Anda di halaman 1dari 14

UJI KEPEKAAN ANTIMIKROBA

Alat & Bahan

a. Alat
1. Cawan petri berisi media (agar)
2. Tabung reaksi
3. Osse
4. Pipet tetes
5. Inkubator
b. Bahan
1. Media (Agar)

Cara Kerja

Prinsip :

Prinsip teknik difusi adalah melihat kekuatan obat atau bahan anti mikroba terhadap suatu
bakteri dengan mengukur radian zona bening.

Cara :

a. Media agar yang biasa dipakai adalah Mueller Hinton.

b. Media tersebut ditanami dengan 1 macam bakteri yg akan diuji.

c. Disk yang berisi antimikroba diletakkan pada cawan agar yang telah ditanami dengan bakteri
(pada satu cawan bisa digunakan ± 3 macam antimikroba, jangan lebih dari 3 macam karena
akan mempengaruhi bentuk zona pertumbuhan).

d. Kemudian diinkubasikan dalam almari inkubator selama 18-24 jam.

Intpretasi Hasil :

Pada cawan akan terlihat zona bening di sekitar obat dengan diameter yang berbeda.

a. Φ zona diukur dan dicocokkan dengan standart NCCLS.

b. Tentukan batas sensitif dan resisten obat tersebut.


Gambar … Cara melihat kekuatan obat atau bahan anti mikroba terhadap suatu bakteri dengan
mengukur radian zona bening.

Hasil Praktikum

Pembahasan

Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuwan dari Perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat
sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri
tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat
terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada
kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode
kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode
merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas
antimikroba (Djide, 2008).

Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke keadaan
yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu keadaan dimana
mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2008).

Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau antibiotik
tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten
kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi
ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-
obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).

Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik yang tidak
tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur,
demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan
(Djide, 2008).

Zona hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri
atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2008).

Pada praktikum ini, kelompok kami menggunakan bakteri yang sudah ditanam terlebih dahulu
pada media agar yaitu Mueller Hinton sebelum diberikan antimikroba. Antimikroba diberikan
dengan menggunakan disk yang dicelupkan terlebih dahulu pada botol yang berisi antimikroba,
setelah itu diletakkan pada cawan petri yang berisi media agar yang sudah ditanami bakteri.
Antimikroba yang digunakan diberi label A, B, dan C. Cawan petri yang berisi bakteri dibagi
menjadi 4 bagian untuk membandingkan masing-masing antimikroba yang diberikan pada
bakteri tersebut. Setiap bakteri mempunyai sifat sensitivitas yang berbeda-beda terhadap
antimikroba, ada bakteri yang terlalu sensitif dan ada juga bakteri yang resisten terhadap
antimikroba.

Pada praktikum ini terdapat hasil yang berbeda-beda pada tiap kelompok. Pertama, pada
kelompok B.21 dapat dilihat bahwa diameter zona hambat dari masing-masing disk berbeda-
beda. Bakteri yang diberikan antimikroba dari botol C mempunyai diameter zona hambat yang
paling lebar jika dibandingkan dengan bakteri yang diberikan antimikroba dari botol yang lain.
Bakteri pada media agar tersebut memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap antimikroba dari
botol C, sehingga diameter zona hambat disekitar disk terlihat lebar. Bakteri yang diberikan
antimikroba dari botol B tidak terlihat jelas zona hambatnya yang ada disekitar disk seperti yang
lainnya. Bakteri yang diberikan antimikroba dari botol B memiliki sifat yang berbeda dengan
antimikroba dari botol C, yaitu bakterinya sedikit resisten terhadap antimikroba dari botol B,
sehingga diameter zona hambat disekitar disk terlihat kecil dan tidak terlihat jelas. Semakin lebar
diameter zona hambatan yang terbentuk dari antimikroba, maka bakteri tersebut semakin sensitif.

Kedua, pada kelompok B.22 tidak terlihat jelas perbedaan diameter zona hambat dari masing-
masing disk, sehingga sulit dibedakan antara bakteri yang sensitif dengan bakteri yang resisten
terhadap antimikroba. Hasil pada kelompok C.22 terlihat seolah-olah diameter zona hambat dari
masing-masing disk sama lebarnya, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan bakteri yang paling
sensitif terhadap antimikroba ataupun bakteri yang paling resisten terhadap antimikroba.

Ketiga, pada kelompok B.23 sama sekali tidak terlihat diameter zona hambatnya. Hal tersebut
bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pada saat praktikum, mahasiswa yang melakukan
pengujian tersebut melakukan kesalahan sehingga membuat antibakteri tidak berjalan sesuai
fungsinya, hal ini dinamakan human eror. Selain itu, kesalahan hasil praktikum pada kelompok
tersebut bisa disebabkan karena masa inkubasi yang kurang sehingga ketika diamati hasilnya
tidak terlihat diameter zona hambatnya. Masa inkubasi yang kurang bisa menyebabkan
antibakteri belum bekerja maksimal pada bakteri dan membuat hasil praktikum.

Kesimpulan

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa setiap bakteri mempunyai sifat sensivitas yang
berbeda-beda terhadap antimikroba. Hal tersebut dapat dilihat dari diameter zona hambat yang
dihasilkan, semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk dari antimikroba, maka
bakteri tersebut semakin sensitive.

PENGHITUNGAN MIKROBA

Macam metode perhitungan koloni menurut Schelgel (1994), adalah :

1. Metode langsung (direct method) adalah metode di mana massa agar ditentukan sesudah
sel – selnya diendapkan oleh sentrifuse.
a. Menggunakan Kamar Hitung (Counting Chamber) :
Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser Bacteria Counter
atau alat-alat lain yang sejenis.
b. Menggunakan Cara Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
c. Menggunakan Filter Membran
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang
mati maupun yang hidup.
2. Metode tidak langsung (indirect method) adalah metode yang didasari penentuan intensif
kekeruhan suspensi sel dan dapat digunakan untuk menetapkan massa.
a. Menggunakan Centrifuge
b. Berdasarkan kekeruhan (turbiditas/turbidimetri)
c. Menggunakan Perhitungan Elektronik (Elektronic Counter)
d. Berdasarkan Analisa Kimia
e. Berdasarkan Berat Kering
f. Menggunakan Cara Pengenceran
g. Menggunakan Cara Most Probable Number (MPN)
h. Menghitung Dengan Metode Cawan
i. Berdasarkan Jumlah Koloni
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang
hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup
saja tergantung cara yang digunakan.

PENGHITUNGAN MIKROBA METODE CAWAN

 Prinsip metode :sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada media agar padat,
maka sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan mata tanpa mikroskop.
 Sebaiknya jumlah koloni mikroba yang tumbuh dan dapat dihitung berkisar antara 30-
300 koloni. Metode cawan dengan jumlah koloni yang tinggi (>300) sulit untuk dihitung
sehingga kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar.
 Pengenceran sampel membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah yang benar,
namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan jumlah koloni yang
rendah/menghancurkan koloni.
 Metode perhitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk menghitung
jumlah mikroba.
 Keuntungan
1. Hanya sel yang hidup yang dapat dihitung.
2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.
3. Digunakan untuk isolasi & identifikasi mikroba
 Kerugian
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya karena
beberapa sel yang berdekatan membentuk satu koloni.
2. Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda pula.
3. Mikroba yang tumbuh harus pada media padat dan membentuk koloni yang
kompak ,jelas serta tidak menyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan
koloni baru dapat dihitung.

PENGHITUNGAN MIKROBA

1.SATUAN : cfu (colony forming unit) / volume


2. Syarat penghitungan :
b. Jumlah koloni tiap cawan : 30 -300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi
syarat dipilih jumlah yang mendekati 300
c. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri, disebut
spreader.
d. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turutan tara
pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih
kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah
mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya
e. Jika dengan pengulangan pemeriksaan (duplo) setelah memenuhi syarat hasilnya
dirata-rata.

PENGHITUNGAN MIKROBA METODE CAWAN

1. Metode Tuang (Pour Plate)

1 ml larutan uji dimasukkan cawan petri , ke media cair steril dengan suhu ± 50oC
sebanyak 15 ml. Cawan petri digerakkan di atas meja dengan gerakan melingkar seperti angka 8,
gunanya untuk menyebarkan sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan
diinkubasikan dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 35oC-37oC selama 24 jam.
Koloni yang terbentuk dihitung dengan Quebec Colony Counter. Larutan pengencer yang biasa
digunakan adalah NaCl 0,9%; larutan buffer fosfat, atau larutan ringger.

2. Metode Permukaan (Surface Plate)

Media cair steril dituang kedalam cawan petri, setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan
yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian
diinkubasi dalam inkubator. Cara ini dilakukan minimal duplo (2 kali).

PENGHITUNGAN MIKROBA BERDASARKAN JUMLAH KOLONI


 Cara ini paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikroba. Dasarnya adalah
membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 dari masing-masing
pengenceran diambil 1 cc dan dibuat taburan dalam Petridis (pour plate) dengan medium
agar yang macam dan caranya tergantung pada macamnya mikroba. Setelah
diinkubasikan dihitung jumlah koloni tiap Petridis dari masing-masing pengenceran. Dari
jumlah koloni tiap Petridis dapat ditentukan jumlah bakteri tiap cc atau gram bahan, yaitu
dengan mengalikan jumlah koloninya dengan pengenceran yang dipakai.
 Jumlah koloni bakteri yang didapat x pengenceran.
 Misalnya jika pengenceran yang dipakai 10 3 dan koloni yang didapat 45 koloni bakteri,
maka bakteri tiap cc (ml) adalah 45 Koloni bakteri x 10 3 = 45.000 bakteri.
 Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam Petridis dapat digunakan “colony
counter” yang biasanya dilengkapi dengan register elektronik.

Gambar … Cara menghitung jumlah koloni bakteri dengan dilusi cair dan pengenceran.
RUMUS PENGHITUNGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI

JUMLAH BAKTERI SESUNGGUHNYA = JUMLAH KOLONI BAKTERI X FAKTOR


PENGENCERAN

FAKTOR PENGENCERAN = JUMLAH /VOLUME YANG DITANAM X PENGENCERAN

Hasil Praktikum

Pembahasan

Pengenceran bakteri

Sebelum perhitungan jumlah mikroorganisme mulai, pengenceran harus dilakukan. Dalam


praktikum ini, pengenceran dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi. Pengenceran sel
dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun
pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang
umumnya relative rendah (Hadioetomo,1996). Pada metode perhitungan cawan dilakukan
pengenceran yang bertingkat untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri. Sampel
yang telah diencerkan ini dipindah kedalam mediumnya agar. Kemudian setelah diinkubasi
selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).

Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada
dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh yang
diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri) dan pada
pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak
ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh
diduga tinggi maka contoh harus diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang lebih
tinggi sehingga nilai maksimum dapat dihitung. Metode pengenceran yang paling mudah dengan
melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekali
gus (Fridaz et al, 1992).

Untuk metode perhitungan cawan, menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari
membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan
fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9 ml larutan
fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita harapkan.

Perhitungan Mikroba

Beberapa cara penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan,
cara menghitung langsung (metode CAWAN), metode ukur kekeruhan, metode turbi
dimetridanne felometri serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada
lempeng pembiaakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan
koloni. Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu,
suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup
yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang digunakan. Dalam hal ini pun, bahan
pemeriksaan jika perlu harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak
sehingga tidak dapat dihitung. Hasilhitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni
pada tiap lempeng pembiakan (Agus et al, 2011).

Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform
yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bias dengan metode
MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan
beberapa factor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan
menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidupakan berkembang menjadi satu koloni yang
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel)
seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn,1991).
Metode Standar atau viable plate count adalah perhitungan cara tidak langsung hanya untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count).
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu :

1. Berdasarkan kekeruhannya

Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel
bakteri didalam suatu medium cairakan meningkatkan kekeruhan media, yang akan
mempengaruhi jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium (Rukmi et al, 2008).

2. Berdasarkan jumlah lempeng total (plate count)

Berdasarkan lempeng total, caraini adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan
jumlah mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini diawali
dengan pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1: 10. Masing-masing suspense
pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan
bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk
menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat digunakan alat „colony counter‟ yang
biasanya dilengkapi dengan pencatat elektronik. (Rukmi et al , 2008).

Dengan metode cawan petri (total plate count) metode dengan penaksiran jumlah kepadatan
bakteri secara tidak langsung dan penghitungan bakterinya hanya yang hidup saja. Dalam
metode ini dilakukan pengenceran yang berseri 101-1010 agar populasi dapat terbaca,
pengenceran yang menghasilkan 30-300 bakteri saja yang dapat dibaca dan dikatakan berhasil
karena bila kuarang dari 30 untuk alasan statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300
kemungkinan ada koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan
metode ini perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang hidup saja, dapat
menghitung jasa drenik lain sekaligus serta mengidentifikasi dan mengisolasi jasad renik
mengetahui pertumbuhan jasadrenik tersebut namun kekurangannya butuh waktu yang lama,
media serta kondisi inkubasi yang berbeda menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan
media yang padat kering agar metode berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak
menunjukan hasil sebenarnya karena sel mungkin membuat koloni lain.

Dalam mikrobiologi , Colony Forming Unit (CFU) adalah perkiraan yang layak bakteri atau
jamur angka. Tidak seperti langsung mikroskopis jumlah mana semua sel, mati dan hidup,
dihitung, CFU memperkirakan sel layak. Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam
petri, colony counter dapat digunakan. Rumus untuk menghitung jumlah koloni bacteri adalah
seperti berikut:

Jumlah bakteri= jumlah koloni bakteri X faktor pengenceran

Faktor pengenceran = Jumlah/Volume yang ditanam X pengenceran

Dalam praktikum ini, tabung reaksi yang digunakan untuk pengenceran adalah lima. Hasil
perhitungan bakteri dari tabung reaksi ketiga (1/1000) adalah 1.44 x 10 5 . Dari tabung reaksi
keempat ditunjukkan hasil 530.000 sedangkan jumlah bakteri dari tabung reaksi kelima adalah
15 x 10 5 . Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengenceran yang tinggi akan menghasilkan koloni
bakteri yang sedikit. Jika koloni bakteri lebih rendah dari 3 atau lebihbanyak dari 300,
perhitungan bakteri tidak dapat dilakukan.

Kesimpulan

Penghitungan bakteri dengan metoda hitungan cawan dilakukan karena mempunyai kelebihan
yakni mudah dan efektif dalam proses penghitungan mikroba dan juga bakteri yang dihitung
adalah bakteri yang hidup. Selain itu, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.
Sedangkan kekurangannya yakni bahan yang digunakan relatif lebih banyak dan hasil
perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Hasil pengenceran bakteri
dapat dikatakan berhasil karena semakin besar pengencerannya maka jumlah koloni bakteri yang
tumbuh akan semakin kecil sehingga lebih mudah dihitung.

DAFTAR PUSTAKA

Bukle, KA., 1987, Ilmu pangan, Universitas Jakarta: Jakarta.

Caray.2013.“Pembuatan Media Agar dan sterilisasi”.

Djide. 2005. Penuntun praktikum Instrumen Mikrobiologi Farmasi dasar, Jurusan Farmasi
Universitas Hasanuddin. Makassar
Djide, M. Natsir.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar, Makassar :Unhas.2011
Dwijoseputro, D., 1989, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan: Malang. Dwidjoseputro.Dasar –
dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.1998. Emma,Kharisma.2013.”Isolasi dan Inokulasi”.
Ghoni, Achmad.2013.”Isolasi dan Inokulasi Bakteri”.

Hadioetomo, Ratna S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, PT. Gramedia,Jakarta

Karuniawati, risdiyani, s. Nilawati, prawoto, y. Rosana, b. Alisyahbana, i. Parwati, wia melia,


dan t.m. sudiro. 2005. Perbandingan tan thiam hok, ziehl neelsen dan fluorokrom sebagai metode
pewarna basil tahan asam untuk pemeriksaan mikroskopik sputum. Makara kesehatan vol. 9 no.
1.

Kimball, J. W 1999 Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg.1996. Mikrobiologi Kedokteran,


diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

Pelzcar dan Chan, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.

Purwoko, tjahjadi. Dkk. 2010. Petunjuk praktikum mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi


UNS .

Puspitasari, G., Murwani, S., dan Herawati. 2012. Uji Daya Antibakteri Perasan Buah Mengkudu
Matang (Morinda citrifolia) Terhadap Bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus Aureus
(MRSA) M.2036.T Secara In Vitro. Universitas Brawijaya, Surabaya

Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinangor:FMIPA UNPAD.

Rusdimin. 2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Pt Gramedia

Sumantri, Debby M, dkk., 2009, Diktat Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Pangan, Universitas
Pajajaran, bandung.

Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan 1, Gramedia Pustaka utama, Jakarta.

Suryani, Y., Astuti, B. Oktavia, and S. Umniyati. (2010). Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam
Laktat dari Limbah Kotoran Ayam sebagai Agensi Probiotik dan Enzim Kolesterol Reduktase.
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Yogyakarta.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Trianda. 2011. Inokulasi Mikroba Mkrobiologi.Jogja : gajah mada

Unknown. 2013. Chapter 18. The Cardiovascular System: Blood. American Red Cross.

Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh:


Markham,M.sc.Jakarta: Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai