PERCOBAAN 8
UJI DESINFEKTAN
Disusun oleh:
Aulia Nurfauziyah Islamiati (10060322052)
Devita Desria (10060322053)
Nina Renata (10060322056)
Shift/Kelompok : B/5
Tanggal Praktikum : Senin, 15 Mei 2023
Tanggal Laporan : Senin, 22 Mei 2023
Nama Asisten : Desi Waliasih, S.Farm.
Bahan:
15 30 45 60 75 90
Infusa 1A + + + + + +
daun sirih
10%
1B + + + + + +
1C + + + + + +
Infusa 2A + + + + + +
daun sirih
merah
20 %
2B + + + + + +
2C + + + + + +
Infusa 3A + + + + + +
daun sirih
hijau 10%
3B + + + + + +
3C + + + + + +
Infusa 4A + + + + + +
daun sirih
20%
4B + + + + + +
4C + + + + + +
Standar 5A + + + + + +
karbol
5B + + + + + +
5C + + + + + +
Alkohol 6A + + + + + +
70%
6B + + + + + +
6C + + + + + +
5.2.Tabel Pengamatan Aktivitas Antimikroba terhadap Escherichia coli
15 30 45 60 75 90
Infusa 1D + + + + + +
daun sirih
merah 10%
1E + + + + + +
1F + + + + + +
Infusa 2D + + + + + +
daun sirih
merah 20%
2E + + + + + +
2F + + + + + +
Infusa 3D + + + + + +
daun sirih
hijau 10%
3E + + + + + +
3F + - - + + +
Infusa 4D + - - - - +
Daun Sirih
Hijau 20 %
4E - - - + - +
4F + + + - - -
Standar 5D + + + + + +
Karbol
5E + + + + + +
5F + + + + + +
Alkohol 6D - - + - - +
70%
6E + + - + + -
6F + - - - + -
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan uji desinfektan menggunakan
bakteri uji Staphylococcus aureus yang diinokulasi pada media nutrient agar
menggunakan bahan uji standar yaitu karbol. Tujuan dilakukannya uji
desinfektan adalah untuk dapat membedakan antara antiseptik dan
desinfektan. Pengujian dilakukan dengan metode kontak langsung dengan
prinsip untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suatu sampel mampu
menghambat mikroorganisme.
Antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat
pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri (Pelczar dan Chan, 2005),
diantaranya adalah dengan menggunakan antiseptic dan disinfektan.
Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
tau membunuh bakteri. Disinfektan adalah bahan kimia yang dapat
mematikan sel vegetative bakteri tetapi belum tentu mematikan sporanya
(Isadiartuti dan Reno, 2005). Disinfektan biasanya digunakan untuk
melindungi benda-benda mati, tidak untuk organ hidup (Thamher, 2002).
Pertama-tama meja dibersihkan terlebih dahulu secara aseptis
menggunakan alkohol 90% lalu di lap tujuannya untuk mengurangi dan
menghilangkan mikroorganisme pada permukaan benda hidup atau benda
mati. Kemudian disiapkan dua nyala api bunsen dan kedua bunsen disimpan
di meja dengan jarak kurang lebih 60 cm, jarak antara kedua nyala api
bunsen menandakan bahwa area tersebut area aseptis atau bebas dari
mikroorganisme. Kemudian disiapkan dua cawan petri besar, lima tabung
reaksi, rak tabung reaksi, alat swab, gelas ukur, pipet, serta karbol
ditempatkan di area aseptis. Selanjutnya dibuat terlebih dahulu media
menggunakan Nutrien agar ke dalam dua cawan petri yang sudah dibagi
menjadi 3 area yang berbeda menggunakan spidol untuk menandakan bahan
uji ditumbuhkan pada t15, t30, t45, t60, t75, dan t90. Nutrien agar
dituangkan ke dalam cawan petri menggunakan gelas ukur masing-masing
sebanyak 15 mL dan media dibiarkan memadat. Nutrien agar berperan
sebagai media pertumbuhan mikroba yaitu untuk melihat apakah suatu
bahan uji mengandung suatu mikroba atau tidak. Kemudian disiapkan enam
tabung reaksi lalu diberi label t15, t30, t45, t60, t75, dan t90. Lalu ke dalam
setiap tabung reaksi dituangkan 5 mL karbol. Digunakannya karbol sebagai
bahan uji standar adalah karena karbol merupakan disinfektan yang biasa
digunakan sebagai pembersih lantai. Beberapa disinfektan yang biasa
digunakan sebagai pembersih lantai adalah lysol (klorofenol dan kresol),
karbol (fenol), dan kreolin (Rasmika Dewi Dap, Susi Iravati, 2008). Setelah
itu, tabung reaksi t15 ditambahkan satu tetes biakan bakteri Staphylococcus
aureus dengan hati-hati di dekat nyala api bunsen untuk menghilangkan
mikroba atau kontaminasi yang masih hidup disekitar tabung reaksi. Setelah
tabung reaksi diberi biakan bakteri, tabung reaksi langsung dikocok selama
15 detik, tujuannya supaya bakteri dan karbol tercampur merata. Kemudian
disiapkan cawan petri berisi media dan alat swab, lalu cawan petri dibuka
secara perlahan di dekat nyala api bunsen dan dengan teknik steril diambil
biakan bakteri pada karbol t15 dan diswabkan pada media secara perlahan.
Hal yang sama dilakukan pada tabung reaksi t30-t90 dan cawan petri t30-
t90 secara aseptis. Tujuan dilakukannya proses tesebut adalah untuk melihat
apakah suatu bahan uji karbol efektif sebagai desinfektan atau tidak.
Apabila tidak terdapat pertumbuhan mikroba pada media NA maka karbol
efektif sebagai desinfektan. Kemudian seluruh cawan petri diinkubasi
selama 24 jam pada inkubator dengan suhu 37⁰C. Tujuan dilakukannya
inkubasi untuk peremajaan bakteri atau untuk dilihat karakteristik dari
bakteri tumbuh atau tidak. Dari hasil percobaan seluruh kelompok ABC
didapatkan bahwa bahan uji infusa daun sirih 10% seluruhnya tidak
memiliki aktivitas antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat
pertumbuhan mikroba pada media. Jika dibandingkan dengan bahan uji
karbol dan alkohol, bahan uji tersebut tidak berperan aktif sebagai
desinfektan dan antiseptik dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada
medianya. Kemudian bahan uji infusa daun sirih merah 20% seluruhnya
tidak memiliki aktivitas antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat
pertumbuhan mikroba pada media. Jika dibandingkan dengan bahan uji
karbol dan alkohol, bahan uji tersebut tidak berperan aktif sebagai
desinfektan dan antiseptik dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada
medianya. Lalu bahan uji infusa daun sirih hijau 10% juga seluruhnya tidak
memiliki aktivitas antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat
pertumbuhan mikroba pada media. Jika dibandingkan dengan bahan uji
karbol dan alkohol, bahan uji tersebut tidak berperan aktif sebagai
desinfektan dan antiseptik dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada
medianya. Kemudian bahan uji infusa daun sirih 20% seluruhnya sama-
sama tidak memiliki aktivitas antiseptik dan desinfektan karena masih
terdapat pertumbuhan mikroba pada media. Jika dibandingkan dengan
bahan uji karbol dan alkohol, bahan uji tersebut tidak berperan aktif sebagai
desinfektan dan antiseptik dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada
medianya. Jika dibandingkan dengan bahan uji karbol dan alkohol, bahan
uji tersebut tidak berperan aktif sebagai desinfektan dan antiseptik
dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada medianya. Untuk bahan
uji standar karbol dan alkohol 70% dari hasil percobaan masih terdapat
pertumbuhan mikroba dari t15 hingga t90 yang menandakan bahwa kedua
bahan uji tersebut tidak memiliki aktivitas sebagai antimikroba atau
desinfektan dan antiseptik. Bahan uji standar karbol tersebut seharusnya
memiliki aktivitas sebagai antimikroba karena zat disinfektan dalam cairan
pembersih lantai akan membunuh mikroorganisme yang terdapat di lantai.
Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Dewi et al.,
2016). Dan juga bahan uji standar alkohol seharusnya memiliki aktivitas
sebagai antiseptik, karena antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, alkohol
antiseptik ini relatif aman untuk kulit. Jenis yang digunakan biasanya adalah
etil alkohol atau etanol dengan konsentrasi 60-90%. Jenis alkohol lainnya
adalah 1-propanol (60–70%) and 2-propanol atau isopropanol (70–80%)
atau bisa jadi campuran dari jenis-jenis alkohol tadi. Sedangkan desinfektan
umumnya digunakan untuk benda mati, biasanya disinfektan ini digunakan
untuk mesterilkan alat-alat kedokteran (Lukmanudin, 2015).
Selanjutnya dari hasil percobaan kelompok DEF didapatkan bahwa
bahan uji infusa daun sirih merah 10% seluruhnya tidak memiliki aktivitas
antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat pertumbuhan mikroba
pada media. Jika dibandingkan dengan bahan uji karbol dan alkohol, bahan
uji tersebut tidak berperan aktif sebagai desinfektan dan antiseptik
dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada medianya. Kemudian
bahan uji infusa daun sirih merah 20% seluruhnya tidak memiliki aktivitas
antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat pertumbuhan mikroba
pada media. Jika dibandingkan dengan bahan uji karbol dan alkohol, bahan
uji tersebut tidak berperan aktif sebagai desinfektan dan antiseptik
dikarenakan terdapat pertumbuhan mikroba pada medianya. Lalu bahan uji
infusa daun sirih hijau 10% juga yaitu kelompok D dan E tidak memiliki
aktivitas antiseptik dan desinfektan karena masih terdapat pertumbuhan
mikroba pada media. Sedangkan untuk kelompok F pada t30 dan t45 tidak
ada pertumbuhan mikroba yang berarti bahwa bahan uji tersebut mampu
berperan sebagai antiseptik dan desinfektan yang hanya efektif pada detik
ke 30-45 karena setelahnya terdapat kembali pertumbuhan mikroba hingga
t90. Jika dibandingkan dengan bahan uji karbol dan alkohol, bahan uji
tersebut tidak berperan aktif sebagai desinfektan dan antiseptik dikarenakan
terdapat pertumbuhan mikroba pada medianya. Kemudian bahan uji infusa
daun sirih 20% kelompok D pada t30-t75 tidak ada pertumbuhan mikroba
yang berarti bahwa bahan uji tersebut mampu berperan sebagai antiseptik
dan desinfektan yang hanya efektif pada detik ke 30-75 karena setelahnya
terdapat kembali pertumbuhan mikroba pada t90. Jika dibandingkan dengan
bahan uji karbol dan alkohol, bahan uji infusa daun sirih 20% kelompok D
tersebut berperan aktif sebagai antiseptik dikarenakan jika dibandingkan
dengan bahan uji alkohol kelompok F bahan uji alkohol efektif berperan
sebagai antiseptik hanya pada t30-t75. Lalu bahan uji infusa daun sirih 20%
kelompok E pada t15-t45 dan t75 tidak ada pertumbuhan mikroba yang
berarti bahwa bahan uji tersebut mampu berperan sebagai antiseptik dan
desinfektan yang hanya efektif pada detik ke 15-45 dan 75 karena
setelahnya terdapat kembali pertumbuhan mikroba hingga t90. Jika
dibandingkan dengan bahan uji karbol dan alkohol, bahan uji infusa daun
sirih 20% kelompok E tersebut berperan aktif sebagai antiseptik
dikarenakan jika dibandingkan dengan bahan uji alkohol kelompok D bahan
uji alkohol efektif berperan sebagai antiseptik hanya pada t15-t30 dan t60-
t75. Lalu bahan uji infusa daun sirih 20% kelompok F pada t60-t90 tidak
ada pertumbuhan mikroba yang berarti bahwa bahan uji tersebut efektif
sebagai antiseptik dan desinfektan. Jika dibandingkan dengan bahan uji
karbol dan alkohol, bahan uji infusa daun sirih 20% kelompok F tersebut
berperan aktif sebagai antiseptik dikarenakan jika dibandingkan dengan
bahan uji alkohol kelompok F bahan uji alkohol efektif berperan sebagai
antiseptik dari t30 hingga t90. Sedangkan untuk bahan uji karbol kelompok
DEF, karbol tidak berperan sebagai desinfektan karena seluruhnya terdapat
pertumbuhan mikroba pada media yang seharunya hal itu tidak ada. Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadi pertumbuhan mikroba pada bahan uji yang
berperan sebagai desinfektan dan antiseptik bisa dari sediaan karbol yang
ditempatkan di ruangan terbuka tanpa ditutup oleh apapun sehingga bakteri-
bakteri berterbangan hingga masuk ke karbol, karena karbol tidak 100%
bisa membasi bakteri atau kuman. Lalu faktor selanjutnya pengerjaan yang
dilakukan kurang aseptis salah satunya karena nyala api bunsen yang kurang
besar. Kemudian dari alat-alat yang digunakan menggunakan pipet yang
tidak steril sehingga bakteri yang terdapat pada pipet menyebar ke bahan uji.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa infusa daun sirih merah
10% dan 20% tidak memiliki kemampuan desinfektan/antiseptic, karena masih
terdapat pertumbuhan bakteri pada media. Sedangkan infusa daun sirih hijau 10%
dan 20% memiliki sedikit kemampuan desinfektan/antiseptic, karena pada
beberapa waktu kontak infusa tersebut mampu menghambat pertumbuhan
bakteri juga karena waktu kotak mendekati standar.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, D. A. P. R., Iravati, S., & Sarto. (2016). Efektivitas Desinfektan terhadap
Bakteri Ruang Bedah Intalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. ReserarchGate.
Donnell, G., & Russell, A. D. (2019). Antiseptics and disinfectants: activity, action,
and resistance. CRC Press.
Isadiartuti, D. dan S. Reno. (2005). Uji Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan
yang Mengandung Etanol dan Triklosan. Majalah Farmasi
Airlangga. Jakarta.
Rutala, W.A, Weber, D.J. (2018). Pedoman untuk desinfeksi dan sterilisasi di
fasilitas kesehatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Weber, D. J., Rutala, W. A., & Miller, M. B. (2019). Role of hospital surfaces in
the transmission of emerging healthcare-associated pathogens: norovirus,
Clostridium difficile, and Acinetobacter species. American Journal of
Infection Control, 47(5), A21-A27.