Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 6

Nama anggota: 1.A.Nurul Magkhfirah /po714203181002

2.Marwah /po714203181014

Tugas. : Laporan kimia klinik

PEMERIKSAAN UREUM

A. Metode pemeriksaan
Enzimatik UV

B. Prinsip
Urea dihidrolisis oleh air dan uricase menghasilkan ammonia dan
karbondioksida. Dalam reaksi modifikasi Berthelot, ion ammoium
bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat membentuk zat warna hijau.
Peningkatan absorbansi pada gelombang 578 nm sebanding dengan
konsentrasi urea pada sampel

                                                                   urease                   
Urea + 2H2O  -------------->2NH4+  +  2HCO3+

                                                                              
GLDH
NH +
2-Oxoglutarate +  4   + NADH  ------->  L-Glutamate + NAD+  +  H2O

C. Dasar teori
Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam
cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalm urin dan
diekskresikan. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap
ekskresi ureum kira-kira 25 mg per hari (Widman, 1995).
Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolisme
asam aminoyang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul
kecil mudah berdifusi kecairan ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan
melalui urine lebih kurang 25 gr/hari.Ureum normal 10 – 50 mg/dl. Pada
prinsipnya urea dalam sampel dengan bantuanenzim urease akan
menghasilkan amonia dan karbondioksida. Setelah dicampurdengan
pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu kompleks
yang absorbansinya dapat diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis.
Pengukuran kadaramonia dengan metode Bertholet sangat sensitif dan
mempunyai koefisien ekstingsi molar (ɛ) sebesar 20000. Selain itu metode ini
memiliki spesifisitas yang tinggiterhadap ion amonium. Reaksi berjalan
lambat, tapi dapat ditingkatkan dengan penambahan agen pengkopling,
seperti Na-nitroprusid (McClarchey, 2002)

Rumus bangun ureum

Kondisi kadar urea yang tinggi disebut uremia. Penyebab uremia


terseringadalah gagal ginjal yang menyebabkan gangguan ekskresi.
Azotemia mengacukepada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat
molekul rendah pada gagalginjal (Sahota et al ., 2013).

Uremia prarenal berarti peningkatan BUN akibatmekanisme yang


bekerja sebelum filtrasi darah oleh glomerulus. Mekanisme-mekanisme
ini mencakup penurunan signifikan aliran darah ke ginjal seperti
padasyok, dehidrasi, atau peningkatan katabolisme protein seperti
perdarahan masif kedalam saluran cerna disertai pencernaan hemoglobin
dan penyerapannya
sebagai protein dalam makanan. BUN adalah produk akhir dari metabolis
me protein, dibuatoleh hati, sampai pada ginjal tidak mengalami
perubahan molekul. Uremia pascarenalterjadi apabila terdapat obtruksi
saluran kemih bagian bawah di ureter, kandungankemih, atau uretra yang
mencegah ekskresi urin. Urea di
urinyangtertahandapat berdifusi kembali ke dalam aliran darah. Penyebab 
uremia diginjal mencangkup penyakit atau toksisitas yang mempengaruhi 
glomerulsdan mikrovaskularisasiginjal atau tubulus ginjal (Kopple and
Shaul, 2004)

Tes BUN (Blod Urea Nitrogen) adalah tes yang mengukur jumlah
nitrogen pada darah yang berasal dari produk limbah urea karena itu meru
pakan pengukuran tidak langsung dari urea dalam aliran darah. Urea
dibentuk ketika
terjadipemecahan protein di dalam tubuh. Urea diproduksi di dalam hati d
an diekskresi melalui urin.Sebelum melakukan tes BUN, sebaiknya
hindari mengkonsumsi banyak daging atau protein lain dalam 24 jam
sebelum tes berlangsung (Shils et al ., 2006)

D. Alat dan bahan


Alat :
              1. Spektrofotometer 
2.Sentrifunge
3. Mikropipet
4. Tip
5. Tabung Reaksi
 6. Kuvet

Bahan:
              Serum Probandus

               2. Reagen Lab Test


1.Reagen 1

2.Reagen 2

3. Enzim

4. Standar

E. Persiapan Reagens
Reagen 2 standar siap digunakan.
Enzim (reagen 1a) disiapkan dengan mencampurkan isi enzim dengan
reagen 1
Contoh : 1ml ENZ + 100 ml RGT 1 atau 1ml ENZ + 1000 ml RGT 2
F. Spesimen
Serum atau plasma
G. Panjang Gelombang
Adapun panjang gekombang pada ureum yaitu 578 nm
H. Stabilitas Reagens
Reagen tahan sampai batas kadaluarsa ketika saat bergesel dan disimpan
pada suhu 2 – 80C.
RGT 1, RGT 2 dan ENZ akan stabil setelah dibuka selama 6 minggu pada
suhu 2 – 80C atau 2 minggu pada suhu 15 – 250C.
Enzim reagen 1a stabil selama 4 minggu pada suhu 2 – 80C atau 2
minggu pada suhu 15 – 250C. Hindari kontaminasi setelah dibuka
I. Cara Kerja
1. Diambil darah probandus sebanyak 3 mL lalu sentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan      3000 rpm
2. Setelah selesai pisahkan serum dari darah, dan masukkan ke dalam
tabung reaksi
3. Siapkan 3 buah kuvet masing- masing di beri label blanko, standar,dan
sampel
4. Buat pengenceran reagen kerja yaitu 4000 µL reagen 1 dan 1000 µL
reagen 2 (4:1)
5. Kemudian masukkan 1000 µL reagen kerja di masing-masing kuvet
6. Pada Kuvet 2 tambahkan 10 µL reagen standar dan diinkubasi selama
5 menit pada suhu 20-250C
7. Pada kuvet 3 tambahkan 10 µL serum probandus dan diinkubasi pada
suhu kamar selama 10 menit
8. Setelah selesai diinkubasi lalu mengukur absorbansi sampel terhadap
blanko kurang dari 60 menit dengan menggunakan spektrofotometer
yang mempunyai panjang gelombang 578 nm

J. Pembahasan

Masalah Klinis :

1.      Peningkatan Kadar
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada
peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea,
kreatinin, as,am urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi
tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia
prarenalterjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi
oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi :
 penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan
darah, dan dehidrasi
 peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan
gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan
penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke
dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia
(pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar,
demam.

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang


menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat
disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam
nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian
bawah ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi
urin. Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan
pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh
prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat
berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti :
obat nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid,
triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat
antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol, morfin;
litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar
urea misalnya fenotiazin.

2.      Penurunan Kadar

Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang


berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino
tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi
hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan
androgen yang intensif, kadar urea rendah karena kecepatan anabolisme
protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan, kadar urea kadang-kadang
terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus, diversi
nitrogen ke fetus, atau karena retensi air. Penurunan kadar urea juga
dijumpai pada malnutrisi protein jangka panjang. Penggantian kehilangan
darah jangka panjang, dekstran, glukosa, atu saline intravena, bisa
menurunkan kadar urea akibat pengenceran.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir
selalu disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN
terhadap kreatinin merupakan suatu indeks yang baik untuk membedakan
antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio BUN/kreatinin
biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar BUN dengan
kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa penyebab uremia adalah
nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau transplantasi
ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada
gangguan ginjal jangka panjang yang paranh, kadar yrea terus meningkat,
sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi
melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal
dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran
cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan
kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal,
gagal ginjal, azotemia pascarenal.

K. Perhitungan
Jumlah konsentrasi sampel
C: Jumlah konsentrsi standart
X Faktor

L. Faktor Perhitungan
 Serum
Urea : 80 mg/dL atau 13,3 μmol/L
BUN: 37,28 mg/dL atau 6,2 μmol/L
 Urine
Urea : 80,8 g/dL atau 1343 μmol/L
BUN: 37,65 g/dL atau 626,2 μmol/L
M. Nilai normal
 serum (urea) : 10 - 50 mg/dL atau 1,7-8,3 μmol/L
 Urine : 20 - 35 g/24h atau 333-583 μmol/24h
N. Kesimpulan
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan test urea, sampel
direaksikan dengan reagen kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 578 nm.
DAFTAR PUSTAKA

Baron, D. N, 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Text Book of Chemical


Pathology) Edisi 4. EGC. Jakarta.
Bishop L. Michael, Duben L, Janet – Kirk Engelel, Fody P. Edward. 2000. Clinical
Chemistry: Principles, Procedures, Correlations Edisi 4. Lippincott Williams
& Willkins (A Wolters Kluwer Company). Baltimore.
Dyan. 2005. Ureum dan Kreatinin. Available online
at http://dyanelekkodhog.blogspot.com/2011/09/ureum-dan-kreatinin.html
[Diakses tanggal 8 Mei 2013].
Guyton, Arthur C. 2006. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Murray, Robert, K. Darylk, Granner, Peter, A. mayos, Victor, W. Rodwell.
2003. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai