Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tes laboratorium adalah tes yang digunakan oleh dokter untuk

mendiagnosis suatu kondisi, memantau perkembangan penyakit, dan melihat

efektifitas pengobatan. Hasil dari suatu tes laboratorium harus bisa di

pertanggung jawabkan, maka dari itu harus diperhatikan mengenai prosedur

dan teknik pemeriksaannya (Robert, M. & Youngson, 2009).

Proses hemostasis adalah mekanisme keseimbangan dalam menghentikan

dan mencegah perdarahan. Vasokontriksi pembuluh darah akan terjadi

apabila pembuluh darah luka, kemudian trombosit berkumpul dan melekat

pada pembuluh darah yang luka membentuk sumbat trombosit. Faktor

koagulasi akan diaktifkan sehingga membentuk benang fibrin yang membuat

sumbat trombosit menjadi stabil maka dari itu pendarahan dapat dihentikan.

Gangguan hemostasis terdiri dari BT, CT, aPTT, PT, dan TAT (Prima

Astiawanti, 2008).

Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan

koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan

dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan


untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi

(Juliantisilaen, 2014).

Pemeriksaan waktu perdarahan terdapat beberapa metode yaitu metode

Ivy dan Duke. Metode Ivy dinyatanyan normal apabila waktu perdarahannya

antara 1-6 menit. Perdarahan yang berlangsung lebih dari 10 menit telah

membuktikan adanya sesuatu kelainan dalam mekanisme hemostasis. Namun

perlu juga menyadari kemungkinan tertusuknya satu vena, pada persangkaan

ini ulangilah pemeriksaan pada lengan lain. Metode Duke dinyatakan normal

apabila waktu perdarahannya antara 1-3 menit (R.Gandasoebrata,2010).

Metode Duke kurang memberatkan kepada mekanisme hemostasis

karena tidak diadakan pembendungan, hasil pemeriksaan menurut metode Ivy

lebih dapat dipercaya. Cara Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan

anak kecil saja, karena mengenakan ikatan figmomanometer pada lengan atas

tidak mungkin atau sukar dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010). Namun

berdasarkan pengalaman selama praktek laboratorium dilapangan,

kebanyakan rumah sakit menggunakan metode Duke untuk pemeriksaan

waktu perdarahan pada semua usia dengan alasan untuk mengefektifkan

waktu karena metode Duke dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat,

dan untuk kenyamanan pasien karena pasien akan merasa pegal saat proses

pembendungan menggunakan metode Ivy. Maka dari itu dilakukan

pemeriksaan waktu perdarahan menggunakan metode Duke.


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara menentukan masa perdarahan menggunakan metode

duke?

1.3 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui masa perdarahan menggunakan

metode duke.

1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui masa

perdarahan menggunakan metode duke.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Darah

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam

cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai

jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-

unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara

fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti

menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan

integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan

yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut

serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein)

dalam tubuh manusia terjadi proses sirkulasi berbagai macam zat yang

dibutuhkan tubuh. Diperlukan peredaran media pengantar dan alat-alat yang

turut berperan dalam sirkulasi untuk melakukan proses ini. Media dan alat-

alat ini bekerja bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan

sistem sirkulasi darah. Media yang berperan dalam peredaran zat-zat penting

ke seluruh tubuh ini adalah darah (Hoffbrand, A.V, 2013).

2.2 Pengertian Bleeding Time (Waktu Perdarahan)

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan

koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan


dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan

untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi

(Juliantisilaen, 2014).

Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang

dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik.

Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan

metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode

pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun

1980-an, sehingga muncul pertanyaan mengenai validitas pemeriksaan

Decterina melakukan analisis regresi linier untuk mengetahui sensitifitas,

spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari Bleeding Time (waktu

perdarahan). Nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan)

dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit,

kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan

skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi trombosit dan

mendeteksi adanya kelainan von willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung

dipengaruhi oleh jumlah trombosit terutama dibawah 50.000/mm3,

kemampuan trombosit membentuk plug, vaskularisasi dan kemampuan

konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak mempengaruhi waktu

perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang cukup parah

(Nugraha, Gilang, 2015).


Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan

apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin,

karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus

ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak

mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5

hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013)

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode

yaitu Ivy dan Duke. Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat,

sehingga dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy.Agar pemeriksaan

terstandarisasi maka dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan

menggunakan sfigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Tusukan dilakukan

pada lengan bagian bawah menggunakan lanset (Nugraha, Gilang, 2015).

Metode Duke kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena tidak

diadakan pembendungan. Namun metode Duke sebaiknya hanya dipakai pada

bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan

figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan

(R.Gandasoebrata, 2010).

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) lebih baik dengan

menggunakan metode Ivy, karena dilakukan pada permukaan volar lengan

bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang relatif

seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh

peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013).


2.3 Pembekuan Darah

Pembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif

sedikit zat pemula secara beruntun mengaktifkan, dengan proteolisis, reaksi

protein prekursor yang beredar (enzim-enzim faktor pembekuan) yang

memuncak pada pembentukan trombin, selanjutnya mengkonversi fibrinogen

plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada

tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak

stabil menjadi sumbatan haemostasis yang kuat, utuh, dan stabil. Kerja reaksi

enzim ini membutuhkan pemekatan setempat factor-faktor pembekuan yang

beredar pada tempat luka. Reaksi melalui permukaan terjadi pada kolagen

yang telah terpapar, faktor III dan faktor jaringan. Dengan pengecualian

fibrinogen yang merupakan sub unit bekuan fibrin, faktor-faktor pembekuan

adalah prekursor enzim maupun kofaktor, yaitu kemampuan menghidrolisa

ikatan peptide tergantung pada asam amino serin pada inti aktifnya (Sacher,

R.A., dan McPherson, R.A. 2000).

2.4 Masalah Klinis pada Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)

Menurut Nugraha, Gilang, 2015 masalah klinis pada pemeriksaan

bleeding time (waktu perdarahan)

1. Pemendekan waktu Penyakit Hodkin

2. Pemanjangan Waktu

3. Purpura trombositopenia, disarankan untuk memeriksa jumlah trombosit

sebelum melakukan tes waktu perdarahan (v.dacie, sir john dan lewis S.M)
4. Abnormalitas fungsi trombosit, gangguan ini bisa disebabkan oleh obat

paraprotein atau kelainan trombosit (v.dacie, sir john dan lewis S.M)

5. Abnormalitas vaskular

6. Leukemia

7. Penyakit hati kronis

8. DIC (disseminated intravascular coagulation)

9. Anemia aplastik

10. Defisiensi faktor (V, VII, XI)

11. Penyakit Christmas

2.5 Metode Pemeriksaan Bleeding Time (BT)

1. Metode Ivy

Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode Ivy,

tekanan darah manset ditempatkan di lengan atas dan meningkat sampai

40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau pisau bedah yang digunakan untuk

melakukan tusukan luka di bagian lengan bawah. Perangkat, pisau

otomatis pegas paling umum digunakan untuk membuat potongan

berukuran standar. Kawasan ditikam dipilih sehingga tidak ada vena

superfisialis. Ini pembuluh darah, karena ukuran mereka, mungkin kali

pendarahan lagi, terutama pada orang dengan pendarahan cacat. Waktu

dari ketika luka menusuk dibuat sampai pendarahan semua telah berhenti

diukur dan disebut waktu perdarahan (Bleeding Time). Setiap 30 detik,

handuk kertas digunakan untuk membersihkan dari darah. Tes ini selesai
ketika pendarahan telah berhenti sepenuhnya. Nilai Normal untuk metode

ini adalah 1 – 6 menit (Euis Mayangsari, 2016).

2. Metode Duke

Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang

ditusuk untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes

ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar- benar

berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada

vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai

kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah

bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat

menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut

dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian kosmetik. Daerah

yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus

ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat

luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena alkohol

akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. Nilai

Normal untuk metode ini adalah 1-3 (Euis Mayangsari, 2016).

2.6 Manfaat Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dalam Klinik

Bleeding Time (waktu perdarahan) dalam laboratorium klinik bermanfaat

untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, tetapi

keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh. Pemeriksaan

ini adalah pemeriksaan yang dasar, apabila ditemukan kelainan maka dapat
dilakukan pemeriksaan yang lebih khusus untuk mencari suatu kelainan

tertentu (R.Gandasoebrata,2010).

2.7 Pengertian Hemostasis

Fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah

agar darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan

dinding pembuluh darah disebut fungsi hemostasis. Fungsi hemostasis

berguna untuk mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan

pembuluh darah

2.8 Mekanisme Hemostasis

Menurut I Made Bakta, 2012, fungsi hemostasis melibatkan berbagai

sistem, yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Vaskuler

2. Sistem trombosit

3. Sistem koagulasi

4. Sistem fibrinolisis

5. Inhibitor

Fungsi hemostasis akan bekerja dengan baik apabila sistem tersebut

bekerja sama dalam suatu proses yang seimbang dan saling mengontrol.

Kelainan disebabkan karena adanya kekurangan atau kelebihan suatu

komponen. Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis,

sedangkan kekurangan fungsi hemostasis akan menyebabkan perdarahan

(hemorrhagic diathesis). Langkah-langkah dalam hemostasis :


a. Langkah I : Hemostasis primer, pada langkah ini terjadi pembentukan

primary plateletplug (sumbat trombosit).

b. Langkah II: Hemostasis sekunder, pada langkah ini terjadi pembentukan

stable hemostatic plug (plateletdan fibrin plug).

c. Langkah III:Fibrinolisis yang menyebabkan lisis dari fibrin setelah

dinding vaskuler mengalami reparasi sempurna sehingga pembuluh darah

kembali paten.

Fungsi hemostasis terdiri atas 2 komponen, yaitu :

1) Fungsi koagulasi, yang berakhir dengan pembentukan fibrin stabil.

Fungsi koagulasi melibatkan 3 komponen, yaitu : komponen vaskuler,

komponen trombosit, komponen koagulasi

2) Fungsi fibrinolisis, yang berakhir dengan pembentukan plasmin

2.9 Pemeriksaan Fungsi Hemostasis

Gangguan hemostasis dengan perdarahan abnormal dapat terjadi akibat :

1. Kelainan vaskuler

2. Trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit

3. Gangguan pembekuan darah

Uji sederhana banyak dilakukan untuk menilai trombosit, dinding

pembuluh darah, dan komponen koagulasi hemostasis. Beberapa uji yang

dilakukan diantaranya adalah :

a. Hitung darah dan pemeriksaan sediaan hapus darah, Penyebab lazim dari

perdarahan abnormal ialah Trombositopenia, sehingga pasien-pasien

dengan kecurigaan kelainan darah awalnya harus diperiksa hitung


darahnya, termasuk hitung trombosit dan pemeriksaan sediaan hapus

darah. Selain untuk memastikan adanya trombositopenia, tindakan ini

dapat menemukan penyebabnya, misalnya leukemia akut. (A.V.

Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012).

b. Uji skrining pembekuan darah, Uji ini untuk menilai sistem ekstrinsik dan

intrinsik pembekuan darah juga menilai perubahan sentral fibrinogen

menjadi fibrin. (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). Masa

protrombin (prothombin time, PT) berfungsi untuk mengukur faktor-faktor

VII, X, V, protrombin, dan fibrinogen. Masa tromboplastin parsial

teraktivasi (the activated partial thromboplastin, APTT) digunakan untuk

mengukur faktor VIII, IX, XI, dan XII selain faktor X, V, protrombin, dan

fibrinogen (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012).

c. Metode kimiawi, kromogenik, dan imunologik dilakukan untuk

pengukuran kuantitatif protein lain misalnya fibrinogen, VWF, dan faktor

VIII. Aktivitas faktor XIII dapat dinilai dengan pengujian kelarutan

bekuan dalam urea (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012).

d. Bleeding Time (waktu perdarahan) adalah pemeriksaan yang berguna

untuk fungsi trombosit yang abnormal, termasuk diagnosis defisiensi

VWF (Von Willebrand Factor). Masa perdarahan juga memanjang pada

trombositopenia, tetapi normal pada perdarahan abnormal yang

disebabkan oleh vaskular (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss,

2012).
e. Uji fungsi trombosit ,Agregometri trombosit merupakan pemeriksaan yang

paling berguna untuk mengukur penurunan serapan cahaya dalam plasma

kaya trombosit sejalan dengan agregasi trombosit. Agregasi awal (primer)

disebabkan oleh suatu zat eksternal, agregasi sekunder adalah respon

terhadap zat penyebab agregasi yang dilepaskan dari trombosit

sendiri.Lima zat penyebab agregasi eksternal yang paling banyak dipakai

adalah ADP, kolagen, ristosetin, asam arakidonat, dan adrenalin. Pola

respon terhadap tiap zat membantu dalam menegakkan diagnosis (A.V.

Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012).

f. Uji terhadap fibrinolisis, Pemendekan masa lisis bekuan euglobulin dapat

mendeteksi adanya peningkatan kadar aktivator plasminogen yang

bersirkulasi. Metode imunologik juga tersedia untuk mendeteksi produk

pemecahan fibrinogen atau fibrin dalam serum. Pada pasien yang

mengalami peningkatan fibrinolisis, dapat dideteksi kadar plasminogen

dalam darah yang rendah (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss,

2012).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum yang berjudul “ PemeriksaanBleeding Time Metode

Duke” Dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Maret 2019 bertempat dilaboratorium

Fitokimia Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Tujuan

Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pada perdarahan buatan jingga

tidak terjadi perdarahan lagi.

3.3 Metode

Metode yang digunakan pada pemeriksaan Bleeding Timeyaitu metode

duke.

3.4 Prinsip

Prinsip pemeriksaan Bleeding Time yaitu dilakukan perlakuan standar

terhadap daun telinga, lamanya perdarahan hingga tidak terjadi perdarahan

dicatat.

3.5 Pra Analitik

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

lancet, kapas, alkohol 70%, tisu, kertas saring dan stopwatch

3.6 Analitik

1. Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol, biarkan hingga mengering.

2. Pucatkan daun telinga.

3. Tusuk daun telingan dengan lancet.


4. Usap darah yang pertama kali keluar

5. Setiap 30 detik usah darah pada daun telinga

6. Catat waktu yang diperlukan hingga darah berhenti keluar

3.7 Pasca Analitik

Metode duke: 1-3 menit


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Insial Pasien Umur Hasil Nilai Rujukan

Tn. SR 19 thn 30” 1-3 Menit

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bleeding Time

4.2 Pembahasan

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan

koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan

dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan

untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi

(Juliantisilaen, 2014).

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan hasil pemeriksaan

bleeding time metode duke yaitu 1.20” dimana masih dikatakan normal

karena nilai rujukan dari bleeding time metode duke yaitu 1-3 menit.

Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang

dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik.

Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan

metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode


pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun

1980-an. Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh

dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti

nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang.

Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien

diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri

tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013)

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu

Ivy dan Duke.

Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat, sehingga dilakukan

perbaikan berdasarkan metode Ivy.Agar pemeriksaan terstandarisasi maka

dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan menggunakan

sfigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Tusukan dilakukan pada lengan

bagian bawah menggunakan lanset (Nugraha, Gilang, 2015). Metode Duke

kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan

pembendungan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan Bleeding Time didapatkan hasil pada

pasien atas nama Tn. SR yang berumur 19 tahun jenis kelamin laki-laki

dengan metode Duke adalah 30 detik. metode duke dalam praktikum ini

karena dinilai lebih aman. Cara duke, mula-mula dilakukan tindakan

antisepsis dengan menggunakan alcohol 70% pada anak daun telinga. Dengan

lancet, dilakukan tususkan pada tepi anak daun telinga. Stopwatch dijalankan

waktu darah keluar. Setiap 30 detik, darah dapat dihisap dengan kertas saring.

Setelah darah tidak keluar lagi, stopwatch dihentikan. Nilai normal berkiasar

antara 1-3 menit.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini yaitu

sebaiknya kita melakukan pemeriksaan pada beberapa pasien agar dapat

mengetahui perbandingan hasil dari setiap pasien.


DAFTAR PUSTAKA

A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit dan P.A.H. Moss. (2012). Kapita Selekta Hematologi

Ed. 4. Jakarta : EGC.

Euis Mayangsari, 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu

Perdarahan) Dengan Metode Ivy Dan Duke [ID]. Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Ciamis [KTI]

Hoffbrand,A.V.2013. Kapita Selekta Hematologi edisi 6. Terjemahan oleh Brahm

U, Pendit, Liana Setiawan, Anggraini Iriani. Jakarta:EGC

Juliantisilaen. (2014). Waktu Perdarahan [internet]. Tersedia dalam

http://www.slideshare.net/juliantisilaen/waktu-perdarahan [diakses 24 maret

2019

Nugraha Gilang. (2015). PanduanPemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.

Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

R.Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta :

Alfamedia & Kanal Medika

Sacher, R.A., dan McPherson, R.A. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, edisi 11. Terjemahan oleh Brahm U. Pendit, Dewi Wulandari.

2004. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai