Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH : LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN


“PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
MENGGUNAKAN METODE UJI RESISTENSI
DENGAN CDC BOTTLE BIOASSAY”

Dosen Pengampu :
Tri Marthy Mulyasari, SST, M.KL

Oleh :
Ulfah Faoziah
P1337433220074
Alih Jenjang D-IV Sanitasi Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA IV
TAHUN 2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Pertemuan : 13
ke-
Materi : Uji Resistensi dengan CDC Bottle Bioassay
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan praktik uji resistensi dengan
menggunakan CDC Bottle Biossay

A. Dasar Teori
Resistensi merupakan suatu fenomena evolusi yang diakibatkan oleh seleksi pada
serangga hama yang diberi perlakuan insektisida secara terus menerus. Resistensi di
lapangan yang kadangkala diindikasikan oleh menurunnya efektivitas suatu teknologi
pengendalian tidak terjadi dalam waktu singkat. Resistensi insektisida berkembang
setelah adanya proses seleksi yang berlangsung selama banyak generasi (Untung, 2004).
Resistensi telah berkembang pada setiap kelas insektisida, termasuk obat mikrobial
(microbial drugs) dan pengatur pertumbuhan serangga (insect growth regulator). Secara
biokimia, terdapat dua sifat utama resistensi, yaitu resistensi tempat sasaran (target-site
resistance) yang terjadi karena insektisida tidak lagi berikatan dengan target sasarannya,
dan yang kedua adalah detoksifikasi resistensi berbasis enzim (detoxification enzyme-
based resistance) yang terjadi karena naiknya aktivitas esterase, oxidase ataupun
glutathione S-transferase (GST) yang menghalangi insektisida mencapai target
sasarannya. Target dari organofosfat (termasuk karbamat) sendiri adalah
acetylcholinesterase pada sinap saraf (nerve synaps) (Brogdon dan McAllister, 1998).
Upaya pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian penyakit arthropod-born
viral disease telah banyak dilakukan. Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik,
pengendalian hayati, pengendalian kimiawi, pengendalian genetik dan pengendalian
terpadu. Pengendalian fisik dengan mengelola lingkungan sehingga keadaan lingkungan
tidak sesuai bagi perkembangbiakan nyamuk, pengendalian hayati dengan memanfaatkan
organisme predator dan patogen, pengendalian kimiawi dengan menggunakan insektisida
untuk membunuh nyamuk, pengendalian genetik dilakukan dengan menyebarkan
pejantan mandul ke dalam ekosistem, dan pengendalian terpadu dilakukan dengan
menggabungkan berbagai teknik pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan
Susi Soviana, 2000).
Pemberantasan vektor dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu
program pengendalian penyakit yang ditularkan vektor. Insektisida yang digunakan
biasanya hanya berdasarkan hasil uji coba terhadap satu spesies saja nyamuk vektor dan
pada kondisi satu daerah saja, sedang indonesia yang merupakan negara kepulauan
dengan keragaman ekosistem kepekaan nyamuk vektorpun mungkin berbeda dari satu
daerah dengan daerah lainnya. Selain itu akibat penggunaan insektisida kimia yang
berulang-ulang menimbulkan masalah baru yaitu membunuh serangga bukan target dan
timbulnya resistensi vektor terhadap insektisida.
Bioassay merupakan metode untuk mendeteksi dan mengetahui karakter resistensi
insektisida pada populasi vektor tertentu. Uji bioassay ini memiliki prinsip yang sama
dengan kertas uji kerentanan WHO yaitu dengan memaparkan insektisida dengan
konsentrasi tertentu dalam beberapa waktu. Selain itu, uji ini juga dapat dilakukan untuk
mengukur efikasi formula insektisida (Brogdon, 2014)
Untuk itu dilakukan pengujian terhadap insektisida yang digunakan untuk
melakukan pengendalian. Apakah insektisida tersebut masih bisa digunakan untuk
memberantas vektor atau sudah resisten. Uji biokimia adalah uji resistensi nyamuk
terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuantifikasi enzim yang
bertanggung jawab pada proses resistensi. Keunggulan dari uji biokimia adalah informasi
status kerentanan diperoleh lebih cepat dan dapat menunjukan mekanisme penurunan
kerentanan (resistensi dan toleransi) yang diukur pada serangga secara individu.
(Widiarti, 2002).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Aspirator
b. Paper cup
c. Pipet kontrol
d. Pipet perlakuan
e. Filler
f. Pipet plastik/ pipet jentik
g. Aluminium foil
h. Tabung sentrifuge
i. 5 Botol whitten (1 kontrol, 4 perlakuan)
j. Alas steril
k. Timer
l. Kertas label kecil
m. Kertas label besar
n. Buku
o. Spidol
p. Bolpoint
2. Bahan
a. Zat aktif insektisida permetrin
b. Zat aktif insektisida deltametrin
c. Zat aktif insektisida DDT
d. Zat aktif insektisida malathion
e. Zat aktif insektisida alfa sipermetrin
f. Aseton

C. Prosedur Kerja
1. Pindahkan nyamuk dari kandang ke dalam paper cup menggunakan aspirator
2. Beri label pada masing masing botol whitten sebagai botol uji kontrol, botol uji
perlakuan (1), botol uji perlakuan (2), botol uji perlakuan (3), dan botol uji
perlakuan (4)
3. Masukkan aseton ke dalam botol uji kontrol sebanyak 1 ml menggunakan pipet
kontrol kemudian tutup botol secara rapat dan homogenkan dengan memiringkan,
memutar, dan membalik botol
4. Setelah homogen, buka tutup botol dan posisikan botol uji kontrol dalam keadaan
miring diamkan hingga 1-2 jam
5. Masukkan zat aktif insektisida dari tabung sentrifuge ke dalam botol whitten uji
perlakuan (1) sebanyak 1 ml menggunakan pipet kontrol kemudian tutup botol
secara rapat dan homogenkan dengan memiringkan, memutar, dan membalik botol
6. Setelah homogen, buka tutup botol dan posisikan botol uji perlakuan (1) dalam
keadaan miring diamkan hingga botol mengering
7. Lakukan perlakuan yang sama pada botol perlakuan (2), (3), dan (4) seperti pada
botol perlakuan (1)
8. Tutup seluruh botol uji kontrol dan perlakuan menggunakan alas steril agar botol
tidak terkontaminasi
9. Setelah botol mengering, tutup semua botol dengan rapat
10. Buka kembali botol kontrol untuk memasukkan nyamuk ke dalam botol sebanyak
10-25 ekor dari paper cup menggunakan aspirator
11. Beri perlakuan yang sama pada botol uji perlakuan (1), (2), (3), dan (4) seperti
pada botol uji kontrol dengan memasukkan jumlah nyamuk yang sama pada setiap
botol
12. Lakukan observasi selama 2 jam dengan menggunakan alat bantu timer, dan
hitung kematian nyamuk pada setiap botol uji setiap 15 menit
13. Catat hasil dan interpretasikan hasil yang diperoleh pada buku

Anda mungkin juga menyukai