Anda di halaman 1dari 5

Nama : Moch Dhava Farzana Firdaus Turmudzi

Nim : B1R19020

Prodi : D3 TLM Tingkat ll

Pemeriksaan Sifilis Dengan Metode VDRL


(Venereal Disease Research Laboratory)

Tanggal:

04 Juni 2021.

Metode:

Flokulasi.

Tujuan:

Untuk mendeteksi adanya antibody non-treponemal pada sampel serum.

Prinsip:

Uji venereal disease research laboratory (VDRL) merupakan pemeriksaan slide


microflocculation untuk sifilis yang menggunakan antigen yang terdiri dari
kardiolipin, lesitin, dan kolesterol. Antigen tersebut disuspensikan dalam cairan
bufer salin, membentuk flocculates ketika digabungkan dengan antibodi lipoidal
pada serum atau cairan serebrospinal pasien sifilis.

Dasar Teori:

Treponema pallidum subspesies pallidum merupakan agen penyebab sifilis.


Organisme tersebut merupakan parasit obligat bagi manusia. Treponema
pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang antara 6-20 μm dan
diameter antara 0,09-0,18 μm. (Jadurani Gustyari, 2015)

Treponema pallidum dapat berenang dalam lingkungan viscous (contohnya


rongga mulut, traktus intestinal), tetapi hanya dapat berputar dalam air karena
gesekan minimal. Kontak dengan udara, antiseptik, atau cahaya matahari akan
membunuh mikroba tersebut. Jika diletakkan di luar tubuh dalam lingkungan
gelap dan lembab hanya bertahan tidak lebih dari 2 jam. (Jadurani Gustyari, 2015)

Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana


apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA
(Trophonema Phalidum Heamaglutinasi). Pemeriksaan VDRL serum bisa
memberikan hasil negatif palsu pada tahap late sifilis dan kurang sensitif dari RPR.
Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema
pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. (Jadurani Gustyari, 2015)

Alat dan Bahan:

1. Glass slide VDRL (berwarna 4. Pengaduk disposable


putih) 5. Rotator
2. Maat pipet atau pipet ukur 0,1 6. Stopwatch
ml 7. Reagen VDRL
3. Rubber bulb / karet
penghisap / push ball

Prosedur:

 Kualitatif:
1. Bawa reagen dan sampel pada suhu ruangan
2. Teteskan 50μl sampel pada slide putih (sebagai tes). Teteskan 1 tetes
kontrol positif dan 1 tetes kontrol negatif pada tempat yang berbeda
sebagai kontrol
3. Teteskan 1 tetes reagen (antigen) pada sampel tes, 1 reagen pada
kontrol positif dan 1 tetes reagen untuk kontrol negatif
4. Homogenkan dengan menggunakan pengaduk disposable
5. Letakkan pada rotator dan goyangkan pada 100 rpm selama 8 menit
atau 180 rpm selama 4 menit.
6. Lihat adanya agregat (flokulasi).
 Kuantitatif:
1. Teteskan 50μl 0,9% saline pada 5 lubang
2. Tambahkan 50μl sampel pada lubang pertama saline, homogenkan
dengan menggunakan tip yang sama
3. Ambil 50 μl pada lubang pertama, masukkan pada lubang kedua saline,
homogenkan. Lakukan hal yang sama sampai lubang ke 5. Buang 50 μl
dari lubang ke lima
4. Pengenceran sampel 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32
5. Letakkan pada rotator dan goyangkan pada 100rpm selama 8 menit;
atau 180 rpm selama 4 menit
6. Lihat adanya agregat (flokulasi).

Interpretasi Hasil:

 Kualitatif
a. Reaktif : Bila tampak gumpalan sedang atau besar.
b. Reaktif lemah: Bila tampak gumpalan kecil – kecil.
c. Non reaktif : Bila tidak tampak flokulasi atau gumpalan.
 Kuantitatif
Ditentukan titernya (diamati pengenceran terakhir yang masih
menunjukkan adanya flokulasi).

Hasil:
Probandus

Nama: Mr.X

Umur: 27 Tahun

Gender: Laki-laki

 Kualitatif
Reaktif (+)
 Kuantitatif
Reaktif (+) pada pengenceran 1:8

Pembahasan:

Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana


VDRL positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema
Phalidum Heamaglutinasi). Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil
negatif palsu pada tahap late sifilis dan kurang sensitif dari RPR. Pemeriksaan
VDRL dapat menggunakan sampel serum atau plasma, sampel yang tidak
hemolisis, dan sampel yang tidak terkontaminasi oleh bakteri. Tes VDRL dapat
digunakan untuk penapisan atau screening dan untuk menilai hasil pengobatan.
Hasil yang diberikan berupa reaktif, nonreaktif atau reaktif lemah, dan hasil
kauntitatif dalam bentuk titer (1/2, 1/4, 1/8, dan seterusnya). Hasil pada sifilis
stadium II dapat mencapai 1/64 atau 1/128. Pada tes flokulasi dapat terjadi reaksi
negatif semu karena terlalu banyak reagin, reaksi ini disebut dengan Reaksi
Prozon, jika diencerkan dan diperiksa lagi maka hasilnya akan menjadi positif.

Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu pada tahap late
sifilis dan kurang sensitif dari RPR. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi
terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-
spesifik. Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit misalnya pada
infeksi primer hasil pemeriksaan serologi biasanya menunnjukkan hasil non
reaktif. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya
chancre. Dan pada infeksi sekunder hasil serelogi akan selalu positif dengan titer
yang terus meningkat. Pasien yang terinfeksi bakteri treponema akan membentuk
antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan yang dilepaskan karena
kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain.

Kesimpulan:

Dari pemeriksaan sifilis dengan metode VDRL pada sampel serum atas nama Mr.X
(27 th) di dapatkan hasil reaktif ditandai dengan terbentuknya flukulasi. Hasil
positif menunjukkan adanya antibodi non treponemal di dalam sampel serum
tersebut.

Daftar pustaka:

1. Nosa Ika Cahyariza, 2021. PEMERIKSAAN SIFILIS


https://classroom.google.com/u/0/c/MzI4OTk3MTMyMDc1 Diakses 2 Juni
2021 pukul 13.20 WIB
2. Jadurani Gustyari, 2015. Pemeriksaan vdrl
https://dokumen.tips/download/link/pemeriksaan-vdrl. Diakses 2 Juni 2021
pukul 13.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai