Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAYA ANTIMIKROBA ANTISEPTIK TERHADAP


BAKTERI

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang dibina oleh Ibu Utami Sri Hastuti

Oleh:
Kelompok 5/ Offering H 2015:
1. Linda Puspitasari (150342603190)
2. Shohib Manzili (150342607634)
3. Shufi Ridho L.A.Y. (150342605441)
4. Tigris Putri Susanti (150342607325)
5. Uun Rohmawati (150342604651)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Mei 2017
A. Topik : Pengujian Daya Antimikroba Antiseptik Terhadap
Bakteri
B. Hari/ Tanggal : Selasa, 25 April 2017

C. Tujuan
Untuk mengetahui daya anti mikroba dari beberapa macam
antiseptic tertentu terhadap bakteri.
D. Dasar Teori
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh
atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam
cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan
mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba
dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa
desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004).
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus,
basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya,
suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut
antubiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk
memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan
mempunyai spectrum yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan
jenis spiril tertentu. Oleh karena itu tetrasiclin dikatakan mempunyai
spectrum luas (Dwidjoseputro, 2003).
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang
terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa. Secara umum, antiseptik berbeda
dengan obat-obatan maupun disinfektan. Misalnya obat-obatan seperti
antibiotik dapat membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan
disinfektan berfungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang
terdapat pada benda yang tidak bernyawa (Widjajanti, 1996).
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-
beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan)
bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan
di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik
diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen
peroksida,etakridin laktat (rivanol), dan alkohol (Widjajanti, 1996).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan menjadi
(Jawetz et al., 2005) penghambatan pertumbuhan oleh analog,
penghambatan sintesis dinding sel, penghambatan fungsi membran sel,
dan penghambatan Sintesis protein.
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat
membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu
senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada
permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun
antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit.
Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
konsentrasi, waktu terpapar, jenis mikroba dan kondisi lingkungan seperti
temperatur, pH dan jenis tempat hidup.
E. Alat dan Bahan
Alat
1. Pelubang kertas
2. Cawan petri steril
3. Jarum inokulasi berkolong
4. Incubator
5. Pinset
Bahan
1. Biakan murni Staphyllococcus aureus dalam medium nutrien cair umur
1 x 24 jam
2. Biakan murni Eschericia coli dalam medium nutrien cair umur 1 x 24
jam
3. Medium lempeng NA
4. Bahan-bahan antisseptik, misalnya: sabun cuci, obat untuk luka
5. Kertas penghisap
6. Cotton bud steril

F. Cara Kerja
Disediakan 2 medium lempeng NA steril dan diberi kode berbeda

Diinokulasikan secara merata masing-masing jenis biakan bakteri ke dalam NA
yang berbeda, dengan cara mencelupkan ujung jarum inokulsi yang diberi kapas
pada ujungnya masukkan ke dalam medium NC, kemudian oleskan pada
permukaan medium lempeng NA sampai rata secara aseptik

Dimasukan paper disk ke dalam medium yang telah diberi biakan, tetap pada kode
desinfektansnya

Diinkubasikan kedua perlakuan bakteri tersebut pada inkubator dengan suhu 370C
selama 1 X 24 jam

Setelah melakukan inkubasi, kemudian diukur diameter zona hambat terhadap
sekeliling paper disk
G. Data
Table. Pengujian daya antimikroba antiseptik terhadap bakteri
Diameter Zona Hambat (Cm)
Nama
No Gambar Antiseptik Antiseptik Antiseptik
Bakteri
A B C

1 E.coli 5,2 2,3 2,2

Zona Hambat

S.
2 2,8 2,2 0,3
aereus

Zona Hambat
Keterangan:
o Antiseptik A Soklin Lantai
o Antiseptik B Aganol
o Antiseptik C Supersol
H. Analisis Data
Berdasarkan hasil data pengamatan dapat diketehui bahwa
diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri E.coli menggunakan
antiseptik Soklin Lantai sebesar 5,2 cm, pada Aganol sebesar 2,3 cm dan
pada Supersol sebesar 2,2 cm. Dari penganalisaan dapat diketahui bahwa
diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri E.coli adalah dengan
perlakuan dengan soklin lantai adalah yang paling besar zona hambatnya.
Sedangkan pada diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri
S.aureus menggunakan antiseptik Soklin Lantai sebesar 2,8 cm, pada
Aganol sebesar 2,2 cm dan pada Supersol sebesar 0,3 cm. Dari
penganalisaan dapat diketahui bahwa diameter zona hambat pada
pertumbuhan bakteri S.aureus adalah dengan perlakuan dengan soklin
lantai adalah yang paling besar zona hambatnya.

I. Pembahasan
Dalam praktikum ini, metode yang kami gunakan adalah metode Paper
disk. Metode cakram kertas merupakan metode yang biasa digunakan untuk
menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap mikroorganisme patogen
penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer
(Cappucino and Sherman, 2001; Tortora et al., 2002). Metode cakram kertas dapat
juga dilakukan menggunakan suatu silinder tidak beralas atau sumuran dan diisi
dengan antibiotik dalam jumlah tertentu, disebut agar well difussion. Kepekaan
mikroorganisme patogen terhadap antibiotik terlihat dari ukuran zona bening
yang terbentuk (Cappucino & Sherman, 2001).

Dalam uji ini bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus


aureus dan Escherichia coli. Menurut Jawetz et al.(2005) Staphylococcus
merupakan sel Gram positif berbentuk bola dengan diameter 1 m yang tersusun
dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Kokus tunggal,
berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair.
Staphylococcus bersifat patogen, nonmotil, dan memproduksi katalase.

Staphylococcus tumbuh baik dalam kaldu pada suhu 37C. Batas-batas


suhu pertumbuhannya ialah 15C dan 40C, sedangkan suhu pertumbuhan
optimum ialah 35C, kuman ini bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh
dalam udara yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk
pertumbuhan ialah 7,4. Staphylococcus tahan pada kondisi kering, temperatur
50C selama 30 menit, dan natrium klorida 9% dan dihambat oleh heksaklorofen
3% (Jawetz et al ., 2005).

Escherichia coli berbentuk batang pendek (kokobasil), Gram negatif,


ukuran 0,4-0,7 m x 1,4 m, sebagian besar gerak positif, dan beberapa strain
mempunyai kapsul. E. coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium mikrobiologi. E. coli bersifat mikroaerofilik. E.
coli bersifat aerob dan juga fakultatif anaerob serta dapat memfermentasi laktosa
(Levinson, 2004). Beberapa strain E. coli menghasilkan hemolisis agar darah
(Jawetz et al ., 2005).

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan uji antimikroba dari


beberapa antiseptik, antiseptik yang digunakan adalah So klin Lantai, Aganol,
Super Sol. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui antiseptic manakah yang
paling bagus diantara 3 jenis merk tersebut terhadap kedua jenis bakteri, yaitu
Staphylococcos aureus dan Esherichia coli. Bahan aktif yang ada pada So Klin
Lantai yaitu Benzalkonium Chloride 1,5% yang berfungsi sebagai disinfektan
untuk menghilangkan bakteria dan micro-organisme yang tidak diinginkan
(membunuh kuman), untuk Aganol yaitu Biodegradable Surfactant dan
Antibacterial Agent 1% dan untuk Super Sol bahan aktif yang ada didalamnya
yaitu Pine Oil 2,5% (Larson 1995). Staphylococcuss merupakan bakteri gram
positif yang berbentuk bola dengan diameter 1 m yang tersusun dalam bentuk
kluster seperti anggur, bersifat pathogen, non motil, dan memproduksi katalase.
Sedangkan E. coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek
dengan ukuran 0,4 0,7 m 1,4 m, beberapa strainnya mempunyai kapsula
dan mampu memfermentasikan laktosa (Levinson, 2004).

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan paper


disk yang direndam dalam larutan antibiotik 15 menit. Metode paper-disk ini
biasa digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotic terhadap
mikroorganisme pathogen. Kepekaan dari mikroorganisme pathogen terhadap
antibiotic dilihat dari ukuran zona bening yang terbentuk disekitar paperdisk
(Cappucino & Sherman, 2001).
Berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan setelah bakteri
diinkubasi selama 1 24 jam, terdapat perbedaan antara antiseptic satu dengan
yang lainnya. Pada bakteri E. coli antiseptic merk So Klin Lantai diameter dari
zona bening yang terbentuk adalah 5,2 cm, pada merk Aganol diameter dari zona
bening yang terbentuk adalah 2,3 cm, sedangkan pada merk Super Sol diameter
dari zona bening yang terbentuk adalah 2,2 cm. Dari ketiga diameter tersebut
dapat diketahui bahwa uji antimikroba yang terbesar dimiliki antiseptic merk So
Klin Lantai. Sedangkan untuk bakteri S. Aureus antiseptic merk So Klin Lantai
diameter dari zona bening yang terbentuk adalah 2,8 cm, pada merk Aganol
diameter dari zona bening yang terbentuk adalah 2,2 cm, sedangkan pada merk
Super Sol diameter dari zona bening yang terbentuk adalah 0,3 cm. Dari ketiga
diameter tersebut dapat diketahui bahwa uji antimikroba yang terbesar dimiliki
antiseptic merk So Klin Lantai.
J. Diskusi
1. Adakah perbedaan pengaruh masing-masing antiseptic terhadap kedua
spesies bakteri ini? Jelaskan
Ada perbedaan pengaruh. Sesuai hasil pengamatan yang menunjukkan
bahwa diameter zona hambat bakteri E. coli pada antiseptic berupa so klin
lantai yaitu 5,2 cm, pada antiseptic aganol memiliki diameter zona hambat
2,3 cm dan pada antiseptic supersol memiliki zona hambat 2,2 cm.
diameter zona hambat S. aureus pada ketiga antiseptic yang sama dengan
antiseptic yang diperlakukan pada E. coli secara berurutan adalah 2,8 cm,
2,2 cm, dan 0,3 cm. Hal tersebut menandakan bahwa masing-masing
antiseptic mempunyai zat aktif yang berbeda-beda yang berpengaruh
terhadap bagian bakteri yang berbeda pula. Setiap zat aktif dari antiseptic
memiliki sasaran perusakan bakteri atau antimikroba yang berbeda
mekanismenya, ada yang merusak dinding sel, menurunkan kemampuan
membrane sel untuk memproduksi ATP dan daya jangkau atau spectrum
antimikrobanya juga berbeda-beda. E. coli dan S. aureus memiliki
kerentangan yang berbeda, yang merupakan sifat spesifik sebagai
kemampuan untuk mempertahankan hidupnya.
2. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan lebih dulu dalam medium cair
selama 1X24 jam?
Tujuannya supaya bakteri dapat tersebar merata pada permukaan medium
dan jumlahnya menjadi banyak sehingga pengujian daya antimikroba
antiseptic terhadap bakteri jadi semakin valid.
3. Mengapa terbentuk zona hambat di sekitar kertas penghisap yang telah
direndam dalam antiseptic?
Perlakuan antiseptic pada bakteri nampak bentukan zona hambat pada
daerah di sekitar paper disk yang telah dicelupkan dalam antiseptic yang
ditunjukkan bahwa daerah yang tidak ditumbuhi bakteri atau daerah
bening yang menandakan bakteri peka terhadap antiseptic tersebut karena
pertumbuhan bakteri dihambat oleh adanya antiseptic yang berada pada
paper disk. Selain itu zona hambat di sekitar kertas hisap tersebut juga
menandakan adanya mekanisme kerja antiseptic, antara lain menghambat
sintesis dinding mikroba, mengganggu sel mikroba, menghambat sintesis
protein dan asam nukleat mikroba, serta mengganggu metabolisme sel
mikroba.

K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. So klin lantai memiliki daya antimikroba paling tinggi dibandingkan


aganol dan supersol yang ditandai dengan terbentuknya diameter zona
hambat selebar 5,2 cm pada E. coli dan 2,8 cm pada S. aureus. Dan dari
hasil tersebut disimpulkan bahwa pengaruh daya antimikroba so klin lantai
lebih tinggi pada E. coli daripada S. aureus.
2. Aganol memiliki daya antimikroba yang lebih tinggi pada E. coli daripada
S. aureus. S. aureus lebih resisten terhadap aganol dari pada E. coli.
3. Supersol memiliki daya antimikroba yang lebih tinggi pada E. coli
daripada S. aureus. S. aureus lebih resisten terhadap supersol dari pada E.
coli.
L. Daftar Pustaka
Cappuccino, J, G. dan Sherman, N. 2001. Microbiology laboratory Manual. 4th
Edition. Callifornia: Addison-Wilsey.
Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan
Jawetz, E., Joseph M., and Edward A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Nugrogo,
E., Maulany, R. F., alih bahasa; Setiawan, I., editor. Jakarta : Penerbit
EGC. Halaman : 188-190.
Jawetz, Melnick dan Adelbelrg. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Surabaya:
Salemba medika.
Larson, M. L. 1995. Microbiology 5th edition. New York: Cassell.
Levinson, W. 2004. Medical Microbiology and immunolog, Examination and
board review 8th edition. New York: McGraw-Hill.
Lutfi Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Tortora, G.J. et al. 2002. Microbiology: an introduction 7th edition. New York:
Pearson Education.
Widjajanti, U, Nuraini, 1996. Obat-obatan. Kanisus, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai