1.1.Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan organisme yang memiliki struktur sel sederhana yaitu
prokariotik dan eukariotik yang belum memiliki deferensiasi sel dengan baik, belum
memiliki organ dengan bentuk dan fungsi yang spesifik. Bakteri merupakan
organisme yang relatif sederhana karena umumnya terdiri dari satu sel (uniseluler)
dan tidak memiliki memberan inti (prokariot) (Hidayat 2018).
Zat antimikroba (ati bakteri, anti jamur) adalah seyawa biologis atau kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Zat anti mikroba dapat
bersifat membunuh mikroorganisme atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Stabilitas bahan pangan terhadap serangan mikroba bergantung pada beberapa
komponen alami pada bahan pangan yang bersifat antimikroba. Beberapa jenis
tanaman mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
seperti eugend pada cengkih, alisin pada bawang putih, dan susu mengandung
komponen antimikroba yaitu lakrofirin dan koglitinus. Telur mengandung lisozim
yang merupakan enzim penghambat pertumbuhan kapang dan bakteri. Tanaman
adalah reservoir zat antimikroba yang tidak hanya kuat terhadap patogen target, tetapi
juga memiliki peluang yang lebih baik untuk mengatasi gempuran mekanisme
resistensi mikroba. Tumbuhan mampu menghasilkan berberapa senyawa yang
beragam secara struktural, masing-masingnya memiliki peran spesifik untuk tanaman
itu sendiri (missal pertahanan terhadap fitopatogen). (Annisa Azmy 2020)
Antibiotik mewakili kelompok besar dari zat anti mikroba. Antibiotik merupakan
segolongan senyawa alami atau sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan
atau menghentikan proses biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses
infeksi bakteri. Definisi antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat
pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi (Utami Prapti 2012). Antibiotik
seharusnya memiliki toksitas selektif karena kelompok obat diproduksi oleh suatu
mikroorganisme lain. Penggunaan antibiotik terlalu lama dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya resistensi. Resistensi bakteri merupakan tantangan tersendiri
terkait dengan morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi (Agistia Nisa 2017).
Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia berdasarkan peruntukannya dapat
berupa disinfektan, antiseptik, starilizer, dan sebagainya. Antiseptik adalah suatu
proses untuk menonaktifkan atau membunuh jasad renik dengan cara kimia. Bahan
antiseptik membunuh bakteri bdan fungi. Sifat antiseptik ditentukan oleh zat-zat yang
berfungsi sebagai antibakteri yang terkandung dalam minyak atsiri yang terdapat pada
tumbuhan (Zahara Indah 2018).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati berbagai bahan
yang mengandung zat antimikroba terhadap viabilitas bakteri.
2. Metode
3.1.Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dipoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil uji berbagai jenis zat antimikroba pada bakteri.
Diameter
No Media Antimikroba Gambar (mm) Bakteri
Ekstrak
Nutrient rimpang jahe Staphylococcus
1 Agar (NA) merah 12,54 aureus
Ekstrak kulit
2 Endo Agar buah naga 11 E. coli
Sumber : (Yudiana Shinta dan Hartono Adi 2017) dan (Widiastuti Dyah dan
Pramestuti Nova 2018).
3.2.Pembahasan
4. Simpulan
5. Daftar Pustaka
Agistia Nesa, Husni Muchtar, dan Hansen Hanif. 2017. Efektiftas Antibiotik pada
Pasien Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 4 (2): 43-
48.
Annisa Azmy Nurul. 2020. Ekstrak Daun Ricinus communis L. sebagai Antimikroba
Alami: Pengembangan Antimikroba Baru terhadap Mikroba MDR. Jurnal
Medula. 10 (3): 443- 447.
Egra Saat et.al. 2019. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakau (Rhizophora mucronata
dalam Menghambat Pertumbuhan Ralstonia Solanacearum Penyebab
Penyakit Layu. Jurnal Agrovigor. 12 (1): 26-31.
Hidayat Nur, Irene Meitiniarti, dan Neti Yuliana. 2018. Mikroorganisme dan
pemanfaatannya. Malang (ID): UB Press.
Utami Prapti. 2012. Antibiotik alami untuk mengatasi aneka penyakit. Jakarta (ID): PT
AgroMedia Pustaka.
Widiastuti Dyah, dan Vova Pramesthi. 2018. Uji Antimikroba Jahe Merah (Zingiber
officinale) Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Penelitian
Kesehatan. 5 (2): 43-49.
Yudiana Shinta Dewi, dan Adi Hartono. 2017. Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah
Naga (Hylocareus costarisensis) Terhadap E.coli, Staphylococcus
aureus, DAN Candida albicans. Jurnal Saintek. 9 (1): 23-39.
Zahara Indah. 2018. Formulasi Sediaan Deodoran Roll On Dengan Minyak Sirih (Piper
betle Linn Sebagai Antiseptik. Jurnal Farmagazine. 1 (1): 17-30.
6. Lampiran.
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.