Anda di halaman 1dari 10

Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan pengujian desinfektan

dengan metode kontak bertujuan untuk melihat potensi desinfektan dari sediaan
uji dengan menilai waktu yang dibutuhkan untuk suatu bahan uji dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan terhadap bahan standar. Bahan
uji yang digunakan yaitu infusa daun sirih merah10% dan 20% dan standar
alkohol.

Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan


mematikan mikrobamisalnya sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan untuk
membunuh semua mikroorganisme. Untuk menganalisa kadar desinfektan dan
antiseptik ini maka perlu diadakan uji kuantitatif untuk mengetahui daya hambat
suatu desinfektan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Uji ini selain
berdasarkan uji konsentrasi penghambatan terkecil juga dapat distandarisasi
dengan uji fenol. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah suatu uji koefisien
fenol, untuk menguji daya hambat suatu mikroba atau bakteri uji dengan
membandingkannya dengan daya hambat fenol terhadap bakteri. Fenol digunakan
sebagai standarisasi dikarenakan bakteri bersifat sensitif atau rentan terhadap
fenol, sehingga fenol efektif membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.

Metode kontak merupakan modifikasi dari koefesien fenol yaitu untuk


melihat potensi antiseptik dari sediaan uji dengan menilai waktu yang dibutuhkan
untuk suatu bahan uji dapat menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan
terhadap bahan standar. (Dwijoseputro, 1982; Somani, et al., 2011).

Disinfeksi berbeda dengan sterilisasi, meskipun tujuannya sama-sama


untuk menghilangkan patogen. Disinfeksi dilakukan untuk membunuh
mikroorganisme patogen tetapi tidak sampai menghancurkan endosporanya,
sementara sterilisasi dilakukan untuk menghancurkan endospora dan patogen
secara keseluruhan (Yoo, 2018). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Broto
dkk. (2021), bahwasanya fungsi dari desinfeksi hanya untuk mematikan sel-sel
vegetatif yang sensitif.
Menurut Setiani dkk. (2018) disinfektan yang biasa digunakan adalah
natrium hipoklorit, alkohol, bakterisida, dan fungisida. Sedangkan, menurut Sari
dkk. (2013) bahan desinfektan yang banyak digunakan dan mempunyai
efektifitas desinfeksi yang tinggi pada mikroorganisme patogen adalah
sodium hipoklorit, klorheksidin dan hidrogen peroksida. Berdasarkan uji coba
yang dilakukan oleh Setiani dkk. (2018) diperoleh bahwa jenis disinfektan
yang digunakan dan lamanya waktu perendaman memiliki pengaruh yang
berbeda pada setiap mikroorganisme target atau penurunan kontaminasi. Tetapi
berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh Sari dkk. (2013) penggunaan larutan
desinfektan yang berbeda tidak memiliki pengaruh dan perbedaan bermakna,
karena penggunaan pada tiap-tiap larutan memiliki hasil rata-rata yang relatif
tidak jauh berbeda.

Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk


membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang
hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda
dengan antibiotik dan disinfektan, karena antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, sedangkan, disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih
aman diaplikasikan pada jaringan hidup daripada disinfektan. Namun, antiseptik
yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialih fungsikan
menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai
antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan
ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.

Antiseptik dan desinfektan sama-sama senyawa kimia untuk membasmi


senyawa mikroba. Antiseptik digunakan dijaringan makhluk hidup. Sifatnya
bakteriostatif yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Contohnya
desinfektan, sabun, handsanitaizer. Sedangkan desinfektan digunakan
dipermukaan benda mati. Sifatnua bakteriosid yaitu dapat membunuh bakteri.
Contohnya karbol, pembersih toilet, pemutih, dan kaporit. Karena kandungan
kimianya tinggi, desinfektan dapat menyebabkan iritasi pada kulit sehingga
digunakan untuk benda mati saja.

Penggunaan antiseptik biasanya digunakan untuk untuk mencegah


penyebaran infeksi berbahaya. Senyawa kimia digunakan pada kulit atau
membran mukosa. Syarat yang haru dipenuhi adalah memiliki kemampuan
antimikroba, tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit dengan cara destruksi atau
inhibisi mikroorganisme pada jaringan hidup.

Cara senyawa kimia membasmi mikroba yaitu dengan cara merusak lipid
pada membran sel bakteri sehingga dapat menyebabkan kebocoran sel,
menghambat enzim yang mensintesis asam lemak sehingga pada saat asam lemak
dinganggu akan mengganggu metabolisme bakteri sehingga menghambat sintesis
protein, denaturasi protein (pemecahan struktur protein), dan mengubah susunan
DNA. Jika DNA diganggu, maka metabolisme dalam tubuh akan kacau.

Bakteri yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bakteri S.aureus
dan bakteri E.coli. Digunakannya bakteri tersebut karena kedua bakteri tersebut
ada di dalam tubuh manusia yang apabila jumlahnya terlalu banyak akan
menyebabkan penyakit. Digunakannya bakteri yang berbeda untuk melihat
efektivitas pada bakteri gram negatif dan positif dimana s.aureus adalah bakteri
gram positif dan E.coli adalah bakteri gram negatif

Bahan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah infusa daun sirih
merah dan digunakan standar alkohol sebagai antiseptik dan karbol sebagai
desinfektan. Digunakannya daun sirih karena terdapat bahan antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri yaitu: kavikol, kavibetol, tanin,
eugenol, karvakrol, kariofilen, dan asam askorbat.

Pemanfaatan sirih dalam pengobatan tradisional ini disebabkan adanya


sejumlah zat kimia atau bahan alami yang mempunyai aktivitas sebagai senyawa
antimikroba. Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan
kandungannya dipengaruhi oleh umur dan jenis daun. Menurut Jenn dan Chou
(1997), dalam daun sirih terdapat eugenol dan hidroksikavikol yang mempunyai
aktivitas antimikroba sedangkan menurut Duke (2002), dalam daun sirih
ditemukan adanya bahan kimia yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu:
kavikol, kavibetol, tanin, eugenol, karvakrol, kariofilen dan asam askorbat. Selain
hidroksikavikol, ekstrak daun sirih mengandung dan asam- asam lemak seperti
asam stearat dan palmitat yang mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri
S. mutans. Pada penelitian-penelitian tersebut digunakan daun sirih secara umum
tanpa disebutkan spesifikasi jenis daunnya. Sementara itu penelitian Sukarminah
(1997) menunjukkan adanya indikasi bahwa jenis daun mempengaruhi tingkat
aktivitas antimikroba. Sirih hitam diketahui memiliki aktivitas antimikroba paling
kuat, kemudian diikuti oleh sirih hijau, sirih kuning dan sirih merah.

Sebelum melakukan percobaan, dilakukan proses sterilisasi pada alat-alat


dan media yang akan digunakan dengan menggunakan autoklaf. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroorganisme lain yang menggangu
hasil pengamatan. Semua pekerjaan dilakukan dengan teknik aseptis untuk mence
gah terjadinya kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen.

Langkah-langkah untuk kerja aseptis adalah pertama-tama semprot meja


menggunakan alkohol 70% kemudian di lap hingga kering. Penggunaan alkohol
pada konsenrasi 70% lebih efektif digunakan karena tidak membunuh semua
mikroorganisme (tidak langsung mendenaturasi bakteri) tetapi hanya mengurangi
mikroorganisme sampai tingkat level tertentu. Selanjutnya dinyalakan dua api
bunsen untuk meminimalkan kontaminasi serta melindungi praktikan dari
mikroorganisme patogen maupun non patogen karena panas dari api bunsen dapat
membunuh mikroba.

Setelah dalam keadaan steril dan aseptis dilakukan uji desinfektan


mikroba. Pertama disiapkan 6 tabung reaksi dan diberi label waktu (t15, t30, t45,
t60, t75, t90). Kemudian disiapkan media agar sebanyak 15 ml dalam cawan petri
sebanyak 2 buah dan diberi tanda membentuk huruf Y dan diberi label waktu (t15,
t30, t45, t60, t75, t90) . Perbedaan label tersebut diperuntukan supaya waktu
senyawa bertemu dengan bakteri tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar,
apabila terlalu lama akan menyebabkan toksik.
Dimasukan alkohol sebanyak 5 ml kedalam 6 tabung reaksi yang sudah
diberi label, lalu tambahkan 1 tetes biakan bakteri pada masing – masing tabung
reaksi dan dikocok hingga tercampur rata. Setiap memasukan media atau suspensi
bakteri pengerjaan harus dilakukan secepat mungkin dan setiap membuka penutup
alat harus diflambir terlebih dahulu untuk menjaga kesterilan dan menghindari
kontaminan mikroorganisme yang lain. Dilakukan pengocokan saat setelah
dimasukan bakteri agar sampel uji dan suspensi bakteri homogen.

Dengan teknik steril pada waktu 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 detik,
dimasukkan lidi kapas steril dari setiap tabung berisi alkohol kemudian dioleskan
kepermukaan agar dalam cawan petri sesuai dengan label nama. Diinkubasi
seluruh biakan dalam cawan petri pada suhu 37C selama 18-24 jam. Diinkubasi
pada suhu 37C, karena umumnya bakteri patogen tumbuh dalam suhu 37 oC yang
merupakan suhu optimumnya, sesuai dengan suhu tubuh manusia. Inkubasi
dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut bakteri dimungkinkan telah
berada pada fase logaritmik atau eksponensial, pada fase tersebut bakteri
melakukan pembelahan secara konstan dan jumlah sel meningkat
(Dwidjoseputro,1994). Kemudian dilakukan pengamatan dilihat dari ada atau
tidaknya pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bakteri Staphylococcus aureus set


elah proses inkubasi selama 18-24 jam diperoleh data, pada larutan uji yaitu infusa
daun sirih merah dan merah 10% dan 20% menunjukan hasil (+) atau terdapat pert
umbuhan mikroba pada waktu 15,30,45,60,75, dan 90 dan pada larutan standar
yaitu karbol dan alkohol 70% menunjukkan hasil yang sama yaitu terdapat
pertumbuhan bakteri pada seluruh waktu kontaknya. Hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan terdapat kontaminan yang disebabkan karena kerja yang kurang
aseptis atau peralatan yang kurang steril.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan terhadap bakteri Escherichia


coli setelah proses inkubasi selama 18-24 jam diperoleh data, pada larutan uji
infusa daun sirih merah 10%, daun sirih merah 20%, dan alkohol menunjukkan
hasil (+) atau terdapat pertumbuhan mikroba, hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan terdapat kontaminan yang disebabkan oleh kerja yang kurang
aseptis atau peralatan yang kurang steril. Dimana seharusnya hasil yang
ditunjukkan adalah tidak adanya pertumbuhan bakteri terutama pada alkohol 70%
karena, semakin tinggi konsentrasi larutan maka daya hambat bakteri semakin
tinggi.

Alkohol 70% memiliki sifat antimikroba yang lebih luas dan diakui secara
umum sebagai agen desinfektan yang efektif. Konsentrasi 70% dianggap ideal
karena kandungan air yang cukup membantu mempercepat penetrasi alkohol ke
dalam sel bakteri, sementara etanol berfungsi untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri.

Hasil uji alkohol untuk kelompok 6E, didapatkan hasil (-) pada t45 dan t90
yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada t15, t30,
t60, dan t75 didapatkan hasil (+), hal ini terjadi karena kemungkinan terdapat
kontaminan yang disebabkan oleh kerja yang kurang aseptis atau peralatan yang
kurang steril.

Alkohol memiliki sifat antimikroba yang telah lama dikenal dan


digunakan dalam pengobatan medis dan praktik sanitasi. Sifat ini terutama terkait
dengan efek dehidrasi dan kerusakan membran yang ditimbulkannya pada
mikroorganisme, termasuk bakteri. Berikut ini adalah beberapa teori dasar tentang
bagaimana alkohol mempengaruhi bakteri:

1. Denaturasi protein: Alkohol dapat mengubah struktur protein bakteri


dengan memecah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Ini
menyebabkan denaturasi protein dan kerusakan struktural yang penting
bagi kehidupan dan fungsi normal bakteri. Denaturasi protein dapat
menghambat aktivitas enzim dan fungsi seluler, serta mengganggu proses
metabolisme bakteri.

2. Dehidrasi: Alkohol bersifat higroskopis, artinya ia menarik air dari


lingkungan sekitarnya. Bakteri, seperti mikroorganisme lainnya,
membutuhkan air untuk menjalankan fungsi seluler yang esensial. Ketika
terkena alkohol, air di sekitar bakteri ditarik keluar, menyebabkan
dehidrasi dan pengeringan sel. Dehidrasi ini dapat menyebabkan
kerusakan pada membran sel dan komponen intraseluler, serta
mengganggu fungsi seluler bakteri.

3. Kerusakan membran sel: Alkohol juga dapat merusak membran sel


bakteri. Membran sel adalah lapisan yang melindungi dan
mempertahankan integritas sel. Alkohol dapat melarutkan lipid membran,
menyebabkan kebocoran dan kerusakan struktural. Akibatnya, komponen
seluler yang penting dapat bocor keluar, sementara zat-zat berbahaya dari
lingkungan dapat masuk ke dalam sel, menghambat fungsi seluler dan
mematikan bakteri.

4. Gangguan sintesis dinding sel: Alkohol juga dapat mempengaruhi sintesis


dinding sel bakteri. Dinding sel adalah struktur penting yang memberikan
dukungan dan perlindungan terhadap tekanan lingkungan eksternal.
Alkohol dapat menghambat enzim yang terlibat dalam pembentukan
dinding sel, mengganggu pembentukan dinding sel yang normal. Ini
melemahkan dinding sel bakteri dan membuat mereka rentan terhadap
tekanan osmotik, serta rentan terhadap kerusakan dan lisis.

Dalam praktek sanitasi, alkohol sering digunakan sebagai agen disinfektan


atau antiseptik untuk membersihkan permukaan, alat, atau kulit. Konsentrasi
alkohol yang umum digunakan adalah 60 hingga 90 persen, karena tingkat
konsentrasi ini terbukti efektif dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan
banyak jenis bakteri, termasuk patogen yang menyebabkan penyakit. Namun,
penting untuk diingat bahwa tidak semua jenis bakteri atau mikroorganisme
rentan terhadap alkohol, dan beberapa dapat memiliki ketahanan atau mekanisme
pertahanan tertentu yang membuat mereka lebih sulit dibasmi oleh alkohol.

Hasil uji infusa daun sirih hijau 10% untuk kelompok 3F, didapatkan hasil
(-) pada t30, t45 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan
pada t15, t60, t75, dan t90 didapatkan hasil (+), Infusa daun sirih hijau dengan
konsentrasi 10% dapat memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli (E. coli). Daun sirih hijau mengandung senyawa-senyawa
aktif seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri, yang memiliki potensi
antimikroba. Meskipun tidak sekuat atau seefektif agen antimikroba lainnya
seperti antibiotik atau disinfektan medis, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa infusa daun sirih hijau dengan konsentrasi yang cukup tinggi dapat
menghambat pertumbuhan E. coli. Senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih hijau
dapat mempengaruhi berbagai jalur biokimia dalam bakteri, seperti merusak
membran sel atau menghambat enzim penting.

Hasil uji infusa daun sirih hijau 20% untuk kelompok 4E, didapatkan hasil
(-) pada t15 - t45 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan pada t60 - t90 didapatkan hasil (+). Infusa daun sirih hijau dengan
konsentrasi 20% dapat memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli (E. coli). Daun sirih hijau mengandung senyawa-senyawa
aktif seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri, yang memiliki potensi
antimikroba. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi infusa daun sirih hijau
yang lebih tinggi dapat memiliki efek yang lebih kuat dalam menghambat
pertumbuhan E. coli. Senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih hijau dapat
berinteraksi dengan bakteri, merusak membran sel, menghambat aktivitas enzim
penting, dan mengganggu proses vital dalam bakteri.

Hasil uji infusa daun sirih merah 20% untuk kelompok 4F, didapatkan
hasil (-) pada t60, t75, t90 yang artinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan pada t60, t75, dan t90 didapatkan hasil (+), hal ini terjadi karena
kemungkinan terdapat kontaminan yang disebabkan oleh kerja yang kurang
aseptis atau peralatan yang kurang steril.

Infusa daun sirih hijau tidak dapat membunuh bakteri Escherichia coli (E.
coli) secara efektif. Meskipun daun sirih hijau memiliki beberapa senyawa aktif
dengan potensi antimikroba, efeknya terhadap E. coli terbatas.
E. coli adalah bakteri yang memiliki mekanisme pertahanan dan toleransi
terhadap banyak senyawa antimikroba, termasuk senyawa yang terkandung dalam
daun sirih hijau. Beberapa strain E. coli dapat memiliki resistensi terhadap
senyawa-senyawa tersebut.

Hasil uji infusa daun sirih merah 10% untuk kelompok 1D, didapatkan
hasil t15 – t90(+), hal ini terjadi karena efektivitas infusa daun sirih merah dalam
membunuh E. coli atau bakteri lainnya dapat bervariasi tergantung pada berbagai
faktor, seperti konsentrasi infusa, waktu kontak, dan kepekaan strain bakteri yang
ditargetkan. Beberapa strain E. coli mungkin memiliki mekanisme pertahanan
atau resistensi terhadap senyawa-senyawa aktif dalam daun sirih merah.

Hasil uji karbol untuk kelompok 5E, didapatkan hasil(+) t15 – t90, hal ini
terjadi karena karbol (asam fenol) dapat memiliki efek penghambatan terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli (E. coli) dalam konsentrasi yang tepat.
Karbol memiliki sifat antimikroba dan telah digunakan dalam pengobatan dan
pengendalian infeksi sejak lama. Selain itu, karbol memiliki tingkat toksisitas
yang relatif tinggi dan penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Paparan
karbol yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit, saluran pernapasan, dan
bahkan keracunan sistemik.

Mekanisme kerja sterol dalam melawan bakteri yaitu dengan adanya intera
ksi sterol dengan membran sel bakteri dan dinding sel sehingga menyebabkan per
ubahan pada struktur utama dinding sel dan akhirnya terjadi degradasi pada komp
onen bakteri. Selain itu sterol juga dapat mengganggu permeabilitas dari membran
sel dari bakteri (Chakraborty, 2011).

Seharusnya, Ekstrak daun sirih lebih efektif dalam menghambat


pertumbuhan bakteri Gram positif karena dinding sel bakteri hanya tersusun atas
lapisan tunggal, sedangkan pada bakteri Gram negatif dinding sel mempunyai
lebih dari satu lapisan dan strukturnya lebih komplek (Agarwal, 2012). Tetapi
pada hasil pengamatan larutan uji dapat membunuh pada bakteri gram negatif
yaitu E.coli kemungkinan pada bakteri gram positif yaitu S.aureus terdapat
kontaminan sehingga adanya pertumbuhan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai