Anda di halaman 1dari 34

UJI BAHAN ANTIMIKROBA ALAMI DENGAN BAHAN DAUN Lantana

camara Linn. YANG DIBUAT DENGAN METODE EKSTRAKSI DALAM


BERBAGAI MACAM KONSENTRASI TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh
Drs. H. M. Noviar Darkuni, M.Kes


Offering B
Kelompok III

Anggota:
Astrid Amalia H.P. 130341603390
Didik Dwi P. 130341614788
Gibbie Nandhini T.B. 130341614824
Maria Fransisca D. 130341603387
Nur Istiqlalial Firdausi 130341614808
Siti Nur Aisyah 130341614813








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2014
A. Judul : Uji Bahan Antimikroba Alami dengan Bahan Daun Lantana
camara Linn. yang Dibuat dengan Metode Ekstraksi dalam Berbagai Macam
Konsentrasi terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

B. Tujuan :
1. Mengetahui cara menguji bahan anti mikroba dengan menggunakan bahan
alami yaitu dari Daun Lantanna camara Linn.terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
2. Mengetahui keefektifan bahan anti mikroba dari bahan Daun Lantanna
camara Linn. terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan bahan anti
mikroba alami Daun Lantana camara Linn. terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
4. Memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada masyarakat tentang
manfaat lain dari Daun Lantanna camara Linn. sebagai bahan
antimikroba.

C. Manfaat:
a. Penulis
1. Memberikan informasi dan bukti ilmiah mengenai aktivitas bahan
antimikroba alami dari Daun Lantana camara Linn.
2. Mengetahui efektifitas bahan antimikroba alami dari Daun Lantana
camara Linn.terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
3. Memberi pengetahuan baru bagaimana cara menguji bahan
antimikroba alami dari Daun Lantana camara Linn.
4. Memberi pengetahuan baru tentang bahan kimia yang terkandung
dalam Daun Lantana camara Linn. sebagai bahan antimikroba
5. Memberi keterampilan pada peneliti dalam mengambil hipotesis,
analisis, serta penarikan kesimpulan serta berpikir kritis tentang
pemanfaatan bahan alami yang berada disekitar agar dapat
dikembangkan secara maksimal seperti pemanfaatan Daun Lantana
camara Linn.
b. Masyarakat
1. Mengetahui manfaat lain dari Daun Lantana camara Linn. sebagai
bahan antimikroba alami selain sebagai tanaman perdu.
2. Memberi pengetahuan baru kepada masyarakat bagaimana Daun
Lantana camara Linn. bekerja untuk menyembuhkan penyakit.

D. Definisi Operasional
Daya antimikroba adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat
ataupun membunuh suatu bakteri agar tidak dapat berkembangbiak. Dalam
praktikum ini kita ketahui bahwa antimikroba tersebut mampu menghambat
perkembangbiakan bakteri melalui adanya zona hambat/ zona bening yang
timbul disekitar paper disc.
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat
pertumbuhannya akibat antimikroba atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh bahan-bahan tertentu (Pelczar, 1986).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak
adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari
langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan pencair
yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979).
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri
dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009). Bakteri merupakan mikroba
prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 m, berbentuk elips,
bola, batang atau spiral (Pelczar dan Chan, 2005). Salah satu upaya untuk
melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan mikroba lain yang
mempunyai sifat antagonis (antimikroba) sebagai pengganggu atau
penghambat metabolisme mikroba lainnya. Mikroba antagonis yang memiliki
kemampuan antimikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa antimikroba.
Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya
merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses
pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi
dengan mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan
lain-lain (Baker dan Cook, 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat
digolongkan sebagai antimikroba atau antifungi (Pelczar dan Chan, 2005).
Beberapa senyawa antimikroba adalah fenol, formaldehida, (Dwidjoseputro,
2003), antibiotik, asam, dan toksin (Verma et al., 2007).
Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat
terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif,
konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan
encer (dilute). Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan
pelarut dalam larutan. Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar,
sedangkan larutan encer berarti jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit.
Biasanya, istilah pekat dan encer digunakan untuk membandingkan
konsentrasi dua atau lebih larutan. (Syukri, 1999)
Dalam ukuran kuantitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dalam g/mL
(sama seperti satuan untuk densitas). Namun, dalam perhitungan stoikiometri
satuan gram diganti dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/L.
Konsentrasi dalam mol/L atau mmol/mL dikenal dengan istilah molaritas atau
konsentrasi molar. (Syukri, 1999)
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim
dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam
suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).


E. Kajian Pustaka
1. Antimikroba
Antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.
Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan
mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaanya. Bahan antimikroba
dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukkannya dapat
berupa desinfektan, sterilizer, sanitaizer, dan sebagainya (Lutfi 2004).
Aktifitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk
mematikan mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah pada
spektrum yang luas, artinya dapat membunuh berbagai macam
mikroorganisme.
Penentuan nilai-nilai aktifitas mikroba dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan metode disk agar diffusion.Metode disk
agar diffusion adalah pengujian bahan antimikroba dengan menggunakan
metode cakram kertas atau paper disk adalah didasarkan pada pengamatan
zona hambatan yang dihasilkan oleh difusi bahan antimikroba. (Sketsaist,
2013)
2. Daya Antimikroba
Daya antimikroba adalah kemampuan suatu bahan untuk
menghambat ataupun membunuh suatu bakteri agar tidak dapat
berkembangbiak. (Dwidjoseputro, 2005)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kerja Antimikroba
Berbeda atau kebalikan dari bahan kemoterapeutik yang
memperlihatkan suatu derajat selektivitas tinggi untuk sepesies bakteri
tertentu, desinfektan bersifat sangat toksik untuk semua tipe sel.
Keefektifan bahan tertentu ditentukan oleh kondisi yang sangat luas,
dimana digunakannya bahan tersebut.
Konsentrasi Bahan
Beberapa bahan berrsifat mematikan untuk bakteri, ketika
digunakan hanya pada konsentrasi yang sangat tinggi. Bahan lain, pada
konsentrasi sangat rendah dapat menstimulasi, memperlambat, bahkan
membunuh organisme. Konsentrasi dibutuhkan untuk memberi
pengaruh, juga rentang konsentrasi berbeda beredasarkan desinfektan,
organisme, dan metode pengujian. Suatu hubungan yang sangat erat
terrdapat diantara konsentrasi, obat yang digunakan dan waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh suatu bagian populasi. Hubungan ini
dapat digambarkan sebagai berikut: C
n
t = K. Dimana C adalah
konsentrasi obat, t adalah waktu yang dibutuhkan untuk membunuh
suatu bagian sel, dan n dan K merupakan konstanta. Pada senyawa
fenolik, perubahan dalam konsentrasi desinfektan dapat menyatakan
pengaruh pada kecepatan desinfektan; sebagai contoh, pengurangan
konsentrasi sekitar satu setengah-kali dapat meningkatkan kebutuhan
waktu untuk sterilisasi sekitar 64-kali lipat. Pada sebagian besar
desinfektan, pengaruh konsentrasi tersebut kurang dramatik.
Waktu
Pada saat bakteri dipapar oleh konsenttrasi bahan bakterisida
spesifik, tidak semua bakteri dapat dibunuh pada waktu yang sama;
jarang terjadi pengurangan jumlah sel hidup secara keseleruhan.
Desinfeksi, biasanya suatu proses pembunuhan bakteri dengan alasan
panjangnya waktu.
pH
Konsentrasi ion hidrogen mempengaruhi peranan bakterisida,
dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam
bakterisida tersebut. Pada saat dicampurkan pada suatu medium
pertumbuhan dengan pH 7, bakteri akan bermuatan negatif. Suatu
peningkatan pH akan meningkatkan muatan dan dapat merubah
konsentrasi efektif bahan kimia pada permukaan sel. pH juga
menentukan derajat ionisasi senyawa kimia. Umumnya, bentuk
nonanion dari suatu bahan yang mampu berdisosiasi dapat melalui
membran sel lebih cepat dibandingkan dengan bentuk ionik inakti
Temperatur
Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan meningkat dengan
suatu peningkatan temperatur. Pada temperatur rendah, untuk setiap
peningkatan 10 C, terjadi duakali kecepatan kematian. Pada beberapa
bahan, seperti fenol, kecepatan ditingkatkan dari lima sampai delapan
kali, karena reaksi dianggap lebih kompleks dan dipengaruhi faktor
lain
Sifat Organisme
Kemampuan suatu bahan tertentu tergsntung pada komponen
organisme yang diuji dengann bahan tersebut. Yang terpenting adalah
spesies mikroorganisme, fase pertumbuhan kultur, adanya struktur
khusus sperti spora atau kapsul, sejarah kultur sebelumnya, dan jumlah
organisme ddalam sistem uji.
Usia mikroorganisme
Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat ditentukan oleh umur
biakan mikroorganisme. Pada prinsipnya kerrentanan mikroorganisme
yang tinggi yaitu pada fase pertumbuhan eksponensial. Sedangkan
pada fasa stasioner dianggap kurnag efektif karena metabolismesel
mikroba tidak terlalu aktif.
Bahan Ekstra
Terdapat bahan organik, seperti serum, darah, atau nanah,
mempengaruhi aktifitas beberapa desinfektan dan membuat senyawa
yang sangat aktif menjadi tidak berbahaya dan pengaruhnya menjadi
lambat. Bahan asing tersebut merubah aktifitas desinfektan melalui
beberapa cara: absorpsi, permukaan desinfektantersebut oleh koloid
protein, pembentukan senyawa kimia dengan aktifitas lambat atau
tidak berdaya, pengikatan desinfektan oleh grup aktif protein tersebut.
Desinfektan yang mengalami hambatan aktifitasnya secara besar-
besaran, dikurangi oleh bahan organik dengan kandungan protein
tinggi seperti pewarna anilin, merkuri, dan diterjen kationik. Merkuri
tersebut dihambat oleh senyawa yang mengandung grup sulfidril dan
senyawa amonium kuartener dihambat oleh sabun dan lemak.
(Dwidjoseputro, 2005)
4. Mekanisme kerja bahan antimikroba
Menurut Pelczar (2005) cara kerja zat antimikoba dalam
melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
Merusak Dinding Sel
Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang
kaku disebut dengan dinding sel. Dinding sel ini berfungsi untuk
mempertahankan bentuk dan menahan sel, dinding sel bakteri
tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang merupakan polimer
komplek terdiri atas asam N-asetil dan N-asetilmuramat yang
tersusun bergantian, setiap asam N-asetilmuramat dikaitkan
tetrapeptida yang terdiri dari empat asam amino, keberadaan
lapisan peptidoglikan ini menyebabkan dinding sel bersifat kaku
dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotik dalam sel
yang kaku.
Kerusakan pada dinding sel dapat terjadi dengan cara
menghambat pembentukannya, yaitu penghambatan pada sintetis
dinding sel atau dengan cara mengubahnya setelah selesai
terbentuk.Kerusakan pada dinding sel akan berakibat terjadinya
perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel.
Mengubah Permeabilitas Membran Sel
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh suatu selaput
yang dibatasi membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif,
membran ini tersusun atas fosfolipid dan protein. Membran sel
berperan sangat fital yaitu mengatur transport zat keluar atau ke
dalam sel, melakukan pengangkutan aktif dan mengendalikan
susunan dalam diri sel.Proses pengangkutan zat-zat yang
diperlukan baik ke dalam maupun ke luar sel dimungkinkan kerena
di dalam membran sel terdapat protein pembawa (carrier), di
dalam membran sitoplasma juga terdapat enzim protein untuk
mensintetis peptidoglikan komponen membran luar. Dengan
rusaknya dinding sel bakteri secara otomatis akan berpengaruh
pada membran sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti
fenol, kresol, deterjen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan
kerusakan kerusakan pada membran sel sehingga fungsi
permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan pada
membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel
atau matinya sel.
Kerusakan Sitoplasma
Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam
nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion organik dan berbagai
senyawa dengan bobot melekul rendah. Kehidupan suatu sel
tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam
nukleat dalam keadaan alamiahnya.Konsentrasi tinggi beberapa zat
kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan denaturasi komponen-
komponen seluler yang fital.
Menghambat Kerja Enzim
Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu
kelangsungan proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah
diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia misalnya logam
berat, golongan tembaga, perak, air raksa dan senyawa logam berat
lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba
padakonsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan mengikat
gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein
yang terbentuk. Penghambatan ini dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel.
Menghambat Sintetis Asam Nukleat dan Protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting
dalam sel, beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik
misalnya cloramnivekol, tetrasiline, prumysin menghambat sintetis
protein. Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh
senyawa antibiotik misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan total pada sel.
5. Zona Hambat
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat
pertumbuhannya akibat antimikroba atau antimikroba. Zona hambat
adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada
media agar oleh bahan-bahan tertentu (Pelczar, 1986). Zona hambat
pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan
antimikroba. (Dwidjoseputro, 2005).
6. Deskripsi Lantana camara Linn.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magniolipsida
Subclass : Asteridae
Order : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Lantana L.
Species : Lantana camara L.
(USDA, 2006)
Habitat
Tembelekan (Lantana camara Linn.) berbentuk perdu
tegak atau setengah merambat, bercabang banak, ranting bentuk
segi empat. Ada varietas berduri da nada varietas yang tidak
berduri, tingginya 2 m. terdapat sampai 1.700 m di atas
permukaan laut, di tempat panas. Tanaman ini banyak dipakai
sebagai tanaman pagar dan memiliki bau khas (Haryanto, 2009)
Morfologi
Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) secara morfologi
merupakan herba menahun, batang semak, berkayu, tegak,
bercabang, batang berduri. Tinggi batang mencapai 4 m, daun
berhadapan , warna hijau, bundar telur, permukaan atas daun
berambut banyak dan permukaan bawah berambut jarang. Pinggir
daun bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan lebar
3-5 cm. Perbungaan mengelompok, tersusun dalam bulir yang
padat pada ketiak daun. Warna bunga beragam ,seperti putih,
kuning, merah, merah muda, dan jingga. Buah bergerombol di
ujung tangkai, kecil, bulat, warna hijau ketika mentah, hitam
kebiruan dan mengkilap ketika matang. Di dalam satu buah
terdapat satu biji. Tumbuhan ini berkembang biak dengan
biji.Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis pada lahan terbuka
sebagai tanaman liar atau tanaman untuk pagar. Tumbuhan dari
dataran rendah sampai ketinggian 1700 m di atas permukaan laut
(Djauhariya, 2004 dalam USU,2011).

Gambar 5.6.1 Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.)
Kandungan
Pada Lantana camara Linn. sendiri memiliki kandungan
kimia sebagai berikut: Lantadene A (0,31-0,68%), lantadene B
(0,2%), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung
minyak atsiri 0,16-0,2%) Betacaryophyllene, gamma-terpidene,
alpha-pinene, dan p-cymene (Dhani,2008). Daun tembelekan
mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan kumon
(Ganjewalle et al., 2009 : Ghisalberti et al.,2000: Nurochman, 1996
dalam USU,2011).
Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang
disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan
senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk
dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau
bau khas yang terdapat pada banyak tanaman (Yuliani dan Satuhu,
2012). Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi
tersusun dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol,
keton, ester, aldehida, dan terpena. Bau khas yang ditimbulkan nya
sangat tergantung dari perbandingan komponen penyusunnya,
demikian pula khasiatnya sebagai obat. Sebagai contoh, minyak
atsiri yang banyak mengandung fenol berkhasiat sebagai antiseptik.
(Gunawan, 2007 dalam USU 2011).
Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang
dapat bekerja terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah
dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu,
2012 dalam USU,2011). Minyak ini dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan seperti Escherichia
coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella.
Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus
(Eucalyptus globulus)dapat digunakan sebagai antiseptik (Agusta,
2000).
Alkaloid yang terkandung dalam daun tembelekan dapat
merangsang kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormone
ekdision.
Komponen tanin berfungsi dalam menekan konsumsi
makan, tingkat pertumbuhan dan kemampuan bertahan. Tanin,
kuinon, dan saponin memiliki rasa pahit sehingga dapat
menyebabkan penghambatan makan. (Yunita et. al.,2009)
Istilah flavonoida diberikan utnuk senyawa-senyawa fenol
yang berasal dari akta flavon, yaitu nama dari salah satu jenis
flavonida uang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Flavonoida
inilah yang memberikan warna pada bunga dan buah. Selain itu,
flavonoida yang memiliki rasa pahit ini digunakan sebagai
pertahanan dan perlindungan terhadap serangga, jamur, dan
binatang herbivore (Lenny, 2006; Stafford,2001 dalam
Dhani,2008). Flavonoida dapat meningkatkan permeabilitas
dinding sel sehingga memudahkan toksin masuk ke dalam (Huang,
2004 dalam Dhani,2008).
Manfaat
Akar tembelekan memiliki rasa manis dan sejuk. Dapat
digunakan sebagai penurun panas, penawar racun (antitoxic),
penghilang sakit. Daunnya pahit, sejuk, berbau, agak beracun
(toxic). Dapat digunakan untuk menghilangkan gatal (antipruritus),
antitoxic, menghilangkan pembengkakan (antiswelling).
Sedangkan bunganya berasa manis, sejuk, dapat digunakan utnuk
penghenti pendarahan (hemostatis) (Haryanto, 2009 dalam
USU,2011).
7. Ekstrak
7.1.Pengertian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku
obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas (Depkes RI, 1995).
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak
adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol
(Depkes RI, 1979).
7.2.Metode Ekstraksi
Menurut Ditjen POM (2000), beberapa metode ekstraksi:
1) Cara dingin
o Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
o Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan.
2) Cara panas
o Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
o Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
o Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C.
o Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98
o
C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
o Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air.
8. Mikroba
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain
terdiri dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009). Bakteri merupakan
mikroba prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 m,
berbentuk elips, bola, batang atau spiral (Pelczar dan Chan, 2005). Salah
satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan
mikroba lain yang mempunyai sifat antagonis (antimikroba) sebagai
pengganggu atau penghambat metabolisme mikroba lainnya. Mikroba
antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat
menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang
dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder
yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi
untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan mikroba lain dalam
mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain. Senyawa
antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai antimikroba atau antifungi
(Pelczar dan Chan, 2005). Beberapa senyawa antimikroba adalah fenol,
formaldehida, antibiotik, asam, dan toksin (Dwidjoseputro, 2003).
9. Bakteri Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut (Staf pengajar
FKUI, 1994)
Divisio : Protophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus

Gambar 5.9.1 Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah sel berbentuk bola dengan diameter
1 m yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Kokus
tunggal atau berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga tampak dalam
biakan cair. Staphylococcus aureus bersifat nonmotil dan tidak
membentuk spora. Di bawah pengaruh obat seperti
Penisilin, Staphylococcus aureus mengalami lisis.
Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media
bakteriologi di bawah suasana aerobik dan mikroaerofilik. Tumbuh dengan
cepat pada temperatur 37
0
C namun pembentukkan pigmen yang terbaik
adalah pada temperatur kamar (20-35
0
C). Koloni pada media yang padat
berbentuk bulat, lembut, dan mengkilat.Staphylococcus aureus biasanya
membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning emas. Staphylococcus
aureus tahan terhadap kondisi kering, panas (bertahan pada temperatur
50
0
C selama 30 menit) dan natrium klorida 9%, tetapi dihambat oleh
bahan kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%.
Staphylococcus aureus mengandung antigen polisakarida dan
protein seperti zat lain yang penting dalam struktur dinding sel.
Peptidoglikan merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kuat dari
dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat. Beberapa
galur Staphylococcus aureus mempunyai kapsul yang menghambat
fagositosis oleh sel polimorfonuklear kecuali jika terdapat antibodi
spesifik (Jawetz, dkk, 2005 : 317).
F. Metode
1. Hari : Minggu-Selasa
2. Tanggal : 06-08 April 2014
3. Tempat : Gedung Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang di
ruang laboratorium Mikrobiologi O5 305
4. Alat dan Bahan :
a. Alat
o Alat yang digunakan dalam pembuatan medium lempeng PCA :
Otoklaf, cawan petri, makropipet 5 mL, kertas sampul, tali, wadah
o Alat yang digunakan dalam ekstraksi antara lain neraca analitik,
mortar dan pistil, gelas beker 500mL, sendok, batang pengaduk,
kain saring, kompor, serbet.
o Alat yang digunakan dalam pembuatan bahan antimikroba dengan
berbagai tingkat konsentrasi : Cawan petri, makropipet 5 mL, pipet
tetes, gelas ukur, gelas erlenmeyer.
o Alat yang digunakan dalam inokulasi dan peletakan kertas cakram:
LAF, pembakar bunsen, pinset, cotton bud, dan kertas
cakram/paper disk, dan HP.
o Alat yang digunakan dalam pengukuran diameter zona hambat :
penggaris, pensil.

b. Bahan
o Bahan yang digunakan dalam pembuatan medium lempeng NA :
Medium paketan, aquades
o Bahan yang digunakan dalam ekstraksi : daun Tembelekan
(Lantana camara Linn.)
o Bahan yang digunakan dalam pembuatan bahan antimikroba
dengan berbagai tingkat konsentrasi : aquades
o Bahan yang digunakan dalam inokulasi dan peletakan kertas
cakram: Alkohol 70%, medium lempeng NA, bakteri
Staphylococcus aureus.
o Bahan yang digunakan dalam pengukuran diamter zona hambat :
Media Na yang telah diinokulasikan bakteri Staphylococcus aureus
dan paper disk yang diletakkan di diatas permukaan media tersebut

5. Variabel :
a. Variabel Manipulasi :
Konsentrasi ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.)
b. Variable Kontrol :
Medium lempeng PCA, Bakteri Staphyloccus aures, Jenis Paper
Disk, waktu inkubasi, incubator.
c. Variabel Respon :
Diameter zona hambat bahan antimikroba alami dari
Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.) terhadap pertumbuhan
bakteri Stapylococcus aureus
d. Variabel moderator :
Variable moderator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kebersihan dari alat yang digunakan serta proses yang dilakukan
dan volume antimikroba yang diserap Paper Disk
e. Variabel intervening :
Variable intervening yang digunakan adalah Kekebalan mikroba
terhadap bahan antimikroba

1. Langkah kerja
a. Persiapan alat dan bahan
Mempersiapkan alat : Mortar dan pistil, gelas beaker 500 mL, Kain
saring, sendok, batang pengaduk, serbet, Cotton bud steril,
Pembakar bunsen, LAF, Gelas erlemenyer, Pipet tetes, Makropipet,
Cawan petri, Kertas cakram / paper disk, Gelas ukur, Penggaris,
Pinset, kompor, neraca analitik dan HP.
Mempersiapkan bahan : Daun Lantana camara Linn., Air,
Aquades, Alkohol 70%, Media lempeng PCA, Bakteri
Staphylococcus aureus.

b. Pembuatan medium
Dihitung jumlah bahan yang diperlukan untuk membuat medium
Dihitung perbandingan bahan paketan yang diperlukan
Ditimbang bahan paketan padat sebanyak 8 gr dengan neraca
Dimasukkan ke dalam beaker glass
Ditambahkan akuades sebanyak 400 ml kedalam beaker glass yang
telah bersi bahan paketan
Dipanaskan campuran aquades dengan bahan paketan diatas
kompor yang sudah diberi kawat
Diaduk hingga bahan menjadi bening seperti minyak
Dituang bahan ke cawan petri sebanyak 10 ml menggunakan
makropipet
Diratakan bahan medium yang telah dituangkan ke dalam cawan
petri dan diusahakn tidak ada gelembung udara
Dibungkus masing-masing medium lempeng dengan kertas sampul
sebnayak 3 buah.
Diikat dengan tali

c. Sterilisasi medium lempeng PCA
Dimasukkan air sebanyak 600 ml kedalam autoklaf
Diletakkan sarangan pada bagian dasar autoklaf
Dimasukkan medium lempeng ke dalam autoklaf
Diolesi bagian tutup autoklaf dengan vaselin agar rapat
Ditutup autoklaf dan dibuka penutup uapnya
Ditutup penutup uap setelah keluar uap
Dijaga kondisinya yaitu pada tekanan 15 lbs selama 15 menit pada
suhu 121
o
C
Dikeluarkan dari autoklaf
Disimpan di dalam inkubator

Catatan :
Saat membuka dan menutup otoklaf, diputar skrup yang sejajar

d. Pembuatan Ekstraksi daun Lantana camara Linn.
Diambil bagian daun Lantana camara Linn. yang kondisinya baik
(tidak terdapat lubang dan tidak terdapt bercak-bercak putih) untuk
dipisahkan dari batangnya
Ditimbang daun yang telah disortir untuk ditimbang seberat 20 gr
dengan menggunakan neraca analitik
Dicuci hingga besih daun Lantana camara Linn. yang baik
kondisinya menggunakan air kran
Dihaluskan dengan menggunakan mortar dan pistil sedikit demi
sedikit. Bagian yang telah halus diletakkan dalam gelas beaker 500
mL.
Dituangkan 40 mL akuades steril dengan menggunakan
makropipet 10 mL sebanyak 4 kali pengambilan. Akuades steril
diambil dari gelas Erlenmeyer.
Diaduk hasil campuran akuades steril dan ekstrak daun Lantana
camara Linn.
Dipanaskan diatas kompor sampai hamper mendidih
Disaring dengan menggunakan kain saring
Ditunggu hingga dingin

e. Pembuatan ekstraksi daun tembelekan (Lantana camara Linn.)
dalam berbagai tingkat konsentrasi
Diambil ekstrak daun tembelekan (Lantana camara Linn.)
sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml menggunakan
makropipet dan dituangkan pada masing-masing cawan petri yang
telah disediakan
Dibuat bahan antimikroba daun tembelekan (Lantana camara
Linn.) pada tingkat konsentrasi 20% dengan ditambahkan 4 ml
aquades pada cawan yang berisi 1 ml ekstrak kunyit.
Dibuat bahan antimikroba daun tembelekan (Lantana camara
Linn.) pada tingkat konsentrasi 40 % ditambahkan 3 ml aquades
pada cawan yang berisi 2 ml ekstrak kunyit.
Dibuat bahan antimikroba daun tembelekan (Lantana camara
Linn.) pada tingkat konsentrasi 60 % ditambahkan 2 ml aquades
pada cawan yang berisi 3 ml ekstrak kunyit.
Dibuat bahan antimikroba daun tembelekan (Lantana camara
Linn.) pada tingkat konsentrasi 80 % ditambahkan 1 ml aquades
pada cawan yang berisi 4 ml ekstrak kunyit.
Dibuat bahan antimikroba daun tembelekan (Lantana camara
Linn.) pada tingkat konsentrasi 100 % menggunakan bahan
ekstrak kunyit tanpa penambahan aquades.

f. Metode Disk difussion I
Diletakkan kertas cakram pada masing-masing cawan petri yang
telah berisi bahan anti mikroba (ekstrak kunyit) dengan berbagai
tingkat konsentrasi secara bersamaan
Direndam selama 10 menit

g. Inokulasi bakteri Staphylococcus aureus
Disemprotkan alkohol 70 % pada kedua telapak tangan
Difiksasi medium miring yang ditumbuhi bakteri Staphylococcus
aureus setelah dibuka penutup kapasnya.
Diambil bakteri Staphylococcus aureus menggunakan cotton bud
steril (yang telah disterilisasi menggunakan otoklaf)
Difiksai medium miring yang ditumbuhi bakteri Staphylococcus
aureus sebelum ditutup dengan penutup kapas
Difiksasi medium lempeng PCA dengan cara dipaskan bagian
tepinya pada pembakar bunsen
Digoreskan pada medium lempeng PCA dengan lurus dan rapat
Difiksasi kembali medium PCA yang telah diinokulasikan bakteri
Staphylococcus aureus

Catatan :
Satu ujung cotton bud steril digunakan untuk satu cawan,
sedangkan cawan yang lain menggunakan ujung cotton bud steril
yang lain.
Selang waktu antara pengambilan bakteri Staphylococcus aureus
dari medium miring dengan inokulasi/penanaman pada medium
lempeng diusahakan jangan terlalu lama agar tingkat kontaminasi
berkurang.
Jangan banyak berbicara dan terlalu dekat dengan LAF ketika
inokulasi

h. Metode disk difussion II
Disemprotkan alkohol 70 % pada kedua telapak tangan
Difiksasi pinset dengan pembakar bunsen
Diambil kertas cakram dari cawan petri yang berisi ekstrak kunyit
dengan salah satu tingkat konsentrasi (tersdia berbagai konsentrasi)
Difiksasi medium lempeng PCA sebelum dibuka tutupnya
Dibuka tutupnya sedikit
Diletakkan kertas cakram pada daerah tengah medium
Ditutup kembali
Difiksasi kembali medium cawan

Catatan :
Medium lempeng sebelumnya telah dibagi menjadi dua daerah
menggunakan spidol untuk konsentrasi 20% dan 40% (berada
dalam 1 medium) serta 60% dan 80% (berada dalam 1 medium)
serta diberi label nama kelompok dan kelas serta keterangan
konsentrasi ekstraknya pada bagian samping penutup medium
lempeng. Dan untuk konsentrasi 100% tidak perlu dibagi menjadi
dua bagian hanya perlu diberi label nama kelompok dan kelas serta
keterangan konsentrasi ekstraknya
Setiap pengambilan kertas cakram pada konsentrasi yang berbeda,
pinset harus difiksasi terlebih dahulu
Jangan banyak berbicara dan terlalu dekat dengan LAF ketika
peletakan kertas cakram





G. Data dan Analisis
Tabel 7.1 Hasil pengamatan diameter zona hambat antimikroba alami
Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus
No. 1X24 Jam (cm) 2x24 Jam (cm) Gambar
1. 0,4 0,5













2. 0,4 0,7














3. 0,8 0,9









4. 0,9 1,0












5. 0,6 0,7













Diagram 7.1 Diameter zona hambat antimikroba alami Daun
Tembelekan (Lantana camara Linn.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

Tabel 7.2 Hasil perhitungan selisih diameter zona hambat antimikroba alami Daun
Tembelekan (Lantana camara Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
No. 1X24 Jam (cm) 2x24 Jam (cm) Rata-Rata
(cm)
Selisih (cm)
1. 0,4 0,5 0,45 -
2. 0,4 0,7 0,55 0,1
3. 0,8 0,9 0,85 0,3
4. 0,9 1,0 0,95 0,1
5. 0,6 0,7 0,65 -0,3



0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
20% 40% 60% 80% 100%
Series 2
1x24

Diagram 7.2 Rata-rata diameter zona hambat antimikroba alami Daun
Tembelekan (Lantana camara Linn.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Grafik diatas menggambarkan hubungan linier antara konsentrasi dan
diameter zona hambat paper disk dari ekstrak daun Lantana camara Linn. Sumbu
X menyatakan variable bebas yang berupa konsentrasi ekstrak daun Lantana
camara Linn. dan pada sumbu Y menyatakan angka rata-rata diameter zona
hambat selama waktu inkubasi 2x24 jam. Dapat dilihat dari grafik yang
menunjukkan kenaikan signifikan adalah pada konsentrasi 60% yaitu terjadi
kenaikan zona hambat sepanjang 0,3 cm. Sedangkan pada konsentrasi 100%
terjadi penuruna diameter zona hambat sebesar 0,3 cm.
Bahan antimikroba alami yang dipakai untuk diuji daya antimikrobanya
terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah ekstrak daun Lantana camara
Linn. yang dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, 100%
untuk diketahui konsentrasi mana yang lebih efektif menghambat pertumbuhan
bakteri. Berdasarkan pengamatam makroskopis selama 3 hari berturut-turut, pada
hari pertama menghasilkan diameter zona hambat yang tidak ditumbuhi bakteri
Staphylococcus aureus paling besar pada konsentrasi 80% yaitu 0,9 cm dan paling
kecil pada konsentrasi 20% yaitu 0,4 cm. Pada hari kedua, diameter zona hambat
yang tidak ditumbuhi bakteri paling besar pada konsentrasi 80% yaitu 1,0 cm dan
yang paling kecil pada konsentrasi 20% yaitu 0,5 cm. Kemampuan antimikroba
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
20% 40% 60% 80% 100%
Rata-rata diameter zona hambat
dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi zat, semakin tinggi konsentrasi zat yang
digunakan maka semakin tinggi daya hambat antimikroba (Pletzar, 1988) dalam
Deasywati (2011).
Kenaikan diameter zona hambat tidaklah linier dengan konsentrasi
karena ada yang mengalami penurunan yaitu pada konsentrasi 100% baik pada
pengukuran hari pertama maupun hari kedua. Tetapi untuk konsentrasi 20%, 40%,
60% dan 80% terjadi kenaikan diameter zona hambat yang linier yaitu masing-
masing mengalami kenaikan sepanjang 0,2 cm baik pada hari pertama pengukuran
maupun hari kedua pengukuran. Selain itu sebenarnya kenaikan diameter zona
hambat pada konsentrasi 100% juga linier yaitu terjadi pertambahan panjang
sepanjang 0,1 cm.
Perhitungan volume yang diserap oleh paper disk:
Volume larutan yang terserap oleh paper disc:



Daya serap rata-rata untuk konsentrasi 20% yaitu 0,0077 cm
3

Daya serap rata-rata untuk konsentrasi 40% yaitu 0,0154 cm
3

Daya serap rata-rata untuk konsentrasi 60% yaitu 0,0231 cm
3

Daya serap rata-rata untuk konsentrasi 80% yaitu 0,0308 cm
3

Daya serap rata-rata untuk konsentrasi 100% yaitu 0,0385 cm
3
Keefektifan daya antimikroba pada ekstrak daun Lantana camara Linn.
dapat ditentukan dari selisih rata-rata zona hambat yang dihasilkan oleh
berbagai konsentrasi tersebut selama masa inkubasi 2x24 jam. Dari hasil
perhitungan didapatkan selisih rata-rata terbesar ada pada konsentrasi 60%
yaitu sebesar 0,3 cm. Sedangkan pada konsentrasi 100% terjadi penurunan
selisih rata-rata diameter zona hambar sebesar 0,3 cm.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
keefektifan bahan anti mikroba tergantung pada konsentrasi dari bahan
tersebut dan kemampuan penyerapan oleh paper disk atau volume yang dapat
diserap oleh paper disk dan penyerapan ke medium berdasarkan
konsentrasinya . Jika seharusnya volume yang dapat diserap oleh paper disk
linier dengan semakin besarnya konsentrasi maka dalam praktikum kelopok
kami tidak didapatkan kenaikan yang linier karena ada konsentrasi yang
mengalami kenaikan diameter zona hambat yang signifikan dan ada
penurunan yang signifikan diameter zona hambat setelah ditinjau dari rata-rata
selisih zona hambat. Sehingga dapat dikatakan bahwa daya antimikroba yang
paling efektif bekerja ada pada ekstrak daun Lantana camara Linn. dengan
konsentrasi 60%. Adapun penurunan pada konsentrasi 100% itu terjadi karena
volume yang terserap tidaklah 100% sehingga zat yang juga diserap oleh
medium tidaklah banyak sehingga hasilnya tidak sesuai dengan teori. Hal itu
dapat terjadi karena kepekatan ekstrak daun Lantana camara Linn. sehingga
tidak dapat memberikan garis kenaikan yang linier. Selain itu dapat juga
dimungkinkan bakteri Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan telah mampu
beradaptasi terhadap zat kimia yang ada dalam ekstrak sehingga bakteri dapat
tetap tumbuh dan juga ada kemungkinan keefektifan dari bahan anti mikroba
tersebut menurun karena bahan yang bekerja untuk membunuh bakteri
samakin habis. Kondisi lain juga bisa disebabkan karena senyawa yang
terlarut dalam akuades berupa campuran beberapa senyawa yang tidak
kesemuanya memiliki sifat menghambat bakteri sehingga cenderung memiliki
daya hambat yang kecil. Metode ekstraksi juga berperan penting untuk
mengeluarkan zat-zat yang bersifat antimikroba dalam Daun Tembelekan
(Lantana camara Linn.)

H. Pembahasan
Pada keseluruhan metode yang kami lakukan terjadi beberapa kesalahan
seperti penginokulasian yang kurang baik karena bakteri Staphylococcus
aureus yang diinokulasikan kurang rapat sehingga pada saat megnukur
diameter zona hambat tidak bisa valid. Hal tersebut dapat terjadi karena
kesalahan praktikan yang kurang sempurna dalam memahami prosedur
inokulasi bakteri yang harusnya bakteri Staphylococcus aureus pada cotton
bud dioleskan secara merata dengan jarak yang sempit agar proses pengukuran
zona hambat bisa valid. Namun secara keeluruhan prosedur yang kami
lakukan sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku sehingga diperoleh hasil
yang sesuai.
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut
dalam pelarut tertentu (Depkes RI, 2000). Pemilihan metode ekstraksi harus
mempertimbangkan berbagai keadaan, di antaranya sifat jaringan tanaman,
sifat kandungan zat aktif serta kelarutan zat yang akan diekstraksi (Harborne,
1973). Pada praktikum yang dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari
Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.) sebagai bahan antimikroba alami
dengan mengunakan metode ekstraksi yang sederhana yaitu dengan hanya
digerus dan didihkan ternyata dapat mengeluarkan bahan antimikroba yang
terdapat pada Daun Tembelekan (Lantana camara Linn.)
Pada percobaan ini kita menggunakan modifikasi uji anti mikroba metode
Kirby-Bouer. Dalam metode ini kita memasukkan paper disc kedalam
berbagai konsentrasi larutan bahan anti mikroba. Kemudian paper disc
dimasukkan kedalam medium yang telah diinokulasi bakteri Staphylococcus
aureus. Selanjutnya diinkubasi selama 2 X 24 jam untuk mengetahui daya
antimikroba dari ekstrak daun Lantana camara Linn.
Pada Lantana camara Linn. sendiri memiliki kandungan kimia sebagai
berikut: Lantadene A (0,31-0,68%), lantadene B (0,2%), lantanolic acid, lantic
acid, humulene (mengandung minyak atsiri 0,16-0,2%) Betacaryophyllene,
gamma-terpidene, alpha-pinene, dan p-cymene (Dhani,2008). Daun
tembelekan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan kumon
(Ganjewalle et al., 2009 : Ghisalberti et al.,2000: Nurochman, 1996 dalam
USU,2011).
Senyawa kimia pada daun Lantana camara Linn. yang dapat bekerja
sebagai bahan antimikroba yaitu minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
saponin,dan juga tannin.
Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut
terpenoid atau terpena. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas
yang terdapat pada banyak tanaman (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak atsiri
bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai komponen
kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester, aldehida, dan terpena. Bau khas
yang ditimbulkan nya sangat tergantung dari perbandingan komponen
penyusunnya, demikian pula khasiatnya sebagai obat. Sebagai contoh, minyak
atsiri yang banyak mengandung fenol berkhasiat sebagai antiseptik.
(Gunawan, 2007 dalam USU 2011).
Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja
terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh
banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu, 2012 dalam USU,2011). Minyak ini
dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan seperti
Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella.
Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus (Eucalyptus
globulus)dapat digunakan sebagai antiseptik (Agusta, 2000).
Alkaloid yang terkandung dalam daun tembelekan dapat merangsang
kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormone ekdision.
Aktivitas antiinflamasi saponin dari berbagai tumbuhan sudah banyak
dilaporkan namun belum banyak yang diketahui tentang mekanisme
antiinflamasi yang dilakukan oleh saponin secara pasti. Saponin terdiri dari
steroid atau gugus triterpen (aglikon) yang mempunyai aksi seperti detergen.
Mekanisme antiinflamasi yang paling mungkin adalah diduga saponin mampu
berinteraksi dengan banyak membran lipid (Nutritional Therapeutics, 2003)
seperti fosfolipid yang merupakan prekursor prostaglandin dan mediator-
mediator inflamasi lainnya.
Komponen tanin berfungsi dalam menekan konsumsi makan, tingkat
pertumbuhan dan kemampuan bertahan. Tanin, kuinon, dan saponin memiliki
rasa pahit sehingga dapat menyebabkan penghambatan makan. (Yunita et.
al.,2009 dalam Anonim,2010)
Istilah flavonoida diberikan utnuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari akta flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonida uang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Selain itu, flavonoida yang memiliki rasa pahit
ini digunakan sebagai pertahanan dan perlindungan terhadap serangga, jamur,
dan binatang herbivore (Lenny, 2006; Stafford,2001 dalam Dhani,2008).
Flavonoida dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga
memudahkan toksin masuk ke dalam (Huang, 2004 dalam Dhani,2008).
Flavonoid berperan sebagai antioksidan, antiinflamasi, anti mikrobial,
menurunkan permeabilitas (Berkoff, 1998). Peran anti mikroba terjadi melalui
mekanisme hambatan sintesa asam nukleat (DNA) bakteri, yang berakibat
kematian bakteri tersebut. Aktivitas antimikroba flavonoid kemungkinan juga
terjadi karena kemampuan flavonoid untuk membentuk kompleks dengan
dinding sel bakteri (Cowan, 1999) dalam Soemarno (2009). Tanin juga
menjadi penyerap racun dan dapat menggumpulkan protein essensial bakteri
(Yuniarti, 1991) dalam Soemarno (2009). Tanin diduga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menginaktivasi adhesion enzim, envelope
cell protein transport dan berikatan dengan polisakarida dari mikroba
(Mateljan, 2007) dalam Soemaerno (2009).
Jadi, bahan antimikroba alami dari ekstrak Daun Lantana camara Linn
termasuk dalam senyawa antimikroba yang bersifat membunuh bakteri
(Bacteriosida).
Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antimikroba dibagi menjadi dua sifat,
yaitu :
a. Bakteriostatik adalah zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan tidak membunuhnya.
b. Bakteriosida adalah zat yang dapat membunuh bakteri (Dwidjoseputro, 2005).
Namun jika dihubungkan hasil analisis data didapatkan data diameter zona
hambat yang kecil jika dibandingkan dengan diameter zona hambat uji
antimikroba bahan kimia. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan alami kurang
efektif dalam penghambatan pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus
aureus. Hal itu bisa disebabkan karena kandungan bahan kimia yang ada pada
daun Lantana camara Linn. sangat kecil sehingga dibutuhkan bahan alami
dengan jumlah banyak untuk menghasilkan hasil yang efektif. Hal itu juga
berhubungan dengan senyawa yang terlarut dalam akuades berupa campuran
beberapa senyawa yang tidak kesemuanya memiliki sifat menghambat bakteri
sehingga cenderung memiliki daya hambat yang kecil.
Penurunan hasil pada konsentrasi 100% bisa disebabkan karena terlalu
pekatnya larutan sehingga paper disk yang telah menyerap larutan tidak dapat
menyalurkannya ke medium 100% sehingga hanya bagian tersebut saja yang
tidak ditumbuhi mikroba dan tidak menyerap ke bagian lain medium.

I. Kesimpulan
1. Bahan antimikroba pada daun tembelekan (Lantana camara Linn.) cukup
efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus.
2. Prosedur dan metode ekstraksi berpengaruh dalam pengeluaran bahan
kimia sebagai bahan antimikroba.
3. Bahan antimikroba yang terkandung dalam Daun Tembelekan (Lantana
camara Linn.) adalah senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, minyak atsiri,
dan sapponin.

J. Saran
1. Sebaiknya dalam pengujian bahan antimikroba alami, lebih diperhatikan
metode ekstraksi yang akan digunakan karena akan berpengaruh terhadap
hasil akhir dari penelitian tersebut.
2. Dalam melakukan praktikum sebaikya kebersihan serta tidak lupa untuk
sterilisasi alat-alat agar tidak terjadi kontaminasi.

K. Daftar Pustaka
Agusta, Andria. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung :
ITB Press
Anonim.2012. Uji Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika Menggunkan
Metode Difusi (Online)
(http://bismillahdodbest.wordpress.com/2012/03/26/uji-resistensi-
bakteri-terhadap-antibiotika-menggunakan-metode-difusi/) diakses 9
April 2012
Baker KF, RJ Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Francisco: WH. Freeman.
Berkoff, Nancy. 1998. Focus on Flavonoid. (online),
(http://www.Healthwell.Com/breakthrough/sep98/flavonoid.cfm),
diakses tanggal 12 April 2014.
Brady, James E . 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur.,Jakarta :
Binarupa Aksara.
Depkes RI. 2005. Rencana Strategi Lingkungan Sehat. (online),
(www.depkes.go.id) diakses tanggal 9 April 2014
Dhani.2008. Flavonoida. (online)
(http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mikro_upload.pdf)
diakses tanggal 9 April 2014
Dwidjoseputo, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Entjang, I. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi
Keperawatan. Bandung : Citra Aditya Bakti
Gould, D. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Cetakan I. Jakarta :
EGC
Haryanto.2009.Bunga Tembelekan. (online) (http://inspirasi-
manfaat.blogspot.com/2013/02/tanaman-obat-tembelekan.html)
diakses tanggal 9 April 2014
ITS,2010. (online) (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17615-
Chapter1-747566.pdf
Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Salemba Medika
Lutfi,Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI
Press.
Schlegel, Hans G.1993. General Microbiology. England: Cambridge
University Press
Soemarno, dkk. 2009. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea
indica Less. )sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Escherichia coli
secara in vitro. (online),
(http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/andreas%20
rendra%20_0710710046_.pdf), diakses taggal 12 April 2014.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
USDA, 2006.Key to Soil Taxonomy Tenth Edition. Virginia.: SMSS.
USU.2011. Lantana camara Linn. (online)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17181/4/Chapter%20
II.pdf ) diakses tanggal 9 April 2014
Verma et al. (2007). Teaching Medical Microbiology Workshop. (online)
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17615-Paper-
pdf.pdf) diakses tanggal 9 April 2014
Waluyo,L.2009. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press

Anda mungkin juga menyukai