Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Belajar

Nur Istiqlalial Firdausi/ 130341614808


Perkembangan Peserta Didik, 02 Maret 2015
Topik : Perkembangan moral dan spiritual peserta didik

Hal yang dipelajari


Setiap manusia memiliki moral, moral adalah nilai-nilai yang ada pada diri

manusia. etika dan moral memiliki arti yang sama yaitu konteks, aturan , dan cara
seseorang dalam mengatur tingkah lakunya agar sesuai dengan norma yang
berlaku dan nilai yang dipegang seseorang agar sampai pada tujuan yang
diharapkan. Moral juga dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur layak atau
tidaknya suatu perbuatan, atau baik tidaknya perbuatan yang dilakukan. Jadi
moral itu adalah penilaian dalam diri manusia apa yang harus dilakukan tapi
sesuai dengan norma yang berlaku.
Moral dalam arti yang luas telah mencakup bagaimana hubungan dengan Tuhan,
hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Pendidikan
moral merupakan prioritas utama karena memang tujuan pendidikan itu adalah
untuk memanusiakan manusia dan menjadikannya manusia yang memiliki
kepribadian utuh. Selain itu, dalam pendidikan tidak hanya memprioritaskan
kemampuan kognitif (intelektual), namun juga afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan). Jadi pendidikan itu idealnya tidak hanya mementingkan satu
ranah intelektual saja namun juga dari segi sikap dan ketrampilannya.
pendidikan itu idealnya tidak hanya mementingkan satu ranah intelektual
saja namun juga dari segi sikap dan ketrampilannya. Pendidikan moral sangatlah
perlu bagi manusia, karena melalui pendidikan perkembangan moral diharapkan
mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan
martabat manusia itu sendiri. Di Indonesia pendidikan moral telah ada dalam
setiap jenjang pendidikan. Di Sekolah Dasar perkembangan pendidikan moral tak
pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada dalam tatanan moral bangsa
Indonesia yang termaktub jelas dalam Pancasila sebagai dasar Negara. Dengan

pemberian pendidikan moral tersebut diharapkan dapat membentuk individu yang


berkualitas sehingga bisa membangun bangsa.
Terkait dengan masalah moral, ada beberapa teori yang menyoroti tentang
perkembangan moral anak :
Pertama, perkembangan moral menurut Teori Psikoanalisa Sigmund
Freud.

Freud

menyoroti

perkembangan

moral

dengan

mengandalkan

perkembangan kepribadian yang terjadi pada anak. Freud membagi struktur


kepribadian manusia ke dalam tiga bagian. Masing-masing bagian disebut dengan
istilah id, ego dan super ego.
Kedua, perkembangan moral menurut Teori Piaget. Piaget adalah tokoh
psikologi. Fokus perhatian Piaget adalah kaitan antara perkembangan moral yang
terjadi pada seseorang dengan perkembangan kognitif orang tersebut. Prinsipnya
Piaget membagi tahap perkembangan moral menjadi tiga, yakni: (1) Tahap formal
operasional (mampu menilai dan memahami cara berpikir orang lain, (2) Tahap
realisme moral (patuh pada peraturan untuk menghindari hukuman, (3) Tahap
moral relativisme (memandang aturan sebagai suatu kesepakatan sosial, menilai
alasan benar atau salah atas dasar tujuan).
Ketiga, Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg. fokus perhatian
Kohlberg yaitu perkembangan penalaran (moral reasioning). Menurut Kohlberg
ada 6 tahap dalam moral reasoning: (1) Punishment and obedience orientation.
Indikatornya: menghindari hukuman dan taat secara buta. (2) Instrumental
relativist orientation. Indikatornya: bertindak untuk memuaskan kebutuhan,
hubungan antar manusia dianggap seperti hubungan jual beli. (3) Interpersonal
concoedance. Indikatornya : tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang
membuat senang orang lain. (4) Low and order orientation. Indikatornya:
menjunjung tinggi otoritas, tingkah laku disebut benar bila orang melakukan
kewajiban memlihara otoritas dan memelihara ketertiban sosial. (5) Social
contract legalistic orientation. Indikatornya: muncul kesadaran bahwa ketaatan
pada norma merupakan hasil kesepakatan bersama (konsensus). (6) The universal

ethical principle orientation. Indikatornya : benar salahnya tindakan ditentukan


oleh keputusan suara hati (budi nurani).
Keempat, perkembangan moral menurut Pandangan yang Berorientasi
Perilaku (Pandangan Behavioristik). . Menurut pandangan behavioristik semua
perilaku termasuk moral adalah produk dari penilaian reinforcement, hukuman
dan model dari orangtua. Selanjutnya fokus pada masalah keagamaan, nilai-nilai
keagamaan pada anak akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui
proses pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya sejak kecil.
Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu:
1. Pra-konvensional
2. Konvensional
3. Post-konvensional
Tingkatan tersebut diawali dari stadium nol dimana anak menganggap baik apa
yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya.
Tingkat I : Pra-konvensional. Pada stadium 1,anak menganggap baik dan buruk
atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa kepatuhan dan hukuman atas
kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya
Tingkat II : Konvensional. Pada stadium 3, anak mulai memasuki umur belasan
tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat
dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Tingkat III : Post-konvensional. Pada
stadium 5, remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan
lingkungan sosial melalui kata hati yang dirasakannya.
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Menurut
Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :

1) Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam
kehidupan,
2) Menemukan arti dan tujuan hidup,
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri,
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Definisi spiritual setiap individu
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan
ide-ide tentang kehidupan. Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan
spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual
merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur
psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual.
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT, adalah dia
dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan
melakukan ajaran-Nya. Dengan kata lain, manusia dikaruniai insting religius
(naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai
Homo Devinans, dan Homo Religious, yaitu makhluk yang bertuhan atau
beragama
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap moral dan spiritual peserta didik,
yaitu :
1.

Pembawaan. Yang dimaksud pembawaan disini adalah karakteristik dari


orang itu sendiri, dasar pemikiran dari individu barsarkan kepercayaan dan
budaya dimilikinya.

2.

Lingkungan keluarga. Keluarga sangat menentukan perkembangan


spiritual anak karena orang tua lah yang berperan sebagai pendidik atau
penentu keyakinan yang mendasari si anak.

3.

Lingkungan sekolah. Pendidkan keagamaan yang diterapkan disekolah


dapat mempengaruhi perkembangan spiritual anak, karena dengan adanya
pendidikan anak akan mulai berpikir secara logika dan menentukan apa
yang baik dan tidak bagi dirinya dan kelak akan menjadi karakter anak
tersebut.

4. Lingkungan masyarakat. Kebaradan budaya yang ada yang ada


dimasyarakat

akan

mempengaruhi

perkembangan

anak.

Apakah

perkembangannya menuju arah yang baik (positif) dan yang (negatif) itu
semua tergantung pada bagaimana cara anak berinteraksi dengan
masyarakat.
Menurut Kohlberg faktor kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan
moral. Perbedaan seseorang juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaan
tertentu.
Para ahli psikoanalisis memandang perkembangan moral sebagai proses
internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari
sudut organik biologis. menurut psikoanalisis nilai dan moral menyatu dalam
superego. Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau
perintah-perintah dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa sehingga
akhirnya terpencar dari dalam diri sendiri. Beberapa sikap orangtua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.

Konsisten dalam mendidik anak dilarang


Sikap orangtua dalam keluarga
Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan

nilai,moral dan sikap peserta didik adalah berikut :

a. Menciptakan komunikasi. Dalam komunikasi didahului dengan pemberian


informasi tentang nilai-nilai dan moral.
Menciptakan iklim lingkungan yang serasi.
Setelah memerhatikan tentang perkembangan moral dan keagamaan anak,
maka lembaga sangat dituntut untuk mengembangkan atau memperbaiki dan
membangun moral dan nilai keagamaan pada anak agar terciptanya manusia yang
bermoral dan religius.
Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat digunakan guru di sekolah
dalam membantu perkembangan moral dan spiritual peserta didik :
1. Memberikan

pendidikan

moral

dan

keagamaan

melalui

kurikulum

tersembunyi (hidden curriculum), yakni menjadikan sekolah sebagai atmosfer


moral dan agama secara keseluruhan.
2. Memberikan pendidikan moral langsung (direct moral education) , yakni
pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai dan juga sifat selama jangka
waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan sifat-sifat tersebut ke dalam
kurikulum
3. Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai (values
clarification), yaitu pendekatan pendidikan moral tidak langsung yang
berfokus pada upaya membantu siswa untuk memperoleh kejelasan mengenai
tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari
4. Menjadikan pendidikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk
mengkhayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis, tetapi
penghayatan yang benar-benar dikontruksi dari pengalaman keberagaman.
5. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan
spiritual parenting seperti :
1. Memupuk hubungan sadar anak dengan Tuhan melalui doa setiap hari.

2. Menanyakan

kepada

anak

bagaimana

Tuhan

terlibat

dalam

aktivitasnya sehari-hari
3. Memberikan kesadaran kepada anak bahwa Tuhan akan membimbing
apabila kita meminta.
4. Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada dalam jiwa mereka
dengan cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri
mereka tumbuh atau mendengar darah mereka mengalir, tetapi tahu
bahwa semua itu sungguh-sungguh terjadi sekalipun mereka tidak
melihat apapun

Hal yang belum dipahami

Pada bab ini saya belum memahami mengenai cara-cara yang ampuh untuk
menerapkan segala teori terkait dengan pendidikan moral terutama di
lingkungan keluarga yang sibuk. Seperti yang diketahui bahwa lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk kepribadian anak
dan lingkungan pertama anak mendapatkan pendidikan baik moral maupun
spiritual yang akan menjadi bekal anak nanti saat terjun di masyarakat. akan
tetapi banyak orang tua yang masih belum menyadari hal itu dan bersikap
biasa saja ketika anak mereka harus diasuh oleh pengasuh yang juga tidak
memberikan pendidikan moral. Dan pada akhirnya jika anak bersikap yang
tidak layak seperti yang diharapkan orang tua, orang tua hanya akan
mempersalahkan anak tanpa mau mengoreksi bahwa sebenarnya kesalahan
terbesar ada pada orang tua sebagai tempat memperoleh pendidikan pertama
kalinya. Selain itu saya juga tidak memahami mengenai kondisi Negara ini
yang semakin tidak karuan terutama dengan moralnya. Terkait dengan
pendidik juga harusnya telah memahami bagaimana moral dan spiritual
peserta didik juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis tetapi terkadang
pendidik hanya mempersalahkan mentah-mentah jika peserta didiknya
melakukan hal yang tidak sesuai dengan norma dan menjuge bahwa anak
tersebut moralnya kacau tanpa mencari tahu apa yang menyebabkan anak
tersebut begitu dan tidak mencari jalan keluar yang baik baginya dan hanya
memberika hukuman saja.

Pertanyaan yang muncul


Adakah pihak yang harus dipersalahakan atas terjadinya degradasi moral
di Negara ini? Kemudian siapa yang salah atas munculnya cerita-cerita
yang tidak mendidik moral anak di buku pegangan siswa? Seberapa
penting pendidikan mengenai cinta di Negara ini sehingga bisa diterbitkan
buku yang berisi tentang pendidikan berpacaran?
Sebenarnya degradasi moral dipengaruhi oleh berbagai hal yang sangat
kompleks. Terjadinya degradasi moral di Negara ini dipengaruhi oleh
banyak pihak untuk dapat dipersalahkan. Semua komponen berperan
untuk dipersalahkan atas terjadinya degradasi moral ini, mulai dari anak
itu sendiri, orang tua, pendidik, masyarakat sekitar, dan di era modern ini
ditambah dengan media elektronik terutama televise dan gadget. Pihak
yang salah adalah penulis yang tidak memiliki pengetahuan mengenai cara
menulis dan etika menulis yang sesuai dan hanya memikirkan tentang hal
yang sedang hits saat itu sehingga tidak peduli tentang moral yang
penting. Hal itu merupakan penjajahan moral yang terselubung dan sangat
berbahaya karena sikap amoral dalam cerita dikemas dalam buku yang
berlabel pendidikan. Sungguh mengerikan bukan? Pendidikan mengenai
cinta menurut saya tidak penting karena cinta adalah anugerah dan akan
datang secara alami tanpa harus diberi pendidikan. Selain itu mengenai
pacaran sebenarnya dalam agama inslam sendiri pacaran itu tidak ada
sehingga tidak perlulah ada pendidikan pacaran. Pacaran hanya akan
membuka lahan untuk bermaksiat semakin meraja lela karena Negara ini
belum siap mengenai pendidikan yang berbau seks karena belum dapat
berfikir bijak dan belum tau mana yang sudah dapat dilakukan dan mana
yang belum. Semua dipukul rata sama atas dasar hak tetapi tidak
memikirkan kewajibannya.

Refleksi diri

Alhamdulillah dari materi ini mengenai perkembangan moral dan spiritual peserta
didik dapat membantu saya nanti dalam mengajar ketika sudah menjadi guru dan
tidak hanya itu saya juga bisa menjagi lebih tau nantinya bagaimana cara
mendidik anak saya agar tidak salah didikan. Pendidikan moral sangat berkaitan

dengan pendidikan spiritual sehingga tidak cukup hanya mendidik moralnya saja
tetapi lebih ditekankan juga pada pendidikan spiritualnya. Menurut saya
pendidikan spiritual sangat berperan dalam perkembangan moralnya sehingga dua
hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Selain itu di era modern ini diperlukan kerja
ekstra baik dari orang tua maupun dari pendidik dalam mendidik moral dan
spiritual anak karena anak zaman sekarang berbeda dengan anak zama dahulu.
Anak zaman sekarang lebih kritis sehingga cara berfikir kritisnya perlu diarahkan
ke arah yang lebih baik karena jika tidak begitu akan berbahaya bagi sang anak.
Selanjutnya orang tua dan pendidik juga harus memahami mengenai kondisi
psikologis sang anak. Hal terakhir yang harus diperhatikan yaitu media elektronik
yang diberikan kepada sang anak harus dipantau berapapu usianya sampai anak
dianggap telah dewasa dan sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai