KEDOKTERAN
DISUSUN OLEH :
NIM
MODUL :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hanya dengan rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih saya kepada seluruh pihak yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing
modul ………...
Tujuan pembuatan makalah ini adalah tak lain untuk memenuhi
tugas mata kuliah modul ……... Makalah ini membahas tentang “Peran
Model Hewan Coba Dalam Penelitian Kedokteran”.
Dengan adanya makalah ini tentunya diharapkan dapat
mempermudah kami dalam mengetahui, memahami lebih jauh mengenai
etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat
yang seluas-luasnya untuk media pembelajaran. Makalah ini juga
tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Mohon maaf atas segala
kekurangan. Segala saran tentunya akan sangat saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui karakteristik hewan percobaan mencit, tikus,
marmut, dan kelinci
b. Untuk mengetahui cara penanganan dan perawatan hewan
percobaan
c. Untuk mengetahui sifat fisiologis dan anatomi hewan percobaan
d. Untuk mengetahui teknik pemberian obat pada hewan percobaan
1.4 Manfaat
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan dan refrensi mengenai penggunaan
hewan coba dalam penelitian
b. Bagi Lulusan Dokter
Memberikan gambaran mengenai penelitian, terutama dalam
proses penelitian hewan coba sebagai subjek penelitian
c. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi salah satu tambahan acuan dalam kaidah ilmiah dan etis
penelitian menggunakan hewan coba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Mencit(4,5,6)
Kingdom : Animalia
Fillium : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Upafamili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Masa pubertas : 4 – 5 hari (poliestrus)
Masa beranak : 7 – 18 bulan
Masa hamil : 19 – 21 hari
Jumlah sekali lahir : 10 – 12 ekor
Masa hidup : 1,5 – 3,0 tahun
Masa tumbuh : 50 hari
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 6 – 10 kali kelahiran
Suhu tubuh : 36,5 -38,0 0 C
Laju respirasi : 163 x / mn
Tekanan darah : 113-147/81-106 mm Hg
Volume darah : 76 – 80 mg/kg
Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm
b. Tikus(4,5,6)
Kingdom : Animalia
Filu : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Superfamili : Muroidea
Famili : Muridae
Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Lama Bunting : 20-22 hari.
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
Umur disapih : 21 hari.
Umur dewasa : 40-60 hari.
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina).
Siklus kelamin : Poliestrus.
Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari.
Lama estrus : 9-20 jam.
Perkawinan : Pada waktu estrus.
Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
Jumlah anak : Rata-rata 9-20.
Puting susu : 12 puting, 3 pasang didaerah dada dan
3 pasang di daerah perut.
Susu : Air 73 %, lemak 14-16 %, protein 9-10
%,Gula 2-3 %.
Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan.
c. Kelinci(4,5,6)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Genus : Orycrolagus
Species : Oryctolagus cuniculus
Masa hidup : 5 - 10 tahun
Masa produksi : 1 - 3 tahun
Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
Masa penyapihan : 6-8 minggu
Umur dewasa : 4-10 bulan
Umur dikawinkan : 6-12 bulan
Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun bisa 5 kali
bunting
Siklus berahi : Sekitar 2 minggu
Periode estrus : 11 - 15 hari
Ovulasi : Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam
kemudian)
Fertilitas : 1 - 2 jam sesudah kawin
Jumlah kelahiran : 4- 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
Volume darah : 40 ml/kg berat badan
Bobot dewasa : Sangat bervariasi, tergantung pada
ras, jenis kelamin, dan faktor
pemeliharaan
d. Marmut(4,5,6)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Sciuridae
Upafamili : Xerinae
Bangsa : Marmotini
Genus : Marmota
Lama Hidup : 8 tahun atau lebih
Lama Produksi Ekonomis : 1-2 tahun
Lama Hamil : 55-75 hari, rata-rata 68 hari
kimpoi sesudah beranak : 6-20 Jam
Umur Disapih : 14-21 hari
Umur dewasa : 55-70 hari
Masa kimpoi : Setelah berat mencapai 400 g(jantan
dan betina)
Siklus Kelamin : Poliestrus
Siklus Etrus(Birahi) : 16-19 hari
Periode Etrus : 6-11 jam
Perkimpoian : Pada waktu estrus
Ovulasi : rata-rata 10 jam sesudah timbul estrus,
spontan
Fertilisasi : 1-15 jam sesudah kimpoi
Berat dewasa :600-1000 gram(Jantan); 600-800
gram(Betina)
Berat Lahir : 75-100 gram(tergantung jumlah anak)
Jumlah anak : rata-rata 4 maksimal 8
Perkimpoian Kelompok : 20 Ekor betina dengan satu ekor jantan
Aktivitas : Krespuskular (Senja dan Subuh)
Kecepatan Tumbuh : 6,4-6,6 gram per hari
Tikus
Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi
sigap, karena kadang-kadang memberontak. Kelinci
diperlakukan dengan cara memegang kulit lehernya dengan
tangan kiri, kemudian pantatnya diangkat dengan tangan kanan
dan didekapkan ke dekat tubuh. (4,5,6)
Marmot
Cara memegang marmut, adalah dengan memegang
di sekitar dada dari atas dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan
di belakang kaki depan. Sisi lain tangan harus ditempatkan di
bawah bagian belakang untuk mendukung badan marmut.
Kesalahan dalam cara memegang marmut dan kealpaan dalam
menahan tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan cedera
pada marmut serta luka-luka pada operator karena garukan
kuku marmut. (4,5,6)
1. Dibuat dari bahan yang kuat, tidak ada bagian yang tajam.
2) Mencit
Anatomi dan Fisiologi :
Dewasa berat badan: 25 - 40 g (betina); 20-40 g (pria)
Life span: 1.5 - 3 tahun
Pernapasan rate: 94-163 napas / menit
Denyut jantung: 325-780 denyut / menit
Dubur rata-rata suhu normal: 99,5 ° F
Rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi
seri-berakar dan tumbuh terus menerus. Tikus akan
menggigit dengan gigi seri tajam jika mishandled. (4,5,6)
3) Tikus
Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung
hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar
dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya
memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki
sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah
cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup
erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat
badanya. Banyak bentuk-bentuk domestik tikus telah
dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi
hitam dan dangan bintik-bintik. (4,5,6)
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan atau
kelenjar-kelenjar yang berhubungan, fungsinya untuk :
a). Ingesti dan Digesti makanan.
b). Absorbsi sari makanan.
c). Eliminasi sisa makanan.
Langkah-langkah pproses pencernaan makanan :
1) Pencernaan di mulut dan di rongga mulut,makanan di giling
menjadi kecil-kecil oleh gigi dan di basahi oleh saliva.
2) Disalurkan melalui foring dan asophogus.
3) Pencernaan di lambung dan di usus halus. Dalam usus halus
diubah menjadi asm-asam amino, monosakarida, gliserida, dan
unsur-unsur dasar yang lain.
4) Absorsi air dlam usus besar akibatnya, isi yang tidak dicerna
Menjadi setengah padat (feses).
5) Feces dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada)
Kemudian ke anus. (4,5,6)
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi mamalia hampir sam dengan
manusia, tetapi sedikit berbeda yang di sebabkan oleh liingkun
tempat tinggalnya. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di
lindungi oleh struktur selangka dan di selaputi karung di dinding
dikenal sebagai pelura. Bernafas kebanyakan dilakukan olh
diagfragama paru-paru berada mengembang. Sangkar
selangka juga boleh menguncup sedikit ini menyebabkan udara
tertarik ke dalam keluar paru-paru melalui frakhea dan broknial
tubes yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu
karung kecil di kapilari yang penuhi darah. disini oksigen
meresap banyak masuk kedalam darah, dimana akan di angkut
oleh hemoglobin. (4,5,6)
Sistem Reproduksi(4,5,6)
a). Tahap pembentukan spematozoa di bagi atas 3 tahap yaitu :
1. Spermatogenesis.
Merupakan tahap spermatogenea yang mengalami mitosis
berkali-kali yang akan menjadi spermatosot primer.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n)
pada inti sel nya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit
akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit skunder.
2. Tahapan meiosis
Spermatosid primer, menjauh dari lamina basalis,
sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis 1,
yang kemudian diikuti dengan meiosis 2.
3. Tahapan spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa
yang memiliki 4 fase yaitu fase golgi, fase tulup, fase
akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat
spermatozoa masuk.
4) Marmut
Kepekatan
larutan
Hewan dan Dosis Rute
percobaan Anastetik pelarut pemberian
2% dalam
NaCl
fisiologis
10-25% Inhalasi
dalam 300 mg/kg i.p
Eter kloralose uretan NaCl 1-1,25 g/kg i.p
40-60 mg/kg
(kerja
singkat)
80-100
mg/kg
Nembutal 65 mg/ml (kerja lama) i.p
4,5-6%
dalam
NaCl 45-60 mg/kg i.p
Pentobarbital fisiologis 35 mg/kg i.v
7,5%
dalam
NaCl
fisiologis
4,7%
Mencit dalam 75 mg/kg i.p
Dan tikus Na heksobarbital NaCl 47 mg/kg i.v
Kelinci Eter 1% dalam 100 mg/kg Inhalasi
NaCl
fisiologi
(kloralose+nembutal) 65 mg/ml i.v
19 g/kg
10% dalam
NaCl 22 mg/kg
Uretan fisiologis (kerja lama) i.p/i.v
5% dalam 11 mg/kg
NaCl (kerja
Pentobarbital fisiologis singkat) i.v
10-20 mg/kg
(menurut
5% dalam jangka waktu
Pentotal air suling kerja) i.v
5% dalam
Morfin air suling 100 mg/kg s.c
10% dalam
Eter NaCl
Kloroform fisiologis Inhalasi
Uretan hangat Inhalasi
2% dalam 19 g/kg i.p
NaCl
fisiologis
Kloralose
Pentobarbital Seperti 150 mg/kg i.p
Marmut Nembutal pada tikus 28 mg/kg
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 KESIMPULAN
Pengajuan kaji etik di tingkat institusi menjadi syarat sebelum
melakukan penelitian menggunakan hewan coba.
Poin-poin yang merupakan aplikasi dari prinsip 3R harus
terkandung dalam formulir pengajuan etik tersebut.
Institusi sepatutnya menyelenggarakan lokakarya/seminar/
pelatihan penggunaan hewan coba dalam penelitian guna
meningkatkan pengetahuan para peneliti tentang hewan coba.
(6,7)
4.2 SARAN
Di Indonesia, hewan coba masih digunakan dalam jumlah
besar di berbagai lembaga untuk berbagai keperluan. Sayangnya,
belum ada laporan spesifik mengenai penggunaan hewan coba di
Indonesia. Etik penggunaan hewan coba masih belum diterapkan
sepenuhnya sehingga hewan coba tidak terjamin
kesejahteraannya.Pengetahuan dan kesadaran tentang etik
penggunaan hewan coba masih belum banyak dipahami oleh para
peneliti.Buku suplemen pedoman nasional etik penggunaan hewan
percobaan yang diterbitkan Komisi Nasional Etik Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI merupakan langkah untuk
pembinaan dan pendidikan peneliti kesehatan dalam penggunaan
hewan coba yang secara etis dapat dipertanggungjawabkan.
Diharapkan nantinya Indonesia dapat meniru langkah negara maju
seperti Uni Eropa yang memperhatikan etika penggunaan hewan
coba, sehingga hewan coba terjamin kesejahteraannya. (6,7,10,13)
DAFTAR PUSTAKA