Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA I

PENGARUH ANTI MIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Penanggung Jawab:
Nino Godlif Tbet (A1F016068)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2017
LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA 1

PENGARUH ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Kelompok : 2
Rombongan : 1

Disusun oleh:
Nino Godlif Tbet (A1F016068)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................iv
1. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................................... 2
C. Manfaat ......................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 4
III. METODE KERJA .............................................................................................................. 9
A. Alat dan Bahan.............................................................................................................. 9
B. Bahan yang digunakan adalah: ..................................................................................... 9
Prosedur Kerja .................................................................................................................... 10
IV. HASIL .......................................................................................................................... 12
IV. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 17
PENUTUP .............................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 1. Anti mikroba alami ................................................................................................... 12


Tabel 2. Antimikroba sistesis.................................................................................................. 13
Tabel 3. Anti Mikroba Alami ................................................................................................. 15
Tabel 4. Anti Mikroba Sintetis ............................................................................................... 16

iv
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara nya adalah


faktor intrinsik, ekstrinsik, pengolahan dan implisit.
1. Faktor intrinsik: sifat fisik, kimia dan struktur makanan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba. Meliputi: pH makanan, Aw, potensial reduksi oksidasi
(Eh), kandungan nutrisi, senyawa antimikroba, struktur biologi, dan tekstur.
2. Faktor ekstrinsik: kondisi lingkungan penyimpanan, meliputi: Suhu,
kelembaban relatif (Rh), dan susunan gas.
3. Faktor implisit: parameter yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroba,
diantara nya terdapat reaksi antagonisme sinergisme dan sintrofisme serta
interaksi antar mikroba
4. Faktor pengolahan: Panas, irradiasi, penggunaan senyawa pensteril,
pencucian, dan penyimpanan.

Pengaruh pertumbuhan mikroba pada pangan selain dipengaruhi oleh faktor


faktor tersebut, dipengaruhi oleh adanya bahan pengawet yang terkandung di dalam
nya, yaitu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya.

1
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu
permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas
enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati
secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi
menjadi dua macam yaitu antibiotik dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh microorganisme tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat
pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada
jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan desinfektan bekerja dalam menghambat
atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat
gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba tersebut tidak
hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi
mikroba yang digunakan.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh antimikroba terhadap aktivitas mikroba gram positif


dan negative
2. Mengetahui pengaruh antagonism dan sinergisme antar mikroba terhadap
bakteri gram positif dan negative.

C. Manfaat

1. Praktiksn dapat mengetahui efektivitas antimikroba alami dan sintetis


dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
2. Praktikum dapat mengetahui bahan antimikroba alami dan sintetis.

2
3. Mengetahui pengaruh lama inkubasi terhadap mikroba setelah
diberikan antimikroba alami dan sintetis.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam


persyaratan pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang sama
meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri merupakan
organisme yang bersifat prokariotik dengan inti tidak berselaput. Dalam lingkungan,
bakteri ini berperan sangat penting dalam menguraikan zat-zat organik.Bakteri dalam
aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang terbagi menjadi dua
bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika serta faktor biotik yang
berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika mencakup suhu, salinitas,
tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain. Sedangkan Faktor kimia mencakup pH,
DO, amonia, bahkan antimikroba juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
bakteri (Indra. 2008).

Menurut Buckle et al. (2007), mikroorganisme tumbuh lebih baik pada bahan
pangan yang telah dimasak daripada bahan pangan mentah karena zat-zat gizi
tersedia lebih baik dan tekanan persaingan dari mikroorganisme lain telah dikurangi.

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.

Zat antimikroba atau antibakteri adalah senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat
membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (microbiostatic) (Agus, 2012). Cara kerja zat-zat kimia dalam
menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa
diantaranya adalah mendenaturasi protein, merusak membran, mengganggu sintesis
protein serta menghambat pembentukan dinding sel.

4
Menurut Sudiarto (2008), Bahan pengawet atau disebut juga senyawa
antimikroba pada pangan dibedakan atas tiga golongan berdasarkan sumbernya,
yaitu:

Senyawa antimikroba yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan


misalnya asam pada buah-buahan dan beberapa senyawa pada rempah-
rempah.
Bahan pengawet yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan pangan atau
pangan olahan, misalnya: Nitrit untuk menghambat bakteri pada kornet sapi
dan sosis, Garam natrium klorida untuk menghambat mikroba pada ikan asin.
Asam benzoat untuk menghambat kapang dan khamir pada selai dan sari
buah. Asam cuka (asam asetat) untuk mengahambat mikroba pada asinan.
Asam propinoat untuk menghambat kapang pada roti dan keju. Sulfit untuk
menghambat kapang dan khamir pada buah-buahan kering dan anggur.
Senyawa antimikroba yang terbentuk oleh mikroba selama proses fermentasi
pangan. Asam laktat, hidrogen peroksida (H2O2) dan bakteriosin adalah
senyawa yang dibentuk oleh bakteri asam laktat selama pembuatan produk
susu fermentasi seperti yoghurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain, serta
dalam pembuatan pikels dari sayur-sayuran seperti sayur asin.

Menurut Akiyama (2007) anti bakteri adalah senyawa-senyawa kimia alami


kadar rendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu bahan anti
bakteri adalah antibiotik. Antimikroba dapat berupa senyawa kimia sintetik atau
produk alami. Anti mikroba sintetik dapat dihasilkan dengan membuat suatu senyawa
yang sifatnya mirip dengan aslinya yang dibuat secara besar-besaran sedangkan yang
alami didapatkan langsung dari organisme yang menghasilkan senyawa tersebut
dengan melakukan proses pengekstrakan.

5
Menurut Mazni (2008), antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroba yang menyebabkan
interaksi pada manusia. Kadar mineral yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masingmasing dikenal sebagai kadar
hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
Beberapa bahan pengawet yang sering digunakan adalah:

1. Asam Benzoat atau Sodium Benzoat


Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri.
Efektivitas fungsi senyawa benzoat dapat bertambah jika produk yang dibuat
mengandung garam dan gula pasir. Penggunaan pengawet ini diperbolehkan
digunakan dalam jumlah tertentu. Pada produk makanan senyawa benzoat
hanya boleh digunakan dengan kisaran konsentrasi 400-1000 mg/kg bahan
(Direja, 2007).

2. Asam Sitrat

Asam sitrat masih berdekatan dengan vitamin C dan sama-sama merupakan


pengawet alami yang baik. Kandungan asam di dalamnya berfungsi mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam sitrat dinyatakan aman pada 99.9% populasi.
Ada sebagian kecil yang alergi dengan asam sitrat, tetapi kondisi ini sangat jarang
dan hampir tidak ada sama sekali (Utomo, 2010).

3. Asam Asetat dan Asam Laktat

Merupakan adalah asam organik yang aman digunakan sebagai preservatif


makanan. Selain itu berdasarkan penelitian, asam organik adalah substansi
antimikrobial yang digunakan dalam pangan dan oleh FDA telah diakui aman
digunakan sebagai preservatif bahan makanan. Dengan penambahan
preservatif diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dan mencegah
kerusakan pada bahan pangan (Andriani, 2007).

6
Selain itu terdapat juga zat antimikroba alami seperti:

1. Bawang Putih

Bawang putih (Allium sativum) telah diketahui sejak lama dapat digunakan
sebagai bumbu masakan dan pengobatan. Zat bioaktif yang berperan sebagai
antibakteri dalam bawang putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil)
dengan kandungan sulfur. Komponen bioaktif lainnya adalah dialildisulfida,
dan dialiltrisulfida yang juga memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas
antibakteri bawang putih dapat mengendalikan bakteri-bakteri patogen, baik
Gram negatif maupun positif (Durairaj et al., 2009).
2. Ekstrak kencur dalam etanol mempunyai daya antimikroba terhadap salahsatu
jamur kulit. Senyawa yang terkandung dalam rimpang kencur antara lain
etilsinamat, etil p-metoksi sinamat, p-metoksi tiren, kamfen, dan borneol. Dan
etil p-metoksi sinamat merupakan komponen utama yang mudah untuk
diisolasi dandimurnikan (Gholib, D. 2009).

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah dalam suku temu-
temuan (Zingiberaceae), sefamili dengan temu-temuan lainnya seperti temulawak
(Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa)kunyit (Curcuma
domestica), kencur (Kaempferia galanga),lengkuas (Langgalanga), dan lain-lain
yang telah digunakan secara luas di dunia baik sebagai bumbu dapur maupun sebagai
obat. Ada tiga jenis varian jahe di Indonesia, yaitu jahe gajah (Zingiber officinale var
officinarum), jahe emprit (Zingiber officinale var amarum), dan jahe merah (Zingiber
officinalevar rubrum) (Guenther,2006.)

Penyusun utama dari oleoresin jahe adalah senyawa turunan fenol seperti
gingerol dan shogaol yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri.
Hasil penelitian Purwani dan Muwakidah (2008) menunjukkan bahwa
berbagai bahan alami yaitu laos, jahe dan kunyit yang telah diparut dan
dilumatkan pada ikan dapat mengawetkan daging dan ikan selama 24 jam
pada suhu kamar (Dwidjoseputro, D.1978). Kandungan senyawa metabolit
sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama dari golongan flavonoid, fenol,

7
terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat menghambat pertumbuhan
patogen yang merugikan kehidupan manusia, diantaranya bakteri Escherichia
coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp, Rhizopus
sp, dan Penicillium sp (Nursal, 2007).

8
III. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum adalah:

Cawan petri steril


Pipet mikro
Kertas saring Whatman (cakram)

B. Bahan yang digunakan adalah:

Medium NA
E. Coli
Staphiloccus
Bawang putih
Kencur
Jahe
Natrium benzoate 0,1%
Asam asetat 0,1 %
Asam sitrat 0,1 %
akuades

9
Prosedur Kerja

1. Penggunaan kertas cakram

Dicelupkan kertas cakram kedalam larutan pengawet selama 10 menit

Dikeringkan dengan dianginkan

Dimasukan kedalam cawan petri yang telah diisi medium

Medium diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang dan posisi cawan terbalik

Diamati zona bening

DIlakukan pengukuran penghambatan antimikroba terhadap bakteri

Dilakukan 2 kali pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam

10
2. Penggunaan double kertas cakram

Dicelupkan kertas cakram 1 kedalam larutan pengawet A selama 10 menit

Dikeringkan dengan dianginkan

Dimasukan kedalam cawan petri yang telah diisi medium

Dicelupkan kertas cakram 2 kedalam larutan pengawet B selama 10 menit

Dikeringkan dengan dianginkan

Dimasukan kedalam cawan petri steril yang telah diisi medium (Diletakan dalam kertas cakram 1)

Medium diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang dan posisi cawan terbalik

Diamati zona bening

Dilakukan pengukuran penghambatan antimikroba terhadap bakteri

Dilakukan 2 kali pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam

11
IV. HASIL

1. Anti Mikroba Alami

Tabel 1. Anti mikroba alami

Waktu Antimikroba Pengukuran Zona Bening


Pengam
Bakteri I II III Rata-
atan
rata

24 jam E.Coli Bawang putih 0,2 0,2 0,2 0,2

Jahe 0 0,1 0,0 0,05


5

Kencur 0,3 0,2 0,2 0,23

Kontrol 0 0 0 0

Staphylococc Bawang putih 0 0 0,0 0,016


us Aureus 5

Jahe 0 0 0,0 0,016


5

Kencur 0 0,1 0,2 0,1

Kontrol 0,1 0 0 0,033

48 jam E. coli Bawang putih 0,05 0 0,1 0,05

12
Jahe 0,1 0,1 0,0 0,083
5

Kencur 0,15 0,1 0,1 0,35

Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1

Staphylococc Bawang putih 0 0 0,0 0,05


us Aureus 5

Jahe 0 0 0,0 0,05


5

Kencur 0,1 0,2 0 0,1

Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1

2. Anti Mikroba Sintetis

Tabel 2. Antimikroba sistesis

Waktu Bakteri Pengukuran zona bening


Pengamatan
Antimikroba I II III Rata-
rata

24 jam E. Coli Natrium 0,1 0,2 0,1 0,133


benzoate

13
Asam sitrat 0,1 0,01 0,1 0,07

Asam asetat 0,05 0,05 0,05 0,05

Kontrol 0 0 0 0

Natrium 0,1 0,2 0,1 0,133


benzoate

Asam sitrat 0 0 0 0
Staphylococcus
Aureus Asam asetat 0,01 0,1 0,1 0,07

Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1

E. Coli Natrium 0,01 0,01 0,01 0,01


benzoate

Asam sitrat 0,01 0,01 0,01 0,01

Asam asetat 0,1 0 0 0,033

Control 0 0 0 0
48 jam
Natrium 0,1 0,1 0,1 0,1
benzoate
Staphylococcus
Aureus Asam sitrat 0 0 0 0

Asam asetat 0,1 0,1 0 0,066

Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1

14
Tabel Pengamatan Double Kertas Cakram.

Tabel 3. Anti Mikroba Alami

Waktu Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan
Bakteri I II III Rata-rata

24 jam E. Coli Jahe 0,1 0,2 0,3 0,53

Kencur 0,5 0,5 0,3 0,43

Bawang Putih 0,6 0,3 0,6 0,5

Kontrol 0,1 0 0,2 0,1

Staphylococcus Jahe 0,5 0,4 0,5 0,46


Aureus
Kencur 0,1 0,2 0,1 0,13

Bawang putih 0,4 0,2 0,3 0,3

Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1

48 jam Jahe 0,4 0,6 0,5 0,5

Kencur 0,6 0,6 0,4 0,53

Bawang putih 0,5 1,2 1,2 0,96

Kontrol 0,4 0,1 0,1 0,2

Jahe 0,3 0,5 0 0,26

Kencur 0 0,1 0,2 0,1

Bawang putih 0,3 0,3 0,1 0,23

Kontrol 0,2 0,2 0,1 0,166

15
Tabel 4. Anti Mikroba Sintetis

Waktu Bakteri Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan
I II III Rata-rata

24 jam E. Coli Asam 0,1 0,05 0,2 0,116


benzoate

Asam asetat 0,03 0,1 0,03 0,05

Asam sitrat 0,15 0,1 0,02 0,27

Kontrol 0 0 0,1 0,03

Staphylococc Asam 0,1 0,1 0,05 0,083


us Aureus benzoate

Asam asetat 1 0,1 0,05 0,05

Asam sitrat 0 0,02 0,1 0,12

Kontrol 0,3 0,2 0,1 0,2

48 jam E. Coli Asam 0,1 0,06 0,2 0,12


benzoate

Asam asetat 0,03 0,1 0,04 0,056

Asam sitrat 0,15 0,1 0,03 0,28

Kontrol 0 0 0,1 0,03

Staphylococc Asam 0,1 0,1 0,05 0,083


us Aureus benzoate

Asam asetat 0 0,1 0,05 0,05

Asam sitrat 0 0,01 0,1 0,03

Kontrol 0,3 0,2 0,2 0,23

16
IV. PEMBAHASAN

1. Single kertas cakram.

hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada inkubasi selama 24 jam


penggunaan single kertas cakram kencur memiliki daya hambat yang tinggi
pada bakteri E. coli dan staphylococus Aureus dengan pengukuran zona
bening rata rata 0,23 cm dan 0,1 cm.

Pada inkubasi 48 jam menggunakan single kertas cakram didapatkan hasil


antimikroba kencur memiliki daya hambat yang besar juga pada E. Coli dan
staphylococcus Aureus yaitu nilai rata rata pengukuran nya adalah 0,35 cm
dan 0,1 cm. Namun, pada peerlakuan 48 Jam pada staphylococcus Aureus
perlakuan kontrol juga memeliki nilai rata-rata pengukuran yang sama juga
yakni 0,1cm.

2. Anti mikroba sintesis


Hasil pengukuran zona bening pada bakteri E.Coli pada inkubasi 24 jam
dengan antimikroba Asam sitrat memiliki rata-rata zona bening paling tinggi
yaitu 0,27 cm, sedangkan antimikroba yang rata-rata zona bening paling rendah
adalah perlakuan kontrol yaitu 0,03 cm. Pada bakteri staphylococcus Aureus
perlakuan kontrol memiliki nilai rata-rata zona bening tertinggi yaitu 0,2 cm,
sedangkan anti bakteri yang memiki nilai zona bening paling rendah adalah
asam asetat yaitu 0,05 cm.
Sedangkan nilai pengukuran rata-rata zona bening bakteri E.Coli pada inkubasi
selama 48 Jam, antimikroba Asam Sitrat memiliki nilai zona bening paling
tinggi yaitu 0,28 cm. Sedangkan pada perlakuan kontrol memiliki nilai zona
bening paling sedikit yaitu 0,03. Pada bakteri staphylococcus Aureus,pada

17
perlakuan kontrol nilai rata-rata zona beningnya lebih tinggi sebanyak 0,23 cm,
sedangkan asam sitrat nilai zona beningnya paling rendah 0,03 cm .

3. pengukuran zona bening double kertas cakram

Nilai pengukuran zona bening double kertas cakram dengan waktu inkubasi
24 jam di dapatkan hasil bahwa bakteri E. Coli memiliki nilai rata rata
pengukuran zona bening yang tertinggi pada antimikroba jahe yaitu 0,53 cm
dan juga pada staphylococus Aureus antimikroba jahe juga memiliki rata-rata
zona bening tertinggi yakni 0,46 cm. Sedangkan nilai pengukuran rata-rata
zona bening terendah E.Coli dan staphylococus Aureus terdapat pada
perlakuan kontrol yakni 0,1 cm. Nilai pengukuran zona bening doble kertas
cakram dengan waktu inkubasi 48 Jam didapatkan hasil bahwa bakteri E.Coli
pada antimikroba bawang putih memiliki zona bening teringgi yakni 0,96 Cm
dan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol yakni 0,2 cm. Sedangkan
Pada bakteri staphylococcus Aureus pada perlakuan kontrol memiliki rata-rata
zona bening tertinggi dari semua antimikroba dengan nilai 0,166 cm.
Sedangkan kencur memilliki rata-rata zona bening terendah denagan nilai 0,1
cm.

4. Antimikroba sintesis
Pada pengujian E.Coli dengan waktu 24 jam anti mikroba Na.B memiliki nilai
beningnya tertinggi yaitu 0,133 cm. Sedangkan perakuan kontrol tidak
terdapat nilai bening. Pada bakteri staphylococus Aureus Na.B memiliki nilai
zona bening tertinggi juga yakni 0,133 cm, dan yang paling rendah yaitu pada
antimikroba asam sitrat karna tidak ada zona bening.
Pada pengujian bakteri E.Coli dengan waktu 48 jam antimikroba asam asetat
memiliki nilai tertinggi yakni 0,033 cm, sedangkan yang paling rendah zona
beningnya adalah perlakuan kontrol. Sedangkan pada bakteri staphylococus
Aureus Na.B dan perlakuan kontrol memiliki nilai zona bening yang sama

18
yaitu 0,1 cm,sedangkan yang paling rendah yaitu antimikroba asam sitrat
karnah jumlah zona beningnya tidak ada.

Aktivitas senyawa etil pmetoksi sinamat pada rimpang kencur menunjukkan


bahwa senyawa tersebut tidak mempunyai aktivitas sebagai antijamur (Nugraha,
2012).

Ekstrak segar rimpang jahe-jahean mampu menghambat pertumbuhan mikroba


uji dengan bervariasinya rata-rata diameter daerah bebas mikroba yang terbentuk. Hal
ini disebabkan karena ekstrak segar rimpang jahe-jahean mengandung senyawa anti-
mikroba (Sari, 2013).

Mekanisme penghambatan antimikroba pada asam asetat dan asam sitrat adalah
terhadap nilai pKa nya yang tinggi merupakan asam yang tidak terdisosiasi (golongan
asam lemah).

Menurut Durairaj et al. (2009) terdapat zat bioaktif yang berperan sebagai
antibakteri dalam bawang putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil) dengan
kandungan sulfur. Komponen bioaktif lainnya adalah dialildisulfida, dan
dialiltrisulfida yang juga memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri bawang
putih dapat mengendalikan bakteri-bakteri patogen, baik Gram negatif maupun
positif.

19
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba
terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya.
2. Antimkiroba alami lebih berpengaruh dalam mempengaruhi pertumbuhan mikroba
dibanding antimikroba sintetis.
3. Interaksi sinergis antimikroba terjadi karena saling melengkapinya komponen
antimikroba sehingga penghambatan mikroba semakin baik. Namun pada praktikum
ini tidak terlihat bahwa interaksi sinergisme mempengaruhi aktivitasnya mikroba

B. Saran

Untuk praktikum kedepan ya disarankan agar praktikan lebih teliti dan hati-hati
dalam mengukur zona bening dan dalam melalukan setiap acara praktikum yang ada..

20
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Darmono, dan Widya Kurniawati. 2009. Pengaruh asam asetat dan asam
laktat sebagai antibakteri terhadap bakteri Salmonella sp. yang di isolasi dari
karkas ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Universitas Pancasila Jakarta.

Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2007. Antibacterial Action Of Several Tennis Agains


Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.

Ankri S, Mirelman D. Antimicrobial properties of alicin from garlic. Journal of


Pharmaceutical Research and Opinion. 2011;4(1):129-34.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 2007. Ilmu Pangan.


UI Press. Jakarta.

Buchanan, R. E. And Gibson, E.E., 1974. Bergeys manual of determinative of


bacteriology, 8th edition, william and wilkins, baltimore USA.

Direja., Eva H. 2007. Kajian aktivitas antimikroba ekstrak jintan hitam (Nigella
sativa L.) terhadap bakteri patogen dan perusak pangan. [skripsi] Institut Pertanian
Bogor

Durairaj, S., S. Srinivasan and P. Lakshmanaperumalsamy. 2009. In Vitro


Antibacterial Activity and Stability of Garlic Extract at Different pH and
Temperature. Elec. J. Biol. 5: 5-10.

Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Jakarta.

Gholib, D. 2009. Daya hambat ekstrak kencur terhadap Trychophyton


mentgrophytes dan Cryptococcus neoformans jamur penyebab penyakit kurap pada
kulit dan penyakit paru . Bull. Litro. Vol.20 No.1, 59-67.

Guenther, E.1987. Minyak Atsiri. Jakarta: penerbit UI.

21
Indra. 2008.Mikrobiologi dan Parasitologi I. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.Istianto, T. 2008. Efektivitas Antimikroba Kecombrang (Nicolaia
speciosa Horan): Pengaruh Bagian-bagian Tanaman Kecombrang Terhadap
Bakteri Pathogen Pangan dan Fungi Salak. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Nugraha, Septian Alif, Kusoro Siadi, dan Sudarmin. 2013. Uji antimikroba etil
p-Metoksi sinamat dari rimpang kencur terhadap Bacillus substilis. Indonesian
journal of chemical science. Universitas Negeri Semarang.

Nursal, W., Sri dan Wilda S. 2007. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli
dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis 2(2): 64-66

Purwaningsih E. Manfaat bawang putih. Yogyakarta: Penerbit Exact Ganeca; 2007.

Sari, Kartika Indah Permata, Periadnadi dan Nasril Nasir. 2013. Uji
Antimikroba Ekstrak Segar Jahe-Jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Jurnal Biologi Universitas Andalas
Padang (J. Bio. UA.) 2(1) Maret 2013 : 20-24 (ISSN : 2303-2162)

Sudiarto, Fadil. Mikrobiologi Pangan. E-books Google.


http://books.google.co.id/books/about/Mikrobiologi_Pangan.html?hl=id&id=lmzKm
C86v7wC diakses pada 13 Desember 2017

Wulandari, D., L, Sulistyowati dan A, Muhibuddin. 2014. Keanekaragaman Jamur


Endofit pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dan
Kemampuan Antagonisnya 42 terhadap Phyptopthora infestans. Jurnal HPT
Vol 2 no 1. ISSN:2338-4336.

Purwaningsih E. Manfaat bawang putih. Yogyakarta: Penerbit Exact Ganeca; 2007.

22
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1 Pembuatan medium

2 Pembuatan medium

3 Proses pembuatan medium

4 Disiapkan cawan petri steril,


kertas cakram, antimikroba
alami (Bawang
putih,kencur,jahe)

5 Dimasukan kertas cakram yang

23
sudah dicelupkan kedalam
cawan yang sudah steril.

Dimasukan kertas cakram yang


sudah dicelupkan kedalam
6 cawan petri steril.

7 Dimasukan kertas cakram yang


sudah dicelupkan kedalam cawan
petri steril

8 Masing-masing kertas cakram


telah dimasukan kedalam cawan
petri

9 Masing-masing cawan petri


dibungkus dengan plastik dan
dimasukan kedalam incubator.

10 Cawan petri diberi garis untuk


penempatan empat kertas
cakram.

24
25

Anda mungkin juga menyukai