PEMERIKSAAN UREUM
OLEH :
KELOMPOK IV GENAP
1.
2.
3.
4.
5.
(P07134014002)
(P07134014004)
(P07134014006)
(P07134014008)
(P07134014010)
PEMERIKSAAN UREUM
Tanggal Praktikum
Tempat Praktikum
I. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan kadar ureum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami kadar ureum pada sampel
b. Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar ureum pada sampel.
II. METODE
Metode Kinetik Enzimatik Talke and
III.PRINSIP
Urea + 2 H2O2
2NH4+ + CO32ureas
NH4+ + 2-oxoglutarate + NADH
L-Glutamate
GLDH
NAD+
H2O.
Rentang nilai absorbansi berubah pada panjang gelombang 340 nm, panjang
gelombang ini sesuai untuk konsentrasi urea dalam serum
IV. DASAR TEORI
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan
tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk,
satu di setiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200
liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan
air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang
disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air
seni.
Ginjal adalah organ tubuh yang terdiri dari korteks dan medulla, ginjal
terletak di daerah abdomen, retroperitoneal antara vetebra lumbal 1 dan 4. Tiap ginjal
terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di korteks dan
puncaknya yang disebut papilla bermuara di kaliks minor. Pada daerah korteks
terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal. Panjang ginjal bervariasi
yaitu 6 cm 12 cm dan dan beratnya sekitar 24 sampai lebih dari 150 gram. Tiap
ginjal mengandung 1 juta nefron. Pada manusia, pembentukan nefron selesai pada
janin 35 minggu. Nefron baru tidak dibentuk lagi setelah lahir. Perkembangan
selanjutnya adalah hipertrofi dan hiperplasia struktur yang sudah ada disertai
maturasi fungsional. Tiap nefron terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman,
tubulus proksimal, anse henle dan tubulus distal. Glomerulus bersama dengan
kapsula bowman juga disebut badan maplphigi. Meskipun ultrafiltrasi plasma terjadi
di glomerulus tetapi peranan tubulus dalam pembentukan urine tidak kalah
pentingnya.
B. Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit, pengaturan konsentrasi osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan keseimbangan asam-basa, ekskresi sisa metabolisme dan bahan kimia
asing, pengatur tekanan arteri, sekresi hormon, dan glukoneogenesis. Fungsi dasar
nefron adalah membersihkan atau menjernihkan plasma darah dan substansi yang
tidak diperlukan tubuh sewaktu darah melalui ginjal. Substansi yang paling penting
untuk dibersihkan adalah hasil akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat
dan lain-lain. Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang
cenderung untuk berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan.
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang
tidak diperlukan dalam tubuh adalah menyaring sebagian besar plasma di dalam
glomerulus yang akan menghasilkan cairan filtrasi. Selain itu jika cairan filtrasi
ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak diperlukan tidak akan direabsorpsi
sedangkan substansi yang diperlukan direabsorpsi kembali kedalam plasma dan
kapiler peritubulus. Mekanisme kerja nefron yang lain adalah sekresi. Substansisubstansi yang tidak diperlukan tubuh akan disekresi dan plasma langsung melewati
sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan tubulus. Jadi urine yang akhirnya
terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansi-substansi yang difiltrasi dan
juga sebagian kecil substansi-substansi yang disekresi.
C. Definisi Ureum
ureum dalam sampel, dan dibaca pada photometer dengan panjang gelombang 550
nm. Sedangkan metode UV auto fast-rate memiliki prinsip urea ditambah air dengan
adanya urease membentuk 2 amonium dan 2 HCO3 , kemudian ammonium beraksi
dengan 2 Oxoglutarate dan NADH dengan GLDH menjadi L-glutamate dan
NAD+serta air, perjalanan reaksi konstan selama 60 detik, peningkatan absorban dari
GLDH sebanding dengan kadar Urea dalam sampel, dan dibaca pada photometer
dengan panjang gelombang 340 nm.
F. Tinjauan Klinis Ureum
Adapun tinjauan klinis dari ureum adalah :
1. Uremia
Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum akan
meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Hal ini dikarenakan ureum bersifat racun
dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal berupa air seni. Keadaan
tersebut disebut uremia.
2.
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun. Pada gagal ginjal kronik fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Penurunan jumlah glomeruli yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Gangguan ginjal yang kronik akan
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (fungsi penyaringan ginjal)
sehingga ureum, kreatinin, dan asam urat yang seharusnya disaring oleh ginjal untuk
kemudian dibuang melalui air seni menurun, akibatnya zat-zat tersebut akan
meningkat di dalam darah.
V.
VI.
Bahan reagen R1
- Tris Buffer (pH 8)
- Urease
- GLDH
- 2-oxoglutarate
Bahan reagen R2
- NADH
Urea kalibrator
100 mmol/l
10 KU/l
45 KU/l
5,49 mmol/l
1,66 mmol/l
CARA KERJA
1. Disiakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dikondisikan reagen dan sampel dalam suhu ruang selama 30 menit
3. Disiapkan 3 buah tabung serologis
4. Tabung I diisi dengan 500l monoreagen dan 5l larutan kalibrator /
larutan standar
5. Tabung II diisi dengan 500l monoreagen dan 5l sampel
6. Dihomogenkan
7. Diukur konsetrasi dan absorbansinya pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 340 nm
VII.
HASIL PENGAMATAN
Probandus 1
Data Sampel
Nama
: Dina
Kode Sampel
:Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: Kalibrator
: 340 nm
Suhu Inkubasi
: 370 C
Absorban
: 0,042
Konsentrasi
: 42,8 mg/dl
Sampel
: 340 nm
Suhu Inkubasi
: 370 C
Absorban
: 0,229
Konsentrasi
: 233,4 mg/dl
Reagen Standar
Reagen Cholesterol
Sampel Serum
PEMBAHASAN
dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk
diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea
diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara
produksi dan ekskresi urea. (Riswanto, 2010)
Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum. Dikumpulkan 3-5
ml darah vena pada tabung bertutup merah, hindari hemolisis. Dicentrifuge darah
kemudian pisahkan serum-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa
terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi
pengaruh diet terhadap hasil laboratorium. (Riswanto, 2010)
Pada praktikum ini, diukur kadar ureum menggunakan spektrofotometer
dengan reagen Erba. Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kinetik enzimatik.
Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik yang memanfaatkan enzim urease
yang sangat spesifik terhadap urea.
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diambil 2
tabung serologis, lalu diisi dengan reagent sebanyak 500 L kemudian ditambahkan
secara berturut-turut larutan standar, dan sampel sebanyak 5 L. Dalam proses
pemipetan diusahakan agar tidak timbul gelembung udara dan harus menggunakan
tip yang bersih. Penambahan larutan standard dan sampel dilakukan sesaat sebelum
larutan
dibaca
pada
spektrofotometer,
karena
pemeriksaan
ureum
tidak
membutuhkan inkubasi di luar alat, melainkan inkubasi langsung di dalam alat. Jadi,
dipastikan terlebih dahulu spektrofotometer dalam keadaan siap untuk menjalankan
prosedur pemeriksaan sebelum mencampurkan sampel dengan reagen.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan ureum pada pasien atas nama
Dina. Nilai absorbansi yang diperoleh pada saat pengukuran larutan standar dan
sampel berturut-turut adalah 0,042 dan 0,229 dengan konsentrasi standard dan
sampel berturut-turut adalah 42,8 mg/dl dan 233,4 mg/dl. Nilai normal kadar ureum
wanita dewasa adalah 0,6 s.d. 1,1 mg/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar
ureum darah pasien meningkat.
Adapun masalah klinis pemeriksaan kadar ureum adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Kadar
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan
semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat)
pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab
prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi karena gagalnya
mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme
tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok,
kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti
pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan
penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam
jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, cedera fisik berat, luka bakar,
dan demam.
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang
menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan
oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, dan
nekrosis korteks ginjal.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah
ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin.
Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan
pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh prostat,
batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat berdifusi
masuk kembali ke dalam darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat
nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid, triamteren);
antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin, kanamisin,
kloramfenikol,
metisilin,
neomisin,
vankomisin);
obat
antihipertensi
panjang, dekstran, glukosa, atau saline intravena, juga bisa menurunkan kadar
urea akibat pengenceran. Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar urea
misalnya fenotiazin. (Riswanto, 2010)
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir selalu
disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN terhadap kreatinin
merupakan suatu indeks yang baik untuk membedakan antara berbagai kemungkinan
penyebab uremia. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20.
Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa
penyebab uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat daripada
kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau transplantasi
ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal
jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkin akibat ekskresi melalui saluran cerna. (Riswanto,
2010)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang
berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya,
dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu.
2. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum.
Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila
penderita banyak minum.
3. Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan
kadar BUN
(Riswanto, 2010)
IX.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan ureum pada sampel serum atas nama Dina
(perempuan), diperoleh hasil 233,4 mg/dl. Kadar ureum probandus melebihi batas
normal.
DAFTAR PUSTAKA
Dani
Suryadin.2015.Laporan
Ureum.(online).tersedia
https://www.scribd.com/doc/292730684/laporan-ureum.[Diakses: 9 Oktober
2016]
Anonim.2013.Laporan
Praktikum
Ureum.(online).tersedia
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/sa.html#ixzz2gP253mH
3.[Diakses: 9 Oktober 2016]
Riswanto.
2010.
Ureum
(Darah).
[online]
tersedia:
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/03/ureum-darah-serum.html
[Diakses: Senin, 10 Oktober 2016; 20:03]
Nabella. 2011. Hubungan Asupan Protein Dengan Kadar Ureum Dan Kreatinin Pada
Bodybuilder [Diakses: Senin, 10 Oktober 2016; 20:06]
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing III
Pembimbing II
Drs.A.A.N.Santa.A.P
Pembimbing IV