Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI
(Effect of antimicrobial materials on bacteria growth)

Jundi Putra Suryono1*, Jeaneatte Gracia2*, Ulfi Rahma Yovanni2*, Naufaldi


Arizky2*, Zoraya Labitta Pratiwi2*, Yulia Maretha2*, Lidya Sephiana2*,
Muhammad Azki Alfarisyi2*
1
Penulis Laporan, Kelompok 2, Praktikum Mikrobiologi Akuatik 2023
2
Anggota Kelompok Penulis laporan, Praktikum Mikrobiologi Akuatik 2023
*Corresponding author, e-mail: 4443210067@untirta.ac,id

ABSTRACT
Bacterial growth in living things needs to be overcome, this can be overcome with
anti-microbial ingredients such as ginger, turmeric, betel leaf and alcohol. This
study aims to determine the effect of antimicrobial substances such as ginger,
turmeric, betel leaf, alcohol on bacterial growth. The work procedure carried out in
this study was to extract the anti-microbial material and then place it in a petri dish
filled with bacteria, the results obtained were the absence of a clear zone produced
by the anti-microbial material caused by a lack of concentration of anti-microbial
material, the presence of bacteria, temperature and length of incubation time. It was
concluded that antimicrobial agents such as ginger, turmeric, betel leaf and alcohol
can form an inhibition zone if the concentration, temperature and incubation time
are correct.
Keywords: Alcohol, antimicrobial, betel leaf, ginger, turmeric

ABSTRAK
Pertumbuhan bakteri pada makhluk hidup perlu diatasi, hal tersebut dapat diatasi
dengan bahan anti mikroba seperti jahe, kunyit, daun sirih dan alkohol. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan anti mikroba seperti jahe, kunyit,
daun sirih, alkohol pada pertumbuhan bakteri. Prosedur kerja yang dilakukan pada
penelitian ini adalah dengan mengekstrak bahan anti mikroba kemudian
meletakannya dalam cawan petri yang telah diisi oleh bakteri, hasil yang didapatkan
adalah tidak beradaan zona bening yang dihasilkan oleh bahan anti mikroba yang
disebabkan oleh kurangnya konsentrasi bahan anti mikroba, keberadaan bakteri,
suhu dan lama waktu inkubasi. Disimpulkan bahwa bahan anti mikroba seperti jahe,
kunyit, daun sirih dan alkohol dapat membentuk zona hambat apabila konsentrasi,
suhu dan waktu inkubasi tepat.
Kata kunci: Alkohol, antimikroba, daun sirih, jahe, kunyit

1
PENDAHULUAN
Pemakaian tanaman obat cenderung meningkat pada saat ini. Biasanya,
tanaman obat yang dipergunakan berbentuk simplisia. Simplisia tersebut berasal
dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna, dan kulit batang. Penggunaan tanaman
sebagai obat perlu ditingkatkan, sebagai salah satu alternatif pengobatan. Selain
harganya relatif murah, tidak memiliki efek samping jika penggunanya sesuai aturan
dan tingkat bahannya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia
(Susetya 2012; Ninin 2016; Halim et al. 2012). Dalam kehidupan sehari-hari banyak
bahan alami yang digunakan dalam dapur rumah tangga dapat menjadi bahan anti
mikroba alami seperti kunyit, jahe, daun sirih, dll. Pada bahan alami seperti jahe,
kunyit senyawa anti mikroba golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri
yang terdapat pada ekstrak jahe merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba (Purbaya et al. 2018; Hasan et al. 2022; Kumar
dan Pandey 2013). Antibiotik merupakan produk metabolik yang dihasilkan suatu
mikroorganisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain, antibiotik merupakan zat
kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat
mikroorganisme lain. Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan
mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah: mendenaturasi
protein, merusak membran, mengganggu sintesis protein, menghambat
pembentukan dinding sel, dan lain-lain. Menurut Ahmed et al. (2018), ekstrak jahe
menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus
pyogenes, Staphylococcus pneumoniae dan patogen Haemophilus infuenza. Selain
itu, ekstrak jahe mungkin mengandung senyawa yang memiliki aktivitas terapeutik.
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat
oleh mata langsung. Bakteri merupakan organisme yang jumlahnya paling banyak
dibandingkan makhluk hidup lain dan tersebar luas didunia (Masitah 2016). Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat, laut, udara dan tempat-tempat
ekstrem. Pertumbuhan bakteri merupakan pertumbuhan koloni, yakni jumlah koloni
yang bertambah, ukuran koloni yang semakin besar, massa mikroba dalam koloni
semakin banyak (Pratiwi 2017). Faktor lingkungan dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba. Segala perubahan lingkungan dapat mempengaruhi

2
morfologi dan fisiologi mikroba. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor biotik maupun faktor abiotik. Faktor biotik ada yang dari
dalam dan ada faktor biotik dari lingkungan. Faktor biotik dari dalam menyangkut
bentuk mikroorganisme, sifat mikroorganisme dalam merespons perubahan
lingkungan, kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi). lingkungan biotik
berhubungan dengan keberadaan organisme lain di dalam lingkungan hidup
mikroorganisme yang bersangkutan. Faktor abiotik meliputi susunan dan jumlah
senyawa yang dibutuhkan di dalam medium kultur, lingkungan fisik (suhu,
kelembaban, cahaya), keberadaan senyawa-senyawa lain yang dapat bersifat toksik,
penghambat, atau pemacu, baik yang berasal dari lingkungan maupun yang
dihasilkan sendiri (Rini dan Jamilatur 2020). Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri adalah suhu, pH, kelembapan, ketersediaan oksigen,
tekanan osmosis, nutrisi, ion-ion, radiasi.
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh berbagai bahan anti
mikroba terhadap viabilitas bakteri dan juga untuk membuat praktikan mengetahui
proses penghitungan zona bening.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi di lakukan di lab BDP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa pada pukul 08.00 WIB tanggal 8 Mei 2023.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah pinset, pipet, batang
penyebar, cawan petri, inkubator, biakan bakteri, larutan akuades, ekstrak kunyit,
ekstrak daun sirih, ekstrak jahe, air infus, alkohol.
Prosedur Kerja
Ambil 0,1 ml suspensi bakteri, teteskan pada media TSA dan kemudian sebar
secara merata menggunakan batang penyebar (1 media TSA untuk satu macam
bakteri), lalu bakar pinset sebentar di atas nyala api, ambil kertas saring dengan
pinset satu persatu. Celupkan kertas saring I ke dalam larutan fisiologis dan letakkan
di atas permukaan media TSA yang telah disebari biakan bakteri. Celupkan kertas
saring II ke dalam larutan antibiotik dan letakkan pada cawan petri yang sama

3
dengan jarak tertentu, lakukan hal yang sama untuk jenis antibakteri yang lain,
kemudian inkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam. Zona bening yang terbentuk
diukur dua kali kemudian pengukuran berdasarkan garis tengah diagonal dan setelah
itu hasilnya direratakan.

Ambil 0,1 ml suspensi bakteri, teteskan pada media TSA dan


kemudian sebar secara merata menggunakan batang penyebar

lalu bakar pinset sebentar di atas nyala api, ambil kertas saring
dengan pinset satu persatu. Celupkan kertas saring I ke dalam
larutan fisiologis dan letakkan di atas permukaan media TSA
yang telah disebari biakan bakteri. Celupkan kertas saring II
ke dalam larutan antibiotik dan letakkan pada cawan petri
yang sama dengan jarak tertentu, lakukan hal yang sama
untuk jenis antibakteri yang lain

kemudian inkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam

Amati pertumbuhan yang terjadi dan ukur diameter daerah


bening yang timbul.
Gambar 1. Diagram alir prosedur kerja praktikum

HASIL DAN PEMBAHSAN


Hasil dari praktikum Mikrobiologi Akuatik tentang Pengaruh Bahan Anti Mikroba
terhadap Pertumbuhan Bakteri adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil pengukuran zona hambat


Bahan
Gambar cawan Pengukuran zona bening (mm)
antimikroba

Jahe -

4
Kunyit -

Daun sirih -

akohol -

Berdasarkan hasil penelitian tidak didapatkan zona hambatan disekeliling


kertas saring pada cawan petri. Hal tersebut bertentangan dengan sifat alami masing-
masing bahan karena jahe, kunyit, daun sirih dan alkohol merupakan zat anti
mikroba yang banyak digunakan dalam pembuatan antibiotik. Jahe, kunyit, daun
sirih mengandung zat bioaktif yang dapat berperan sebagai antibakteri seperti
kurkumin, minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan lain-lain (Fathoni et al. 2019;
Yuliati 2016; Ayuratri dan Joni 2017; Rahmani et al. 2014; Prasad dan Tayagi 2015).
Minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung gugus
fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol. Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein,
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri. Aktivitas antibakteri kurkumin

5
dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri. Aktivitas anti bakteri minyak atsiri
disebabkan karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri (Arinda et al. 2012).
Zona bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri
(Rastina et al. 2015).Faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan zona hambat
adalah kepekaan pertumbuhan bakteri, reaksi antara bahan aktif dengan medium dan
suhu inkubasi (Asih et al. 2016; Arivo dan Annissatussholeha 2017). Selain itu
faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan zona hambat adalah konsentrasi
bahan anti mikroba dan keberadaan bakteri (Lestari et al. 2020). Menurut Zeniusa
et al (2019) ada beberapa faktor yang -mempengaruhi ukuran zona hambat, yaitu
kekeruhan suspensi, temperatur inkubasi (untuk memperoleh pertumbuhan bakteri
yang optimal, inkubasi dilakukan pada suh 35°c, akan tetapi ada juga bakteri yang
kurang subur pertumbuhannya), waktu inkubasi, tebalnya media agar pertumbuhan
bakteri. Ketebalan agar-agar yang efektif yaitu sekitar 4 mm. Jika kurang dari 4 mm
difusi ekstrak akan menjadi lebih cepat, sedangkan jika lebih dari 4 mm difusi
ekstrak akan menjadi lambat, kemudian luas dari sampel, semakin luas sampel
bakteri maka semakin sulit zona hambat terbentuk (Rahmawati et al. 2014).
Kekuatan daya hambat bakteri dikategorikan sebagai berikut, sangat kuat dengan
hasil zona bening >20 mm, kuat dengan hasil zona bening 10–20 mm, sedang
dengan hasil zona bening 5–10 mm, serta zona bening <5mm termasuk kategori
lemah (Widiani dan Pinatih 2020) Faktor paling utama pada penelitian ini yang
menghambat pembentukan zona hambat adalah konsentrasi bahan anti mikroba dan
keberadaan bakteri, sehingga bahan antibakteri tidak menunjukkan hasil karena
memang tidak ada bakteri atau dosis yang diperlukan untuk membentuk zona
hambat tidak cukup.

KESIMPULAN
Jahe, kunyit, daun sirih dan alkohol merupakan bahan bioaktif yang mampu
berfungsi sebagai anti mikroba bakteri tertentu. Tetapi dalam penggunanya perlu
diketahui tentang dosis pemakaian, pertumbuhan bakteri, suhu dan lama waktu
inkubasi. Apabila tidak mengetahui hal tersebut maka besar kemungkinan untuk
tidak terbentuknya zona hambat.

6
DAFTAR PUSTAKA
Rini CS dan Jamiltur R. 2020. Buku Ajar Bakteriologi Dasar. Sidoarjo: UMSIDA
Press. 98 hlm. ISBN : 978-623-6833-66-7.
Arivo D dan Annissatussholeha N. 2017. Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan 4(3): 153-160. DOI: 10.33024/.v4i3.1311
Ninin H. 2016. Uji Aktivitas Metanol Klika Anak Dara (Croton oblongus burn F.)
Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. [Skripsi]. Makassar: Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Alauddin. 68 hlm.
Hasan AEZ, Andrianto D dan Rosyidah RA. 2022. Uji Penghambatan α-
Glukosidase dari Kombinasi Ekstrak Kunyit, Teh Hitam dan Jahe: The α-
Glucosidase Inhibition Test from a Combination of Turmeric Extract, Black
Tea, and Ginger. Jurnal Agroindustri Halal 8(1): 137-146. DOI:
10.30997/jah.v8i1.5608.
Fathoni DS, Ilham F, Mujtahid K. 2019. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Sebagai
Bahan Aktif Antibakteri dalam Gel Hand Sanitizer Non-Alkohol. Jurnal
Equilibrium 3(1): 9-14. DOI: 10.20961/equilibrium.v3i1.43215
Yuliati Y. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri dalam
Pertumbuhan Bacillus sp Dan Shigella dysentriae Secara In Vitro. Jurnal
Profesi Medika 10(1):26-32. ISSN: 0216-3438. DOI:10.33533/jpm.v10i1.11
Asih PL dan Abdur R. 2016. Aktivitas Ekstrak Daun Cabe Rawit (Capsicum
frutescens L.) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli
Secara In Vitro. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis 1(2):1-5. DOI:
10.31603/pharmacy.v1i2.76
Lestari ALD, Noverita, Atna P. 2020. Daya Hambat Propolis Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Pro-Life 7(3): 237-250.
DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102
Halim E, Hardinsyah, Noorwati S, Sulaeman A, Artika Made, Harahap Y. 2012.
Kajian Bioaktif dan Zat Gizi Propolis Indonesia dan Brazil. Jurnal Gizi dan
Pangan 7(1): 1-6. DOI: 10.25182/jgp.2012.7.1.1-7
Arinda A, Rahardjo P, Triwardani A. 2012. Perbedaan Efektivitas Obat Kumur yang
Mengandung Cengkeh Dengan Obat Kumur Chlorhexidine Gluconat 0.2%
dalam Menghambat Pembentukan Plak. Orthodontic Dental Journal 1(1): 22-
25. DOI: 10.20473/j.djmkg.v45.i1.p22-25
Ahmed AER, Gehan AG, Ayman YEK, dan Mohamed MH. 2018. Eco‑Friendly
Synthesis of Metal Nanoparticles Using Ginger and Garlic Extracts As
Biocompatible Novel Antioxidant and Antimicrobial Agents. Journal of
Nanostructure in Chemistry 8: 71-81. DOI: 10.1007/s40097-018-0255-8
Purbaya S, Lilis SA, Jasmansyah, dan Wenny EA. 2018. Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etil Asetat Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe var. sunti)

7
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal
Kartika Kimia 1(1): 29-34. DOI: 10.26874/jkk.v1i1.12
Kumar S dan Pandey AK. 2013.Chemistry and biological activities of flavonoids:
an overview. Scientific World Journal :1-16. DOI: 10.1155/2013/162750
Rahmani AH, Fahad MAS, Salah MA. 2014. Active Ingredients of Ginger As
Potential Candidates in The Prevention and Treatment of Diseases Via
Modulation of Biological Activities. International Journal of Physiology,
Pathophysiology and Pharmacology 6(2): 125-136. PMID: 25057339
Prasad S dan Tyagi AK. 2015. Ginger and Its Constituents: Role in Prevention and
Treatment of Gastrointestinal Cancer. Journal Gastroenterology Research and
Practice:1-11 DOI: 10.1155/2015/142979
Widiani PI dan Pinatih KJP. 2020. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA). Medika Udayana 9(3): 22-28. ISSN: 2597-
8012.
ST Masitah. 2016. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Usus
Ikan Bandeng (Chanos chanos). [Skripsi]. Makassar: Jurusan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
69 hlm.
Rahmawati N, Sudjarwo E dan Widodo, E. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Herbal Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan
(Indonesian Journal of Animal Science) 24(3): 24-31. ISSN: 0852-3581.
Rastina R, Sudarwanto M dan Wientarsih I. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Kari (Murraya koenigii) Terhadap Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, dan Pseudomonas sp. Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian
Journal of Veterinary Sciences 9(2): 185-188. ISSN : 1978-225X.
Pratiwi RH. 2017. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik.
Jurnal pro-life 4(3): 418-429. DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102
Zeniusa P, Ramadhian MR, Nasution SH, dan Karima N. 2019. Uji Daya Hambat
Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Escherichia coli Secara In Vitro. Medical
Journal of Lampung University 8(2): 136-148. ISSN : 2337-3776.

8
Lampiran 1: Dokumentasi Kegiatan

Pembakaran pinset Pengambilan sampel

Peletakan kertas saring Meletakan sampel

Letak sampel Hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai