Sabun Cair Nuvo, dan Sabun
Cair Dettol. Sedangkan bakteri yang digunakan merupakan 2 jenis bakteri
yang berasal dari biakan murni, yaitu Escherichia coli dan Staphylococcos
aureus. antiseptik seperti yang dikemukaan oleh Pelczar (2008) & Gobel
(2008), merupakan zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup. Praktikum kali ini menggunakan Paper-
disk yang telah direndam kedalam larutan antibiotik selama 15 menit agar
dapat digunkana untuk mengguji aktifitas antimikroba antiseptic terhadap
bakteri. Suatu kepekaan dari mikroorganisme patogen terhadap antiseptik
yang diberikan dapat dilihat dari ukuran zona bening yang telah terbentuk di
sekitar Paper-disk (Cappuccino, 2001).
Menurut Jawetz et al. (2005) Staphylococcus merupakan bakteri Gram
positif berbentuk bola dengan diameter 1 μm yang tersusun dalam bentuk
kluster yang tidak teratur seperti anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad,
dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat
patogen, nonmotil, dan memproduksi katalase. Sedangkan Escherichia coli
berbentuk batang pendek (kokobasil) dan merupakan bakteri Gram negative.
Ukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm, sebagian besar gerak positif, dan beberapa strain
mempunyai kapsul. E. coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium mikrobiologi. E. coli bersifat mikroaerofilik. E. coli
bersifat aerob dan juga fakultatif anaerob serta dapat memfermentasi laktosa.
Beberapa strain E. coli menghasilkan hemolisis agar darah (Jawetz et al.,
2005).
Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa kedua bakteri yang telah diinkubasi selama 1x24 jam dan diberikan 3
macam antiseptik memiliki kepekaan yang berbeda. Hal tersebut dapat terlihat
pada diameter zona hambat yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter tersebut dapat diketahui
bahwa daya antimikroba setiap bakteri berbeda-beda, dan yang memiliki daya
antimikroba paling besar adalah Sabun cair Nuvo diikuti oleh Sabun cair
Dettol. Sedangkan bakteri yang memiliki zona hambat lebih kecil adalah S.
aureus dan yang lebih besar adalah E. coli, namun perbedaannya tidak terlalu
besar. Sehingga dapat dikatakan lebih resisten terhadap antimikroba, hal
tersebut mungkin terjadi karena lapisan dinding sel S.aureus yang lebih tebal
karena memiliki banyak lapisan peptidohlikan sehingga tahan terhadap zat
antimikroba atau pengaruh hidrasi antimikroba (Jawetz et al., 2005). Namun
sebenarnya E. coli juga dapat resistant terhadap antimikroba karena memiliki
kapsul yang mencegah daya antimikroba (Jawetz et al, 2005).
Sabun cair Nuvo dan Dettol diketahui mengandung senyawa aktif
Chloroxylenol. Agung (2009), menyatakan bahwa Chloroxylenol (CH9ClO)
dapat membunuh bakteri dengan mengganggu membran sel bakteri yang akan
menurunkan kemampuan membran sel untuk memproduksi ATP sebagai
sumber energi. Chloroxylenol mempunyai spektrum antimikroba yang luas,
sehingga efektif digunakan untuk bakteri gram positif dan gram negatif,
jamur, ragi dan lumut. Chloroxylenol memiliki keunggulan dalam hal
toksisitas dan sifat korosif yang rendah. Seperti yang sudah dijelaskan
berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Hastuti (2015), bahwa daya
antimikroba antara antiseptik yang satu dengan antiseptik yang lain terhadap
bakteri tidak selalu sama, karena mekanisme kerja antiseptik terhadap
mikroorganisme berbeda-beda, bergantung pada zat penyusun antiseptic.
Misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel
bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau
meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptic diantaranya adalah yodium
(povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan
alcohol. Mekanisme aktifitas antimikroba adalah antagonisme kompetitif,
tetapi nyatanya organisme kompetitif jarang terjadi. Kebanyakan zat
antimikroba yang efektif kerjanya mengganggu sintesis penyusunan atau
komponen – komponen makromolekul sel (Irianto, 2006).
I. DISKUSI
1. Adakah perbedaan pengaruh masing-masing antiseptic terhadap kedua spesies
bakteri ini? Jelaskan!
Jawab:Tidak ada, berdasarkan data hasil pengamatan pada bakteri E. coli dan
S. Aureus urutan antiseptic yang memiliki daya antimikroba paling tinggi
hingga paling rendah berturut-turut yaitu yang pertama sabun cair merek
nuvo, kedua sabun cair merek Dettol dan yang ketiga sabun cair merek
imperial leather. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis merek sabun cair
tersebut memberikan pengaruh yang tidak jauh berbeda terhadap kedua jenis
bakteri.
2. Mengapa bakteri yang di uji harus dibiakkan lebih dulu dalam medium cair
selama 1 x 24 jam?
Jawab: Bakteri yang diuji harus dibiakkan dalam medium cair selama 1x24
jam karena selama inkubasi 1x24 jam bakteri akan mengalami perkembang
biakan dan pertumbuhan maksimal, sehingga bakteri dapat tersebar pada
medium yang akan diuji.
3. Mengapa terbentuk zona hambat di sekitar kertas penghisap yang telah
direndam dalam antiseptic?
Jawab: Adanya zona hambat disekitar kertas menunjukkan bahwa bakteri
tersebut memiliki kepekaan terhadap antispetik yang di berikan. Sehingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat dan menghasilkan zona hambat yang
memiliki warna bening.
J. KESIMPULAN
Dapat diketahui bahwa daya antimikroba setiap bakteri berbeda-beda,
Pada bakteriE.coli menggunakan antiseptic sabun cair merek imperial leather
diameter zona hambat 0,925 cm, antiseptic sabun cair merek nuvo diameter
zona hambat sebesar1,920 cm dan pada antiseptic sabun cair merek Dettol
diameter zona hambat 1,425 cm. Jadi, dapat disimpulkan pada bakteri E. coli
antiseptic yang memiliki daya antimikroba paling tinggi adalah sabun cair
merek nuvo.
Pada bakteri S.aureus menggunakan antiseptic sabun cair merek
imperial leather diameter zona hambat 1,345 cm, pada antiseptic sabun cair
merek nuvo diameter zona hambat 1,825 cm dan pada antiseptic sabun cair
merek Dettol diameter zona hambat 1,025 cm. Jadi, dapat disimpulkan pada
bakteriS. Aureus antiseptic yang memiliki daya antimikroba paling tinggi
adalah sabun cair merek nuvo
DAFTAR RUJUKAN

Agung, S. 2009. Pemeriksaan Bilangan Bakteri Dan Pengaruh Beberapa Perlakuan


Terhadap Penurunan Bilangan Bakteri Pada Mouthpiece Alat Musik Tiup
Marching Band Di Jatinangor. Farmaka, 7(1): 9-18

Cappucino, J.G & Natalie, S. 2001. Microbiology a Laboratory Manual. New York:
Addison Weasley Publishing Company
Dwijoseputro. 2003.. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan
Gobel, Risco, B., dkk., 2008, Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Hastuti, Utami Sri. 2015. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama
Widya, Bandung.
Jawetz, E., Joseph M., & Edward A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Nugrogo, E.,
Maulany, R. F., alih bahasa; Setiawan, I., editor. Jakarta: Penerbit EGC.
Lutfi Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Pelczar, Michael. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai