Anda di halaman 1dari 2

Uji kepekaan antimikroba dapat dilakukan dengan 2 macam metode,

yaitu metode difusi dan metode dilusi. Cara pengujian potensi (daya atau kekuatan) senyawa
antimikroba ada bermacam-macam, tergantung pada sifat dan bentuk sediaan senyawa
antimikroba. Pada umumnya digunakan cara pengenceran, cylinder diffusion plate method,
paper disk diffusion method dan agar dillution plate method (Putri dkk., 2017).

Pada percobaan ini akan dilakukan uji sensitivitas mikroba pada bakteri Staphylococcus
aureus. Menurut Anshar (2017), Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-Positif
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 um, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.
Berdasarkan bakteri yang tidak membentuk spora, maka S.aureus termasuk jenis bakteri yang
paling kuat daya tahannya.

Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu
bakteri terhadap antibiotik. Uji kepekaan/sensitivitas bertujuan untuk mengetahui daya
kerja/efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh bakteri. Sedangkan pada percobaan
ini metode yang digunakan adalah metode disk diffusion (Kirby-Bauer) pada media Mueller-
Hinton. Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba
pada permukaan media agar. Keunggulan uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang
lebih besar dalam memilih obat yang akan diperiksa

Menurut Putri dkk (2017), Prinsip kerja metode difusi adalah terdifusinya senyawa
antimikroba (misalnya antibiotik) ke dalam media padat di mana mikroba uji (misalnya
bakteri patogen) telah diinokulasikan.

Kandungan dari antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
atau dihasilkan secara sintetik yang bersifat toksik. Senyawa yang terbentuk dapat
membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain yang kontak
dengan bakteri tersebut (Nur et al. 2013).
Dalam praktikum sudah di sediakan 5 tabung reaksi dengan konsentrasi 2% 1% 0,5% 0,25%
0,125%, Hal yang pertama di lakukan adalah menimbang kloramfenikol sebanyak 0,2 gram
lalu di masukan ke dalam salah tabung reaksi dengan konsentrasi 2% yang sudah di isi 10ml
aquadest. Lalu di homogenkan sampai larut, kemudian di lakukan pengenceran turun kepada
tabung reaksi 1% sampai 0,125% dengan mengambil pengenceran antibiotik pada metode
MIC dilakukan dengan penurunan setengah kontrasinya

Pada praktikum kali ini kami menggunkan tabung reaksi pada konsentrasi 1%,
kemudian, Media yang digunakan dalam penelitian adalah Mueller Hinton Agar yang
merupakan agar standar uji sensitivitas antibiotic. Media ini mengandung sulfonamida,
trimethoprim, dan inhibitor tetrasiklin yang rendah serta memberikan pertumbuhan bakteri
patogen yang memuaskan (Pincus, 2011). Hal yang pertama di lakukan yaitu penggoresan
terhadap media MHA menggunakan katembat yang sudah disetrilkan dengan cara aseptis,
aseptik dalam hal ini berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena terdapat
mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki. Setelah itu di celupkan ke dalam tabung
bakteri SA dengan metode sinambung.

Kemudian media MHA tersebut di lakukan uji sensitivitas dengan metode diffusi on agar
menggunakan cakram antimikroba. Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan
(metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.
Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar
acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik. Pada
perlakuan ini dilakukan dengan cara mengambil 3 kertas cakram diberikan pada permukaan
media MHA setelah itu diberikan larutan suspensi antibiotik dengan konsentrasi 1%
sebanyak 10 mikroliter pada permukaan kertas cakram dan tidak boleh sampai luber atau
suspense keluar dari kertas cakam. Hal ini sudah sesai dengan literatur Menurut Putri dkk
(2017), Pada difusi secara paper disk kertas disk yang mengandung antibiotik diletakkan di
atas permukaan media agar yang telah ditanam mikroba uji, setelah itu hasilnya dibaca.
Penghambatan pertumbuhan mikroba oleh antibiotik terlihat sebagai zona jernih disekitar
pertumbuhan mikroba. Setelah diletakkan di atas media yang sudah di tanami bakteri,
kemudian di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derjat C.

Adapun hasil pengamatan bakteri S. aureus pada antibiotic kloramfenikol tidak


ditemukannya zona bening pada sekitar kertas cakram, hal ini tidak sesuai dengan literatur
Mulyadi (2017), Zona bening yang terbentuk pada media yang telah diinokulasi bakteri
disekitar cakram kertas yang diletakkan pada sampel menunjukkan aktivitas penghambatan
dari sampel terhadap bakteri uji. Sedangkan Menurut Mulyadi (2017), Zona bening yang
terbentuk pada media yang telah diinokulasi bakteri disekitar cakram kertas yang diletakkan
pada sampel menunjukkan aktivitas penghambatan dari sampel terhadap bakteri uji hambat
terhadap mikroba. Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan
sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik.

Adapun kesalahan dari kelompok kami yaitu

Tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik menurut standar penilaian diameter zona hambat
antibiotik berdasarkan CLSI (Clinical Laboratory Standards Institute) dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu sensitif, intermediet, dan resisten. Suatu bakteri dikatakan sensitif
terhadap antibiotik apabila bakteri tersebut dapat dihambat dengan baik dan terbentuk zona
bening pada saat diuji (peka terhadap antibiotik), kategori intermediet apabila bakteri dapat
dihambat tetapi dengan daya hambat yang lebih lemah, dan kategori resisten apabila bakteri
dapat dihambat tetapi menunjukkan daya hambat yang sangat lemah atau tidak terbentuk
daya hambat sama sekali (Suheri, 2019).

Anda mungkin juga menyukai