TINJAUAN PUSTAKA
heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk
yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
senyawa organik untuk nutrisinya bila mereka hidup dari benda organik mati
tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan dari zat-zat kimia yang lebih
berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar
dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5mm dan panjang berkisar 5-
30mm. Khamir bersifat fakultatif, artinya khamir dapat hidup dalam keadaan
Kapang (molds) adalah fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi secara
menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamenyang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk
mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi
sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha),
kenali karena sering kali membentuk koloni berserabut seperti kapas. Tubuh
jamur berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa di sebut misellium.
coklat, abu-abu, dan sebagainya. Jamur benang pada umum nya bersifat aerob
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan,
dan reproduksinya. Fungi benang terdiri atas massa benang yang bercabang-
cabang yang disebut miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang
merupakan benang-benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari
hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat
pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa
Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua macam hifa, yaitu hifa
tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri jamur
yang termasuk Phycomycetes (Jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel
(soenositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan
di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
2. Parasit fakultatif
Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang
yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
3. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti
kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan
Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan-bahan organik dalam
yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang
hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat
parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes (Waluyo, 2011).
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
dan bir.
semai.
manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia (Sumiarsih,
2003).
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit
terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis
1. Epidermis
Lapisan Malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta)
merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari
akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir
selsel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein
lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah
2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi
selsel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk,
seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh
menyerang rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang
klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu
anatominya.
Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial. Yang
korneum kulit, kuku, dan rambut pada manusia. Kemungkinan besar terjadinya
infeksi pada daerah tersebut pada manusia. Selain menyerang jaringan keratin
jamur dermatofita dapat terjadi jika berkontak dengan hewan yang terinfeksi
tiap Negara (Abbas, dkk. 2012). Penelitian World Health Organization (WHO)
terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh
dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis merupakan tipe
yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris, pedis, dan onikomikosis
(Lakshmipathy. 2013).
2.9 Etiologi
menginfeksi hanya pada kulit dan jarang pada kuku (Budimulya. 2007).
2.10 Epidemiologi
Umur, Jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting,
dimana prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki 5 kali lebih banyak dari
wanita. Namun demikian tinea kapitis lebih sering pada wanita dewasa, dan
anak-anak usia 3-14 tahun. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kebersihan
perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta status sosial ekonomi
kulit meningkat kejadian infeksi tinea. Alas kaki yang tertutup, berjalan adanya
Johnson. 2012).
2.11 Patogenesis
normal yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang di produksi oleh
desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim
2008).
imun penderita dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV,
untuk menyerang jamur. Saat ini, lesi menjadi inflamasi, dan barier
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofit pada kulit kepala, alis, dan bulu mata
ini adalah bentuk dermatofitosis yang diklasifikasikan menjadi tiga genera yaitu
Bercak yang tak berambut tersebut biasanya berkrusta dengan banyak pustul
dan dapat menimbulkan alopesia permanen. Setiap bercak tidak berambut pada
kulit kepala yang tampak bersisik dan berkrusta harus dicurigai sebagai infeksi
jamur. Untuk memastikan diagnosis tinea kapitis, rambut perlu dicabut, dan
dari fungi hanya dapat dilakukan apabila kita telah mempunyai isolat murni.
Untuk hal tersebut fungi yang akan dipelajari harus dipisahkan terlebih dahulu
melakukan isolasi kita harus menyusun suatu rencana kerja dan mempersiapkan
medium tepat yang segar, serta peralatan gelas yang akan diperlukan. Medium
(PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox Agar (CDA), Carrot Agar
(CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar
dengan fungi yang akan diisolasi. Ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah tersedia komersial. Medium khusus ini misalnya Acetic Dichloran Yeast
Extract Sucrose Agar (ADYESA) untuk fungi yang tumbuh di lingkungan yang
untuk fungi yang memerlukan bahan yang berkadar protein tinggi seperti keju,
dengan menyediakan suatu cawan petri dengan medium PDA, TEA atau RBC
tanpa tutup dibiarkan selama 15-20 menit di tempat fungi akan “ditangkap”,
kemudian cawan ditutup dan diinkubasikan pada suhu yang sesuai. Semua
cawan petri yang lain untuk dimurnikan sebelum dipindahkan lebih lanjut ke
dalam tabung reaksi, baik sebagai stock culture maupun sebagai working
memiliki perbedaan pada kebutuhan nutrisinya, tidak ada satupun medium yang
yaitu media cair (liquid media) dan media padat (solid media). Apabila media
dinamakan rich media atau broth. Media padat menggunakan bahan pembeku
bahan pembeku akan mencair saat dididihkan, kemudian didinginkan pada suhu
40-42℃ sebelum dibekukan. Media Agar ini tidak akan mencair lagi kecuali
pada suhu 80-90℃. Agar merupakan media yang paling sering digunakan dan
terbuat dari rumput laut pilihan, media agar adalah agen pengeras yang bagus
Escherichia coli.
Nutrient Agar, Tryptic Soy Broth (TSB)/ Tryptic Soy Agar (TSA),
MacConkey Agar.
mikroorganisme.
d. Media penyubur (enrichment media)
menggunakan bahan atau zat yang serupa dengan habitat tempat mengisolasi
mikroorganisme tersebut.
pertumbuhan, misalnya bile salt dan dye (fuchsin, crystal violet, brilliant
green) yang akan menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan tidak
memberi efek pada bakteri Gram negatif; antibiotik; dan selulosa untuk
g. Media khusus
Kekurangannya
jamur dalam media cair pada media cover glass yang tidak di beri lilin.
sel kapang dengan menumbuhkan spora pada object glass yang di tetesi
media dengan preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun
sering kali misellium atau susunan spora menjadi pecah atau terputus
ini, spora dan misellium tumbuh langsung pada slide sehingga dapat
bentuk kubus dan diletakan di objek glass dan diinkubasi selama 3X24 jam
Terdapat dua metode untuk memperoleh biakan murni yaitu teknik cawan
gores dan cawan tuang. Kedua teknik ini berdasarkan pada pengenceran
organisme sehingga dapat dipisahkan hanya species tertentu berada sebagai sel
Menurut Pelczar (2006), Metode perhitungan sel – sel hidup dibagi menjadi
3 yaitu :
1. Prosedure penumbuhan dalam agar
Hay RJ, Ashbee HR, Morre M.Mycology. 2008. In: Champion RH,Burton JZ, Burns
DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology
(8 th ed). Oxford: Blackwell Science, 2008;p 1674-707.
Husni, dkk. 2018. Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Kelurahan
Jati Kota Padang. Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang (FK Unand). Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3).
Karliana, Tseu. 2009. Identifikasi Mikroba Air Laut di Ujung Grenggengan
Semenanjung Muria. Sigma Epsilon ISSN vol 13 No 2.
Koksal F, Er E, Samasti M. 2009. Causative agents of superficial mycoses in
Istanbul, Turkey: 55 retrospective study. Mycopathologia. 2009; 168 (3):117-23.
Kurniawati RD. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis
pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang [Tesis]. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Lakshmipathy TD, Kannabiran K. 2013. Review on dermatomycosis: pathogenesis
and treatment. Natural Science.
Marwali, Harahap, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrat es. Jakarta.
Nurina dan Sawitri. 2018. Tinea Capitis in Adolescent: A Case Report. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology Vol.
30 / No. 1 / April 2018.
Pelczar, dan Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobilogi I. UI Press : Jakarta.
Pelczar. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi III. Press: Jakarta
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Sumiarsih. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian UVN Veteran : Yogyakarta