dengan metode kontak bertujuan untuk melihat potensi desinfektan dari sediaan
uji dengan menilai waktu yang dibutuhkan untuk suatu bahan uji dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan terhadap bahan standar. Bahan
uji yang digunakan yaitu infusa daun sirih merah10% dan 20% dan standar
alkohol.
Cara senyawa kimia membasmi mikroba yaitu dengan cara merusak lipid
pada membran sel bakteri sehingga dapat menyebabkan kebocoran sel,
menghambat enzim yang mensintesis asam lemak sehingga pada saat asam lemak
dinganggu akan mengganggu metabolisme bakteri sehingga menghambat sintesis
protein, denaturasi protein (pemecahan struktur protein), dan mengubah susunan
DNA. Jika DNA diganggu, maka metabolisme dalam tubuh akan kacau.
Bakteri yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bakteri S.aureus
dan bakteri E.coli. Digunakannya bakteri tersebut karena kedua bakteri tersebut
ada di dalam tubuh manusia yang apabila jumlahnya terlalu banyak akan
menyebabkan penyakit. Digunakannya bakteri yang berbeda untuk melihat
efektivitas pada bakteri gram negatif dan positif dimana s.aureus adalah bakteri
gram positif dan E.coli adalah bakteri gram negatif
Bahan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah infusa daun sirih
merah dan digunakan standar alkohol sebagai antiseptik dan karbol sebagai
desinfektan. Digunakannya daun sirih karena terdapat bahan antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri yaitu: kavikol, kavibetol, tanin,
eugenol, karvakrol, kariofilen, dan asam askorbat.
Dengan teknik steril pada waktu 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 detik,
dimasukkan lidi kapas steril dari setiap tabung berisi alkohol kemudian dioleskan
kepermukaan agar dalam cawan petri sesuai dengan label nama. Diinkubasi
seluruh biakan dalam cawan petri pada suhu 37C selama 18-24 jam. Diinkubasi
pada suhu 37C, karena umumnya bakteri patogen tumbuh dalam suhu 37 oC yang
merupakan suhu optimumnya, sesuai dengan suhu tubuh manusia. Inkubasi
dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri dimungkinkan telah
berada pada fase logaritmik atau eksponensial, pada fase tersebut bakteri
melakukan pembelahan secara konstan dan jumlah sel meningkat
(Dwidjoseputro,1994). Kemudian dilakukan pengamatan dilihat dari ada atau
tidaknya pertumbuhan bakteri.
Alkohol 70% memiliki sifat antimikroba yang lebih luas dan diakui secara
umum sebagai agen desinfektan yang efektif. Konsentrasi 70% dianggap ideal
karena kandungan air yang cukup membantu mempercepat penetrasi alkohol ke
dalam sel bakteri, sementara etanol berfungsi untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri.
Hasil uji alkohol untuk kelompok 6E, didapatkan hasil (-) pada t45 dan t90
yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada t15, t30,
t60, dan t75 didapatkan hasil (+), hal ini terjadi karena kemungkinan terdapat
kontaminan yang disebabkan oleh kerja yang kurang aseptis atau peralatan yang
kurang steril.
Hasil uji infusa daun sirih hijau 10% untuk kelompok 3F, didapatkan hasil
(-) pada t30, t45 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan
pada t15, t60, t75, dan t90 didapatkan hasil (+), Infusa daun sirih hijau dengan
konsentrasi 10% dapat memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli (E. coli). Daun sirih hijau mengandung senyawa-senyawa
aktif seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri, yang memiliki potensi
antimikroba. Meskipun tidak sekuat atau seefektif agen antimikroba lainnya
seperti antibiotik atau disinfektan medis, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa infusa daun sirih hijau dengan konsentrasi yang cukup tinggi dapat
menghambat pertumbuhan E. coli. Senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih hijau
dapat mempengaruhi berbagai jalur biokimia dalam bakteri, seperti merusak
membran sel atau menghambat enzim penting.
Hasil uji infusa daun sirih hijau 20% untuk kelompok 4E, didapatkan hasil
(-) pada t15 - t45 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan pada t60 - t90 didapatkan hasil (+). Infusa daun sirih hijau dengan
konsentrasi 20% dapat memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli (E. coli). Daun sirih hijau mengandung senyawa-senyawa
aktif seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri, yang memiliki potensi
antimikroba. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi infusa daun sirih hijau
yang lebih tinggi dapat memiliki efek yang lebih kuat dalam menghambat
pertumbuhan E. coli. Senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih hijau dapat
berinteraksi dengan bakteri, merusak membran sel, menghambat aktivitas enzim
penting, dan mengganggu proses vital dalam bakteri.
Hasil uji infusa daun sirih merah 20% untuk kelompok 4F, didapatkan
hasil (-) pada t60, t75, t90 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan pada t60, t75, dan t90 didapatkan hasil (+), hal ini terjadi karena
kemungkinan terdapat kontaminan yang disebabkan oleh kerja yang kurang
aseptis atau peralatan yang kurang steril.
Infusa daun sirih hijau tidak dapat membunuh bakteri Escherichia coli (E.
coli) secara efektif. Meskipun daun sirih hijau memiliki beberapa senyawa aktif
dengan potensi antimikroba, efeknya terhadap E. coli terbatas.
E. coli adalah bakteri yang memiliki mekanisme pertahanan dan toleransi
terhadap banyak senyawa antimikroba, termasuk senyawa yang terkandung dalam
daun sirih hijau. Beberapa strain E. coli dapat memiliki resistensi terhadap
senyawa-senyawa tersebut.
Hasil uji infusa daun sirih merah 10% untuk kelompok 1D, didapatkan
hasil t15 – t90(+), hal ini terjadi karena efektivitas infusa daun sirih merah dalam
membunuh E. coli atau bakteri lainnya dapat bervariasi tergantung pada berbagai
faktor, seperti konsentrasi infusa, waktu kontak, dan kepekaan strain bakteri yang
ditargetkan. Beberapa strain E. coli mungkin memiliki mekanisme pertahanan
atau resistensi terhadap senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih merah.
Hasil uji karbol untuk kelompok 5E, didapatkan hasil(+) t15 – t90, hal ini
terjadi karena karbol (asam fenol) dapat memiliki efek penghambatan terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli (E. coli) dalam konsentrasi yang tepat.
Karbol memiliki sifat antimikroba dan telah digunakan dalam pengobatan dan
pengendalian infeksi sejak lama. Selain itu, karbol memiliki tingkat toksisitas
yang relatif tinggi dan penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Paparan
karbol yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit, saluran pernapasan, dan
bahkan keracunan sistemik.
Mekanisme kerja sterol dalam melawan bakteri yaitu dengan adanya intera
ksi sterol dengan membran sel bakteri dan dinding sel sehingga menyebabkan per
ubahan pada struktur utama dinding sel dan akhirnya terjadi degradasi pada komp
onen bakteri. Selain itu sterol juga dapat mengganggu permeabilitas dari membran
sel dari bakteri (Chakraborty, 2011).