Anda di halaman 1dari 13

Nama Asisten : Alnadia Yusriya

Tanggal Praktikum : 11 September 2019


Tanggal Pengumpulan : 18 September 2019

PENGAMATAN UJI ANTIMIKROBA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Alya Fakhira Rasul (240210180076)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: alya.fakhira.rasul@gmail.com

ABSTRAK

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau
tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan
sebagainya. Pada praktikum kali ini, tujuannya adalah untuk mempelajari cara
pengujian efektivitas senyawa antimikroba dari bahan pengawet alami juga pengawet
buatan. Hasil dari praktikum kali ini adalah beberapa bahan yang diamati tidak sesuai
dengan literatur, hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya kontaminasi dari
lingkungan luar, dan lingkungan sekitar tidak aseptis saat melakukan percobaan.

Kata Kunci : Antibakteri, Antimikroba, Pengawet.

PENDAHULUAN pembunuh dari aktivitas


mikroorganisme. Bahan antimikroba
Mikroba dapat didefinisikan jasad atau antibakteri ini dapat digolongkan
renik yang mempunyai kemampuan berdasarkan peruntukannya, seperti
sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad desinfektan, antiseptic, sanitizer,
tersebut dapat hidup hamper di semua sterilizer, dan sebagainya (Lutfi, 2004).
tempat di permukaan bumi. Mikroba Pada bidang farmasi, bahan antibakteri
mampu beradaptasi dengan lingkungan lebih dikenal dengan nama antibiotik,
yang sangat dingin hingga lingkungan yaitu substansi kimia yang dihasilkan
yang relative panas, dari ligkungan yang oleh mikroba dan dapat menghambat
asam hingga basa. Berdasarkan pertumbuhan mikroba lainnya. Senyawa
peranannya, mikroba dapat antibakteri dapat bekerja sebagai
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakterisidal, bakteristatik, dan
mikroba menguntungkan dan mikroba bakterilitik (Irianto, 2006).
merugikan (Afriyanto, 2005). Pengujian antimikroba dapat
Antimikroba atau antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar,
adalah suatu bahan yang memiliki dengan media Mueller Hinton Agar
fungsi sebagai penghambat dan juga (MHA). Teknik yang digunakan adalah
disc diffusion dengan metode Kirby antimikroba yang digunakan pada
Bauer. Prinsip metode ini adalah dengan praktikum kali ini adalah asam jawa,
mengamati adanya zona terang di bawang putih segar, bawang putih
sekitar paper disc yang sudah direndam segar, jahe, jeruk nipis, kunyit bubuk,
dengan larutan Penicilin dan diukur kunyit segar, lada putih, lengkuas
dengan menggunakan penggaris. merah, pala bubuk, dan sereh.
Kelebihan dari metode ini adalah efisien Tujuan dari praktikum kali ini
dan mudah pengerjaannya, selain itu adalah untuk mempelajari cara
juga bahan yang digunakan relatif pengujian efektivitas senyawa
murah. Sedangkan kekurangan metode antimikroba dari bahan pengawet alami.
ini adalah zona terang ini tidak selalu
muncul, tergantung dari faktor inkubasi, METODOLOGI
dan preinkubasinya, sehingga
pengamatan yang dilakukan tidak selalu Alat dan Bahan
berhasil. Alat yang digunakan pada
Berdasarkan beberapa ahli, mereka praktikum kali ini adalah bunsen, cawan
menyebutkan bahwa mekanisme kerja petri, penggaris, pinset, dan swab steril.
zat antimikroba dapat mengganggu Bahan yang digunakan pada
bagian-bagian yang peka dalam sel, praktikum kali ini adalah aquades,
seperti menghambat metabolisme sel, chloramfenicol, Kultur Escherichia coli,
menghambat sintesis protein, kultur Pseudomonas aeruginosa, media
menghambat sintesis dinding sel, agar, paper disc, sampel antimikroba
merusak asam nukleat dan protein, serta (asam jawa, bawang putih segar,
menghambat permeabilitas membran bawang putih segar, jahe, jeruk nipis,
sel. Zat antimikroba dapat menghambat kunyit bubuk, kunyit segar, lada putih,
metabolisme sel, karena zat ini lengkuas merah, pala bubuk, sereh)
mengganggu proses pembentukan asam
folat, sehingga menghasilkan asam folat Prosedur
yang non fungsional dan metabolisme Pengujian antimikroba dilakukan
dalam sel mikroba akan terganggu dengan menyiapkan 2 lempeng media
(Setiabudy, 2007). Zat antimikroba juga MHA 10-15 ml lalu dibiarkan
dapat menghambat sintesis dinding sel membeku. Selanjutnya dicelupkan swab
dan protein, karena senyawa ke larutan kultur mikroba lalu
antimikroba dapat merusak dan disapukan ke permukaan lempeng
mencegah proses sintesis terjadi, secara aseptis. Setelahnya, kultur
sehingga akan menyebabkan dibiarkan mengering dan meresap
terbentuknya sel yang peka terhadap selama kurang lebih 5 menit. Diambil
tekanan osmotik (Waluyo, 2004). paper disc dari larutan kunyit dan
Zat antimikroba yang digunakan ditempatkan di permukaan agar pertama
sebagai sampel pada praktikum ini, dengan sedikit ditekan. Setelahnya
terdiri dari zat antimikroba alami dan dilakukan hal yang sama hanya berbeda
zat antimikroba sintetik (buatan). Zat rendaman, di agar kedua. Lalu,
keduanya diinkubasi selama 1 hari mikroorganisme Escherichia coli atau
dengan suhu 37⁰C. Setelahnya, diamati Pseudomonas aeruginosa meresap ke
apakah ada zona terang disekitar paper dalam agar. Setelah itu, paper disc
disc, dan dicatat luas zona terang direndam dalam cairan bahan pengawet.
tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
agar kandungan bahan pengawet dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN meresap ke dalam paper disc.
Kemudian, paper disc ditempatkan ke
Praktikum kali ini membahas dalam cawan petri dan dilakukan
tentang pengujian antimikroba. inkubasi selama 1 hari. Setelah
Pengujian ini dilakukan untuk diinkubasi selama 1 hari, dilakukan
mengetahui kandungan dalam sampel pengamatan dengan mengamati zona
yang digunakan yang membuat sampel bening dan menghitung luasnya.
tersebut dapat dikatakan antimikroba. Dengan cara melihat berapa milimeter
Sampel yang digunakan adalah asam diameter yang dibuat oleh antimikroba
jawa, bawang putih bubuk, bawang pada paper-disc. Semakin besar panjang
putih segar, jahe, jeruk nipis, kunyit diameter, maka semakin sensitif zat
bubuk, kunyit segar, lada putih, tersebut terhadap mikroba. Menurut
lengkuas merah, pala bubuk, sereh, dan (Cappuccino dan Sherman, 2001),
Chloramfenicol. diameter area bening dikategorikan ke
Tujuan dari percobaan terhadap dalam tiga kelompok, yaitu resisten
chloramfenicol dilakukan untuk dengan diameter <12 mm atau kurang,
membandingkan tingkat efektivitas intermediet dengan diameter 13-17 mm,
senyawa antimikroba alami dengan dan sensitive dengan diameter 18 mm
senyawa antimikroba sintetis. Semua atau lebih.
sampel diaplikasikan kepada bakteri Hasil dari percobaan ini
spesifik Escherichia coli, dan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
Staphylococcus aureus yang dibiakkan sensitif, intermediet, dan resisten.
pada media NA. Media NA sangat
mudah terkontaminasi oleh lingkungan Bawang Putih Bubuk
sehingga perlakuannya harus dilakukan Selain dikenal sebagai bagian dari
dengan bunsen dan perlakuannya juga rempah-rempah, bawang putih juga
harus aseptis (dengan menggunakan dikenal dalam konteks obat-obatan,
masker, dan sarung tangan). karena bawang putih mengandung
Pertama-tama, NA dituangkan ke allicin yang bersifat sebagai antibakteri
dalam cawan petri dan ditunggu hingga (Pajan et al., 2016). Allicin sendiri
membeku. Lalu selanjutnya, medium adalah zat aktif yang dapat dengan
NA diolesi mikroorganisme efektif membunuh mikroba, seperti
Escherichia coli atau Pseudomonas penyebab flu dan demam. Berbagai
aeruginosa dengan cara disapukan penyakit dan infeksi terjadi lebih mudah
diatas permukaan agar secara aseptis melalui masuknya makanan yang
dan serapat mungkin sampai terkontaminasi ke seluruh tubuh, salah
satunya adalah Escherichia coli dan mm sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pseudomonas aeruginosa. pala adalah antimikroba kategori
Berdasarkan pengamatan oleh rendah. Pengamatan ini sesuai dengan
kelompok 2A (bakteri Pseudomonas literatur yang ada, dimana pala
aeruginosa) dan 2B (bakteri tergolong efektivitas yang rendah atau
Escherichia coli), terlihat bahwa pada resisten.
cawan petri milik kelompok 2B tidak
terlihat adanya zona bening. Sedangkan, Jahe Segar
pada kelompok 2A ditemukan zona Jahe dikenal sebagai obat-obatan
bening yang berukuran 1 mm. tradisional untuk menyembuhkan
Berdasarkan ukuran zona beningnya, penyakit-penyakit seperti batuk, gejala
dapat dikatakan bahwa bawang putih tenggorokan dan lidah, demam, dan
bubuk adalah antimikroba dengan sebagainya. Namun selain memiliki
kategori rendah. Hasil dari pengamatan kemampuan untuk menyembuhkan
bawang putih ini tidak sesuai dengan penyakit, anti oksidan dan anti bakteri
literatur yang ada, bisa dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang
bawang putih yang digunakan adalah dihasilkan tumbuhan ini umumnya
bawang putih bubuk yang mungkin saja dapat menghambat bakteri patogen yang
sudah ditambahkan bahan kimia lain dapat merugikan manusia, seperti
dalam proses pengolahannya. Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan
yang lainnya.
Pala Bubuk Berdasarkan pengamatan
Pala, selain digunakan sebagai kelompok 4A (bakteri Pseudomonas
rempah makanan, digunakan juga aeruginosa), dan 4B (bakteri
sebagai obat-obatan. Lebih dari itu juga, Escherichia coli), kedua sampel tidak
pala juga dapat berfungsi sebagai anti ada yang memiliki zona bening. Hal ini
jamur dan anti oksidan. Kandungan dari bertentangan dengan literatur yang
pala sendiri terdiri dari minyak astiri, mengatakan bahwa senyawa gingerol
minyak lemak, zat samak dan pati. Pada yang terdapat di dalam jahe tergolong
bijinya terdapat minyak astiri, minyak ke dalam zat antimikroba ringan (Nair,
lemak, saponin, miristisin, elemisi, 2013).
enzim lipase, pectin, hars, zat samak,
lemonena dan asam oleanolat. Kulit Sereh Segar
buah mengandung minyak astiri dan zat Daun dan akar tanaman sereh
samak. mengandung saponin, flavonoid, dan
Berdasarkan pengamatan yang polifenol. Selain itu, daunnya juga
dilakukan oleh kelompok 3A (bakteri mengandung minyak atsiri. Minyak
Pseudomonas aeruginosa) dan 3B atsiri sereh mengandung banyak
(bakteri Escherichia coli), pada senyawa. Salah satu kandungan minyak
kelompok 3B tidak ditemui zona atsiri meliputi geraniol dalam minyak
bening, sedangkan di kelompok 3A, sebesar 44,01%-51% dan sitronela
terdapat zona bening dengan diameter 3 sebesar 0,5%-1,3% (Zulfitriany, 2004).
Berdasarkan pengamantan yang dan Adrian, 2013) yang memiliki
dilakukan oleh kelompok 5A (bakteri aktivitas antimikroba terhadap
Pseudomonas aeruginosa) dan 5B Escherichia coli. Selain itu juga, jeruk
(bakteri Escherichia coli), terdapat zona nipis mengandung minyak atsiri yang
bening pada kelompok 5B sebesar 2,25 juga dapat menghambat pertumbuhan
mm, sedangkan pada kelompok 5A bakteri.
tidak dijumpai zona bening. Hal ini Berdasarkan pengamatan
tidak sesuai dengan literatur dimana kelompok 7A (bakteri Pseudomonas
seharusnya sereh ada di kategori aeruginosa) dan 7B (bakteri
antimikroba tinggi dan namun Escherichia coli), pada kelompok 7A
berdasarkan pengamatan, hasilnya terdapat zona bening dengan diameter
adalah sereh termasuk ke dalam sebesar 14 mm, dan pada kelompok 7B,
antimikroba kategori rendah. terdapat zona bening dengan diameter
41,5 mm. Hal ini sesuai dengan literatur
Lada Putih dimana jeruk nipis termasuk ke dalam
Lada memiliki dua sifat yang antimikroba kategori tinggi.
khas, yaitu rasa yang pedas dan
aromanya yang khas menyebabkan lada Kunyit Segar
banyak digunakan sebagai bahan Kunyit merupakan salah satu
penyedap dalam makanan. Aroma lada rempah yang berfungsi sebagai anti
adalah akibat dari adanya minyak atsiri bakteri, baik bakteri gram positif
yang terdapat dalam biji lada tersebut maupun bakteri gram negative.
yang menimbulkan aroma. Senyawa antimikroba yang terdapat
Berdasarkan pengamatan pada kunyit adalah senyawa fenolik.
kelompok 6A (bakteri Pseudomonas Senyawa fenolik yang bersifat
aeruginosa) dan 6B (bakteri antimikroba, seperti senyawa fenol,
Escherichia coli), pada kelompok 6A gingerol, zingeberen, halogen,
ditemukan zona bening dengan diameter etiloksida, dan glutaraldehida (Hiserodt
rata-rata 19,66 mm dan pada kelompok et al., 1998).
6B ditemukan zona bening dengan Berdasarkan pengamatan
diameter rata-rata 7,75 mm, sehingga kelompok 8A (bakteri Pseudomonas
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil aeruginosa) dan 8B (bakteri
pengamatan ini sudah sesuai dengan Escherichia coli), pada kelompok 8A
literatur, dan lada putih memang terdapat zona bening dengan diameter
termasuk ke antimikroba kategori 3,25 mm sedangkan pada kelompok 8B
tinggi. tidak ditemui adanya zona bening yang
terbentuk. Hal ini tidak sesuai dengan
Jeruk Nipis literatur yang mengatakan bahwa kunyit
Jeruk nipis mengandung adalah pengawet alami yang seharusnya
senyawa golongan terpen, yaitu limonen juga adalah antimikroba yang baik. Hal
dan flavonoid, yaitu naringin, ini dapat terjadi karena kesalahan
hesperidin, dan rhoifolin (Dalimartha
perlakuan terhadap kunyit yang akan di terdapat zona bening dengan diameter 6
teliti. mm sedangkan pada kelompok 10B
terdapat zona bening dengan diameter
Kunyit Bubuk 3,75 mm. Hasil pengamatan ini
Kandungan yang terdapat pada menunjukkan bahwa lengkuas adalah
kunyit bubuk tidak berbeda jauh dengan antimikroba rendah atau resisten.
kunyit segar, yang membedakannya
adalah kunyit bubuk melalui beberapa Bawang Putih Segar
step pengolahan sampai wujudnya Kandungan dalam bawang putih
berubah dan juga adanya penambahan segar dengan bawang putih bubuk tidak
zat kimia kedalamnya, sehingga akan terlalu berbeda, hanya di bawang putih
mempengaruhi zat antimikroba dalam segar tidak ada tambahan bahan kimia
kunyit tersebut. dan tidak mengalami proses pengolahan
Berdasarkan pengamatan dalam bentuk apapun. Bawang putih
kelompok 9A (bakteri Pseudomonas mengandung komponen alisin yang
aeruginosa) dan 9B (bakteri berfungsi sebagai antibakteri (Robinson,
Escherichia coli), dapat dilihat bahwa 1991).
kelompok 9A tidak terdapat zona Berdasarkan pengamatan
bening sedangkan pada kelompok 9B kelompok 11A (bakteri Pseudomonas
terdapat zona bening dengan diameter 2 aeruginosa) dan 11B (bakteri
mm. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit Escherichia coli), pada kelompok 11A
merupakan antimikroba yang rendah terdapat zona bening dengan diameter
dan tak sesuai dengan literatur. Hal ini 14 mm sedangkan pada kelompok 11B
dapat dikarenakan adanya kontaminasi terdapat zona bening dengan diameter
dari udara luar yang menyebabkan 20,9 mm. Hal ini sesuai dengan literatur
adanya mikroorganisme lain yang dimana bawang putih segar memiliki
masuk dan mempengaruhi proses efektivitas yang tinggi dan potensial
pengamatan. sebagai antibakteri.

Lengkuas Merah Asam Jawa


Lengkuas memiliki aroma khas Berdasarkan penelitian
yang cukup menyengat, dan biasanya fitokimia, diketahui bahwa daun asam
dijadikan tambahan dalam proses jawa mengandung steroid, triterpenoid,
memasak. Secara farmakologis, alkaloid, phenolic compounds,
lengkuas memiliki aktivitas anti- flavonoid, dan tannin (Gracelin et al.,
kapang, anti-khamir, anti-kanker, anti- 2012), dimana tannin adalah zat
tumor, dan anti-oksidan (Khattak dkk., antibakteri yang dapat menginaktivasi
2005). enzim. Asam jawa adalah tumbuhan
Berdasarkan pengamatan berbuah polong yang hidup di
kelompok 10A (bakteri Pseudomonas lingkungan tropis yang memiliki batag
aeruginosa) dan 10B (bakteri yang besar.
Escherichia coli), pada kelompok 10A
Berdasarkan pengamatan
kelompok 12A (bakteri Pseudomonas Gracelin, D. S., Britto, A. D., dan
aeruginosa) dan 12B (bakteri Kumar, P. J. 2012. Tamarindus
Escherichia coli), pada kelompok 12A indica Linn-A Potential
terdapat zona bening dengan diameter Antibacterial Agent.
10 mm, sedangkan pada kelompok 12B International Journal of
diameter zona beningnya sebesar 39,65 Universal Pharmacy and Life
mm. Hal ini menunjukkan bahwa asam Sciences, 99-104.
jawa yang diamati sesuai dengan
literatur, memiliki efektivitas tinggi. Hiserodt, Franzblau, dan Rosen. 1998.
Isolation of 6-, 8-, and 10-
Gingerol from ginger rhizome
by HPLC and preliminary
KESIMPULAN evaluation of inhibition of
Mycobacterium avium and
Kesimpulan yang dapat diambil Mycobacterium tuberculosis. J
dari praktikum kali ini adalah Agric Food Chem 3: 477-480.
mahasiswa dapat mempelajari cara
pengujian efektivitas senyawa Irianto, K. 2006. Mikrobiologi:
antimikroba dari bahan pengawet alami, Menguak Dunia Mikroorganisme.
dan diameter area bening dikategorikan Yrama Widya, Bandung.
ke dalam tiga kelompok, yaitu resisten
Khattak, S., Rehman, S., Shah, U. H.,
dengan diameter <12 mm atau kurang,
Ahmad, W. W., dan Ahmad, M.
intermediet dengan diameter 13-17 mm,
2005. Biological effects of
dan sensitive dengan diameter 18 mm
indigenous medicinal plants
atau lebih.
Curcuma longan and Alpinia
galanga. Fitoterapia 76: 254-257.
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi, A. 2004. Kimia Lingkungan.
Afriyanto, E. 2005. Pakan Ikan dan Departemen Pendidikan Nasional,
Perkembangannya. Penerbit Jakarta.
Kanisius, Jakarta.
Nair, K. P. P. 2013. The Argonomy and
Cappuccino, J.G., N. Sherman.1987. Economy of Turmeric and Ginger.
Microbiology : A Laboratory Elsevier Pub, USA.
Manual. The Benjamin
Cummings Publ. Comp., Inc. Pajan, Waworuntu, dan Leman. 2016.
USA. Potensi Antibakteri Air Perasan
Bawang Putih (Allium sativum L)
Dalimartha, S. dan Adrian, F. 2013. terhadap Pertumbuhan
Ramuan Herbal Tumpas Staphlycoccus aureus. Universitas
Penyakit. Penebar Swadaya, Sam Ratulangi, Manado.
Jakarta.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Waluyo, S. 2004. Mikrobiologi Umum.
Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB. UMM Press, Malang.
Bandung.
Zulfitriany. 2014. Implementasi Ipteks
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi bagi Inovasi dan Kreativitas
dan Terapi Edisi V. Gaya Baru, Kampus Tanaman Sanseviera
Jakarta. Politeknik Pertanian Negeri
Pangke. Majalah Aplikasi Ipteks
Ngayah. Vol. 5.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Antimikroba
No Antimikroba/kelompo Gambar Keterangan
. k
Chloramfenicol/1B D1(+): 17,57mm
D2(-) : -

Kultur :
Escherichia coli
1
Chloramfenicol/1A D1(+): 24mm
D2(-) : -
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Bawang putih bubuk/2B Tidak ada zona


steril
Kultur :
Escherichia coli

2
Bawang putih bubuk/2A D1 : 1mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Pala bubuk/3B Tidak ada zona


steril
Kultur :
3 Escherichia coli
Pala bubuk/3A D : 3mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Jahe/4B Tidak ada zona


steril
Kultur :
Escherichia coli
4 Jahe/4A Tidak ada zona
steril
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa
Sereh/5B D1 : 2,5mm
D2 : 2mm
Kultur :
Escherichia coli

5 Sereh/5A Tidak ada zona


steril
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Lada putih/6B D1 : 8mm


D2 : 7,5mm
Kultur :
Escherichia coli

6
Lada putih/6A D1 : 19,6mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Jeruk nipis/7B D1 ; 51mm


D2 : 32mm
Kultur :
7 Escherichia coli
Jeruk nipis/7A D1 : 14mm
D2 : 14mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Kunyit segar/8B Tidak ada zona


steril
Kultur :
Escherichia coli

8
Kunyit segar/8A D : 3,25mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Kunyit bubuk/9B D1 : 2mm duplo


Kultur :
Escherichia coli

9 Kunyit bubuk/9A Tidak ada zona


steril
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Lengkuas merah/10B D1 : 3,5mm


D2 : 4mm
Kultur :
Escherichia coli

10
Lengkuas merah/10A D1 : 6mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa
Bawang putih segar/11B D1 : 14,8mm
D2 : 12,2mm
Kultur :
Escherichia coli

11
Bawang puth segar/11B D
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa

Asam jawa/12B D1: 42,8mm


D2 : 36,5mm
Kultur :
12 Escherichia coli

Asam jawa/12A D1 : 10mm


D2 : 10mm
Kultur :
Pseudomonas
aeruginosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Anda mungkin juga menyukai