Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Nama : Meyulani Dwi Yusfita

Mikrobiologi Nim : J3L119076


Kelas : 2 KIM BP 1
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 17 Oktober 2020
Waktu : 07.00- 12.40 WIB
PJP : M. Arif Mulya S.Pi, M.Si
Asisten : 1. M. Emir Habibie A.Md
2. Hanna Maria S. A.Md

UJI AKTIVITAS BAHAN ANTI MIKROBA

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan organisme yang memiliki struktur sel sederhana yaitu
prokariotik dan eukariotik yang belum memiliki deferensiasi sel dengan baik, belum
memiliki organ dengan bentuk dan fungsi yang spesifik. Bakteri merupakan
organisme yang relatif sederhana karena umumnya terdiri dari satu sel (uniseluler)
dan tidak memiliki memberan inti (prokariot) (Hidayat 2018).
Zat antimikroba (ati bakteri, anti jamur) adalah seyawa biologis atau kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Zat anti mikroba dapat
bersifat membunuh mikroorganisme atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Stabilitas bahan pangan terhadap serangan mikroba bergantung pada beberapa
komponen alami pada bahan pangan yang bersifat antimikroba. Beberapa jenis
tanaman mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
seperti eugend pada cengkih, alisin pada bawang putih, dan susu mengandung
komponen antimikroba yaitu lakrofirin dan koglitinus. Telur mengandung lisozim
yang merupakan enzim penghambat pertumbuhan kapang dan bakteri. Tanaman
adalah reservoir zat antimikroba yang tidak hanya kuat terhadap patogen target, tetapi
juga memiliki peluang yang lebih baik untuk mengatasi gempuran mekanisme
resistensi mikroba. Tumbuhan mampu menghasilkan berberapa senyawa yang
beragam secara struktural, masing-masingnya memiliki peran spesifik untuk tanaman
itu sendiri (missal pertahanan terhadap fitopatogen). (Annisa Azmy 2020)
Antibiotik mewakili kelompok besar dari zat anti mikroba. Antibiotik merupakan
segolongan senyawa alami atau sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan
atau menghentikan proses biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses
infeksi bakteri. Definisi antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat
pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi (Utami Prapti 2012). Antibiotik
seharusnya memiliki toksitas selektif karena kelompok obat diproduksi oleh suatu
mikroorganisme lain. Penggunaan antibiotik terlalu lama dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya resistensi. Resistensi bakteri merupakan tantangan tersendiri
terkait dengan morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi (Agistia Nisa 2017).
Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia berdasarkan peruntukannya dapat
berupa disinfektan, antiseptik, starilizer, dan sebagainya. Antiseptik adalah suatu
proses untuk menonaktifkan atau membunuh jasad renik dengan cara kimia. Bahan
antiseptik membunuh bakteri bdan fungi. Sifat antiseptik ditentukan oleh zat-zat yang
berfungsi sebagai antibakteri yang terkandung dalam minyak atsiri yang terdapat pada
tumbuhan (Zahara Indah 2018).

Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan metode Kirby-Bauer (difusi cakram).


Metode ini adalah cara untuk menetepakan kerentanan mikroorganisme tehrhadap
antibiotik dengan menginokulasikan pelat agar dengan biakan antibiotik berdifusi
dengan agar. Efek aktivitas antibiotik ditunujkkan oleh zona hambatan tampak
sebagai area jernih atau bersi mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas
antimikroba terdifusi.
1.2.Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati berbagai bahan
yang mengandung zat antimikroba terhadap viabilitas bakteri.

2. Metode

2.1.Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum praktikum ini, antara lain:
 Biakan cair bakteri E. Coli sp  Biakan cair bakteri Bacillus
sp
 Kertas saring steril yang berbentuk  Medium PCA
bula dengan diameter 1 cm
 Larutan fisiologis (dalam Eppendorf)  Pinset
 Larutan fisiologis (dalam Eppendorf)  Pipet steril
 Larutan fisiologis (dalam Eppendorf)  Batang penyebar
 Larutan fisiologis (dalam Eppendorf)
 Larutan fisiologis (dalam Eppendorf)

2.2.Cara Kerja/ Prosedur Kerja

Tutup cawan diberi label Diteteskan pada media


Suspensi bakteri
dengan nama mikrob uji PCA dan disebar merata
diambil 0,1 mL
yang di inokulasikan dengan batang penyebar

Kertas saring I dicelepukan Kertas saring I Pinset dibakar diatas


dalam larutan antibiotik dan dicelepukan dalam nyala api, ketas
diletakkan pada cawan petri larutan fisiologis dan saring diambil
yang sama dengan jarak diletakkan di atas dengan pinset satu
tertentu. Hal yang sama permukaan medai TSA persatu
dilakukan untuj bakteri jenis yang telah diberi biakan
lain. bakteri

Pertumbuhan yang terjadi


Inkubasi pada suu kamar diamati dan diukur diameter
24 jam daerah bening yang timbul
3. Hasil dan Pembahasan

3.1.Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dipoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil uji berbagai jenis zat antimikroba pada bakteri.
Diameter
No Media Antimikroba Gambar (mm) Bakteri

Ekstrak
Nutrient rimpang jahe Staphylococcus
1 Agar (NA) merah 12,54 aureus

Ekstrak kulit
2 Endo Agar buah naga 11 E. coli
Sumber : (Yudiana Shinta dan Hartono Adi 2017) dan (Widiastuti Dyah dan
Pramestuti Nova 2018).

3.2.Pembahasan

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh menghambat


aktivitas mikroorganisme dengan bermacam- macam cara. Senyawa mikroba terdiri
atas bebrapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau penggunaanya.
Bahan antimikroba dapat secara spesifik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya
dapat berupa disinfektan, antiseptik, sterilezer, sanitizer dan sebagainya. Praktikum
kali ini mikroba dalam pengujiannya menggunakan bahan ekstrak rimpang jahe
merah dan ekstrak kulit buah naga. Dasarnya antimikroba dibagi menjadi dua macam
yaitu antiseptik dan disinfektan. Antiseptik adalah substansi yang melawan infeksi
atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau
menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya. Disinfektan adalah bahan kimia yang
memtikan sel vegetatif.
Praktikum kali ini menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dan E. coli.
Staphylococcus aureus tergolong dalam bakteri patogen gram positif yang bersifat
invasif dan mampu menyebabkan berbagai penyakit pada hewan dan manusia E.coli
adalah bentuk koloni bulat, ukuran relatif, cembung, pinggiran smooth dan tidak rata.
Kemudian untuk pengamatan secara mikroskopis dilakukan pewarnaan Gram dan
didapatkan hasil bakteri gram negatif (-) berbentuk batang.
Pengamatan aktifitas antimikroba dilakukan dengan cara mengukur diameter
daerah hambat di sekitar sumuran yang mengandung ekstrak (Egra saat 2019)..
Ekstrak rimpang jahe-jahean mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Terhambatnya pertumbuhan mikroba oleh ekstrak rimpang jahe merah (Z. officinale)
dapat dilihat dari daerah bebas mikroba yang terbentuk di sekitar sumuran yang
mengandung ekstrak rimpang jahe-jahean. (Widiastuti Dyah dan Pramestuti Nova
2018). Penghambatan tersebut disebabkan karena adanya senyawa bioaktif yang
terkandung didalam ekstrak. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak jahe yang diberikan, menghasilkan zona hambat yang
semakin besar. Akan tetapi, berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan lebar zona hambat ekstrak jahe terhadap S. aureus
antar konsentrasi. Hal ini disebabkan karena ekstrak jahe yang digunakan untuk
menghambat mikroba berasal dari varietas jahe yang sama yaitu varietas Rubrum,
sehingga perbedaan daya hambatnya tidak begitu signifikan. Respon daya hambat
ekstrak rimpang jahe terhadap mikroba uji berdasarkan kategori daya hambat
dikategorikan lemah dalam menghambat S. aureus (diameter 11-15 mm).
Uji aktivitas antimikroba pada E.coli pada ekstraksi kulit buah naga
menunjukkan adanya diameter zona hambat pada variasi dosis yang diberikan.
Diameter zona hambat terbesar pada dosis 2,0 gr dengan diameter 11 mm. (Yudiana
Shinta dan Hartono Adi 2017). Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi konsentrasi
yang diberikan maka semakin besar zona hambat yang terbentuk. Zona hambat yang
terbentuk dapat dikategorikan “sedang”. Pengulangan yang dilakukan sebanyak tiga
kali karena dalam uji mikrobiologi minimal pengulangan dilakukan sebanyak lima
kali atau sebanyak 3 kali pengulangan. Pengulangan dilakukan dengan menggunakan
sampel yang sama dan media yang sama yaitu Mueller Hinton.

4. Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan hasil respon daya hambat


ekstrak rimpang jahe merah dalam penelitian ini dikategorikan lemah dalam
menghambat S. aureus. Ekstrak jahe merah memiliki zona hambat tertinggi terhadap
S. aureus pada konsentrasi 100% (12,54 ± 0,76 mm). Daya hambat ekstrak hylocareus
costarisensis (kulit buah naga) mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, yang
di pengaruhi oleh kandungan kimia yang memilki peran sebagai antimkroba salah
satunya yaitu asam asam organik seperti asam asetat dan asam format dan kelompok
alkohol berupa fenol yang terdapat pada ekstrak Hylocareus costarisensis.

5. Daftar Pustaka

Agistia Nesa, Husni Muchtar, dan Hansen Hanif. 2017. Efektiftas Antibiotik pada
Pasien Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 4 (2): 43-
48.
Annisa Azmy Nurul. 2020. Ekstrak Daun Ricinus communis L. sebagai Antimikroba
Alami: Pengembangan Antimikroba Baru terhadap Mikroba MDR. Jurnal
Medula. 10 (3): 443- 447.
Egra Saat et.al. 2019. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakau (Rhizophora mucronata
dalam Menghambat Pertumbuhan Ralstonia Solanacearum Penyebab
Penyakit Layu. Jurnal Agrovigor. 12 (1): 26-31.
Hidayat Nur, Irene Meitiniarti, dan Neti Yuliana. 2018. Mikroorganisme dan
pemanfaatannya. Malang (ID): UB Press.
Utami Prapti. 2012. Antibiotik alami untuk mengatasi aneka penyakit. Jakarta (ID): PT
AgroMedia Pustaka.
Widiastuti Dyah, dan Vova Pramesthi. 2018. Uji Antimikroba Jahe Merah (Zingiber
officinale) Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Penelitian
Kesehatan. 5 (2): 43-49.
Yudiana Shinta Dewi, dan Adi Hartono. 2017. Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah
Naga (Hylocareus costarisensis) Terhadap E.coli, Staphylococcus
aureus, DAN Candida albicans. Jurnal Saintek. 9 (1): 23-39.
Zahara Indah. 2018. Formulasi Sediaan Deodoran Roll On Dengan Minyak Sirih (Piper
betle Linn Sebagai Antiseptik. Jurnal Farmagazine. 1 (1): 17-30.

6. Lampiran.
 Lampiran 1.

 Lampiran 2.
 Lampiran 3.

 Lampiran 4.

 Lampiran 5.

 Lampiran 6.
 Lampiran 7.

 Lampiran 8.

Anda mungkin juga menyukai