Anda di halaman 1dari 5

Metode uji sensitivitas bakteri pada praktikum ini adalah dengan cara mengetahui dan

mengukur berpotensi bahan anti bakteri untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah. Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui
obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada
kasus-kasus penyakit yang kronis, serta untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai
macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut
resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan
atau akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.
Dalam uji sensitifitas dengan menggunakan metode Kirby-Bouwer kami dapat
mengetahui beberapa jenis bakteri yang sensitif terhadap antibiotika yang diujikan. Discus
antibiotika yang mengandung antibiotika ditempatkan pada media agar (MHA) yang telah
membeku dan telah diolesi bakteri. Bakteri yang sensitif terhadap antibiotika akan menunjukkan
lingkaran seperti cincin yang disekitar discus antibiotika yang diletakkan diatas media agar,
dimana lingkaran disekitar discus antibiotika ini disebut zona hambatan atau zona inhibisi.
Dengan menguji sensitifitas antibiotika pada bakteri yang sama akan diperoleh diameter zona
hambatan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sensitifitas bakteri terhadap setiap
antibiotika berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh kerentanan dari bakteri yang diuji terhadap
masing-masing antibiotika.
Terdapat 3 klasifikasi yang biasa digunakan, (sensitif, intermediate, dan resisten).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik. Atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat
terhadap mikroba. Resistensi adalah suatu keadan dimana mikroba sudah tidak peka terhadap
antibiotik. Intermediate adalah suatu keadaan dimana mikroorganisme mengalami pergeseran
sifat dari sensitiv menjadi resisten tapi belum sepenuhnya resisten.
Parameter tingkat sensitivitas suatu antimikroba berdasarkan luas zona hambatan, jika
suatu antimikroba memiliki zona hambatan yang paling luas maka antimikroba tersebut
dinyatakan paling sensitive terhadap bakteri yang diuji artinya antimikroba ini paling efektif
digunakan untuk pengobatan jika terinfeksi bakteri uji tersebut.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji antibiotik terhadap pertumbuhan mikoba. Antibiotik
yang digunakan adalah antibiotik Amoxisilin, antibiotik Ciprofloxasin, antibiotic Penicillin.

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah
kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik
memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain
adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat
sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat
replikasi DNA.
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini ialah :
1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab
penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Pada praktikum kali ini uji kepekaan yang digunakan dengan metode cakram difusi. Pada metode
ini inokulum bakteri ditanam secara merata pada permukaan agar. Cakram antimikroba (cakram
kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu) yang
diletakkan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi ke dalam media sekitarnya. Hasilnya
dilihat dari zona hambat antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri. Ukuran zona jernih
tergantung kepada kecepatan difusi antimikroba, derajat sensitifitas mikroorganisme dan
kecepatan pertumbuhan bakteri. Zona hambat cakram antimikroba pada metode difusi
berbanding terbalik dengan MIC. Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi
daya hambat minimum MIC. Untuk derajat kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter
zona hambat yang berbeda-beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan kategori resisten,
intermediate atau sensitif terhadap antimikroba uji.
Pada praktikum ini medium yang digunakan adalah medium MHA
(Mueller Hinton Agar), karena medium ini paling efektif dalam menentukan
uji sensitivitas dari bakteri basil gram negative golongan Enterobacteriae

yang telah ditetapkan oleh (Clinical & Laboratory Standards Institute: CLSI
Guidelines

Suspensi bakteri yang dibuat berasal dari bakteri basil gram negative golongan
Enterobacteriae, dengan ciri-ciri koloni cembung, colorless, ukuran besar dan kecil yang tumbuh
pada media SSA. Suspense bakteri dibuat dalam 5 ml aquades steril kemudian diambil beberapa
ose yang dimasukkan ke dalam aquades steril dibandingkan kekeruhannya dengan standar Mac
Farlan 5%. Selanjutnya dimasukkan 1 ml suspense bakteri dan digores merata pada permukaan
media dengan menggunakan lidi kapas steril dibelakang api Bunsen, tujuan dari pengerjaan
dibelakang api Bunsen ini adalah menghindari kontaminasi dari praktikan serta menghindari
bakteri yang kita tanam berpindah kepraktikan. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian
dalam 3 media MHA lalu ditunggu beberapa menit untuk membiarkan bakteri menempel pada
media, media jangan diletakkan terbalik terlebih dahulu. Langkah selanjutnya adalah meletakkan
antibiotic pada media yang telah berisi bakteri, namun sebelum itu media dibagi terlebih dahulu
menjadi 3 bagian karena antibiotic yang kita tanam ada 3 jenis yaitu antibiotik Amoxisilin,
antibiotik Ciprofloxasin, antibiotic Penicillin, hal ini bertujuan agar sama besar wilayah dari
masing-masing antibiotic. Diambil cakram disk dengan menggunakan pinset lalu diletakkan pada
daerah yang sudah kita tentukan, saat meletakkannya usahakan agak menekannya sedikit agar
cakram disk dapat berdifusi dalam media, dan diamkan beberapa menit agar cakram disk dapat
menempel sempurna, jangan meletakkan media terbalik, untuk menghindari cakram disk jatuh
karena belum menempel sempurna. Selanjutnya diinkubasi dalam suhu 37 0C selama 24 jam,
dengan posisi media terbalik.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 24 jam, diperoleh hasil
bahwa untuk diameter zona hambat antibiotik Amoxisilin pada plate 1 didapatkan diameter 1,2
cm dengan jari-jari 0,6 cm. Pada plate 2 didapatkan diameter 1,3 cm dengan jari-jari 0,65 cm.
Pada plate 3 tidak ditemukan adanya zona bening disekitar antibiotik, sehingga didapatkan ratarata jari-jarinya 0,625 cm. Dapat disimpulkan bahwa bakteri basil gram negative golongan
enterobacteriae ini kepekaannya terhadap antibiotic Amoxisilin adalah Resistent.
Pada antibiotik Ciprofloxasin pada plate 1 didapatkan diameter 2,9 cm dengan jari-jari
1,45 cm. Pada plate 2 didapatkan diameter 3,0 cm dengan jari-jari 1,5 cm. Pada plate 3

didapatkan diameter 3,1 cm dengan jari-jari 1,55 cm, sehingga didapatkan rata-rata jari-jarinya
1,5 cm, Dapat disimpulkan bahwa bakteri basil gram negative golongan enterobacteriae ini
kepekaannya terhadap antibiotic Ciprofloxasin adalah Resistent
Pada antibiotik Penicillin pada plate 1 didapatkan diameter 1,3 cm dengan jari-jari 0,65
cm. Pada plate 2 didapatkan diameter 1,3 cm dengan jari-jari 0,65 cm. Pada plate 3, sehingga
Pada plate 3 tidak ditemukan adanya zona bening disekitar antibiotik didapatkan rata-rata jarijarinya 0,65 cm, Dapat disimpulkan bahwa bakteri basil gram negative golongan enterobacteriae
ini kepekaannya terhadap antibiotic Penicillin adalah Resistent
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :
Kekeruhan suspensi bakteri.
- Kurang keruh : diameter zone lebih lebar.
- Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.
b) Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. idak boleh melebihi batas
waktu karena dapat mempersempit diameter zone hambatan sehingga jadi R.
c) Temperatur inkubasi
Pertumbuhan optimal : 35 C bila 35O C ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada
obat yang difusinya kurang baik.
d) Waktu inkubasi.
- Waktu : 16 18 jam
- Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone hambat makin
sempit.
e) Ketebalan agar
Ketebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat
lambat.
f) Jarak antar disk obat

- Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter 9-10m paling banyak 7
disk obat.
- Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.
g) Potensi disk obat
Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya berbeda. Yang harus
diperhatikan :

Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C.
ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.

h) Komposisi media
Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.
Quality Control :
o Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
diameter zone hambatan.
o Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard seperti :
Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :


1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.
2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.
3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai