Anda di halaman 1dari 30

RANGKUMAN KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA

Moderator: Zara Hana Neswari


Tanggal : 12 Mei 2012
1. Uji kepekaan terhadap antibiotika
A. CARA TABUNG
Jawaban Pertanyaan: Jawaban A_Apriana Nona Linggu
Hasil uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika.
A. Cara Tabung ( Tube Method )
1. Membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi
perbenihan cair, kemudian ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan bakteri
uji yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram.
2. Dengan cara ini kepekaan akan diukur dengan melihat konsentrasi terendah
antibiotika yang menghambat pertumbuhan bakteri atau kuman yang disebut
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration
(MIC).
Sumber:
1. Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
2. Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM Press.
Jawaban Pertanyaan: Jawaban koloni mukoid_Apriana nona
Klebsiella pneumoniae banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat
alami dari Klebsiella pneumoniae adalah di tanah. Klebsiella pneumoniae dapat
menyebabkan pneumonia. Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia
nosomikal atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia
tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan. Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan kekebalan
tubuh lemah.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap dapat
melalui 3 cara, yaitu :
1.

Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.

2.

Penyebaran kuman secara hematogen ke paru

3.
Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung
mikroba.
Sumber :
1.

Gandahusada,S,dkk. (1992) Parasitologi Kedokteran. Bali Penerbit FK-UI

2.

Dwijoseputro.1989.Dasar-dasar Mikrobiologi Dasar.Penerbit


Djambatan:Jakarta

3.

Underwood. 1999 Patologi Umum dan Sistemik Vol 1 Jakarta EGC

Jawaban Pertanyaan: Jawaban streptococus Alpa_Apriana nona


Streptococcus alpha hemolytic :
1. hemolisa tidak sempurna, perubahan warna kehijauan (methemoglobin)

2. Streptokokkus hemolitikus. Pada media, tampak zona samar-samar di sekitar


koloni sering disertai perubahan warna medium menjadi kehijau-hijauan atau
kecoklatan. Lebar zona1-2 mm, dengan tepi tidak jelas. Ini disebabkan lisis sebagian
eritrosit.
3. Streptokokus alfa hemolitik menyebabkan perubahan Hb eritrosit pada agar dara
Sumber :
Gandahusada,S,dkk. (1992) Parasitologi Kedokteran. Bali Penerbit FK-UI
Dwijoseputro.1989.Dasar-dasar Mikrobiologi Dasar.Penerbit Djambatan:Jakarta
Underwood. 1999 Patologi Umum dan Sistemik Vol 1 Jakarta EGC

Jawaban Pertanyaan: Jawaban koloni Mukoid_Apriana nona


Koloni Mukoid : Klebsiella Sp
A. Morfologi dan sifat -sifat
1. Bentuk batang, Gram negatif

2. Ukuran 0,5 1,5 x 1 2


3. Mempunyai selubung yang lebarnya 2 3 x ukuran kuman
4. Tidak berspora, tidak berflagela
5. Menguraikan laktosa
6. Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir
(mukoid)
7.
Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O,
berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe .
B. Klasifikasi Klebsiella
Kingdom

: Bacteria

Phylum

: Proteobacteria

Class

: Gamma Proteobacteria

Orde

: Enterobacteriales

Family

: Enterobacteriaceae

Genus

: Klesiella

Species

: K. pneumonia

C. Contoh Bakteri
1. Klebsiella pneumonia / Friedlander bacillus ditemukan didlm hidung, flora
normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru
paru yang kronis)
2. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis
progresif dan berlendir serta berbau amis
3. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit
menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan
dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
4. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes. Kuman ini mempunyai sifat sama
dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya. dibedakan
pada tes IMViC: Escherichia coli : + + - - Klebsiella aerogenes : - - + +

Jawaban Pertanyaan: Jawaban A_Desi Winarni

Untuk mengukur sensitivitas antibiotik yang lebih tepat, pengenceran dibuat dalam
tabung- tabung atau sumur- sumur pada piring mikrotiter yang telah digunakan
secara. Pengenceran antibiotik pada medium pertumbuhan disiapkan sesuai dengan
kisaran kadar darah yang dapat dicapai, kemudian masing-masing tabung atu sumur
diinokulasi dengan suspensi organisme uji yang dibakukan. Sesudah 24 jam tabungtabung

tersebut

diperiksa

kekeruhanya;

kadar

antibiotik

terendah

yang

menyebabkan tabung menjadi jernih menunjukan kadar bakteriostatik antiobiotik


tertentu untuk organisme tersbut. Pada beberapa keadaan ( misal: endokarditis )
tindakan pengukuran kadar obat yang diperlukan untuk membunuh bakteri adalah
penting. Tabung atau sumur kemudian disubkulturkan pada plat agar; kadar
antibiotik terendah yang menghasilkan penurunan 99,9% kehidupan organisme
merupakan titik akhir bakterisidal (kadar bakterisid minimal).
Referensi : Ilmu kesehatan Anak, vol 2, Arvin B Kliegman,EGC : 2000

B. Cara Cakram
Jawaban pertanyaan: Jawaba B_ Esti Kurniati

Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang
telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area
jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba permukaan media agar.
Uji sensitivitas antibiotik cara cakram adalah metode difusi lempengan agar, dimana
bahan suntikan organisme yang dibakukan ditanam pada piring. Lempengan kertas
filter, masing-masing dipenuhi dengan antibiotik, ditempatkan pada permukaan agar,
dan sesudah 18-24 jam inkubasi, zone hambatan pertumbuhan bakteri di sekitar
setiap lempengan diukur. Diameter zona standar yang menunjukkan sensitivitas atau
resistensi

telah

ditetapkan

sesuai

dengan

hasil

uji

sebelumnya,

yaitu

mengkolerasikan ukuran zona dengan sensitivitas yang ditentukan oleh inhibisi


bakteri yang ditanamkan ke dalam larutan antibiotik dalam kaldu biakan.
Namun, ada beberapa kelemahan pada metode difusi lempengan ini. Perbedaan kecil
dalam diameter zone mempunyai pengertian yang luas, dan pengendalian ukuran
bahan (inokulum), kecepatan difusi antibiotik, dan pengukuran zone yang tepat
adalah penting.
Sumber:
Richard E, Behman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 2. Jakarta: EGC.
Syahrurrahman A, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta.

Jawaban pertanyaan: Jawaba2 soal 7_ Esti Kurniati


Koloid beranyam: Bacillus Mycoideus
taxonomy: bacteria firmicutes Bacilli bacilliceae bacillus bacillus
mycoideus

morfology: batang gram positif, non-mottle, 1,0-1,2 s.d 3,0-5,0 m.


kondisi pertumbuhan: koloni berwarna putih samapi cream, buram, rhizoid, anaerob
fakultatif, temperatur maksimal 35-40C, minimum temperatur 10-15C, tumbuh di
agar anaerob, PH 5,7.
sumber:
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat.
Jakarta: EGC.

Gambar koloni menjalar: proteus sp


Koloni yang menjalar yang tampak sebagai lapisan tipis dan disebut Swarming
karena kuman ini memiliki flagel, Bentuk : batang pleomorfik, Susunan : tunggal,
Warna : merah, Sifat : Gram negatif

Jawaban pertanyaan: JawabaB_Syafitri Wulandari


Maksudnya cara cakram adalah cakram kertas filter di isi dengan jumlah tertentu
jenis antibiotik, ditempatkan pada permukaan medium padat (agar) yang sebelumnya
telah di inokulasi (dibiakkan) sejumlah bakteri.
Caranya ;
1. Cawan agar diolesi hapusan kuman/bakteri dengan menggunakan lidi kapas steril.
2. Bakterinya bisa berasal dari biakan kultur darah, sputum, pus dll.
3. Letakkan cakram (yang sudah diisi antibiotik jenis tertentu) pada permukaan agar
yang telah diapus oleh bakteri tadi. Tekan plan-pelan agar melekat sempurna
dengan menggunakan lidi steril.
4. Jarak antara cakram satu dengan cakram lain minimal 15 mm. Cakram yang
sudah ditempelkan pada prmukaan media agar tidak boleh di pindahkan ataupun
digeser. Diamkan 15 menit.
5. Inkubasi pada suhu 35 37o C selama 18 24 jam dalam posisi cawan terbalik.
Untuk uji kepekaan kuman golongan streptococcus, haemophylus, dan neisseria,
gunakan sungkup llin / anaerobic jar (CO2 5 10 %). Sedangkan untuk
staphylococcus suhu inkubasi tidak boleh lebih dari 35oC dan lam inkubasi
maksimal 24 jam.

6. Amati zone hambatan yang terbentuk dengan mengukur diameter zone hambatan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
7. Catat diameter zone hambatan hasil pengukuran kemudian bandingkan dengan
tabel zone diameter intertive standard.
8. Hasil pengujan dikatakan sensitif (S), intermediet (I) atau resisten (R) disesuaikan
dengan tabel zone diameter intertive standard (NCCLS) 1. Uji degradasi.
Penggunaan antibiotik harus secara rasional, artinya bahwa pemberian antibiotik
harus tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap
efek samping obat yang dalam arti konkritnya adalah pemberian resep yang tepat
atau sesuai indikasi, penggunaan dosis yang tepat, lama pemberian obat yang tepat,
interval pemberian obat yang tepat, aman pada pemberiannya, terjangkau oleh
penderita. Dampak negatif yang paling bahaya dari penggunaan antibiotik secara
tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotik
atau dengan kata lain terjadinya resistensi antibiotik. Hal ini mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien
dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan.
Untuk interpretasi Hasil
1. Sensitive (Peka)
Apabila diameter daerah hambat terdapat di sekitar kertas cakram pada ketiga
konsentrasi larutan pengenceran antibiotika.
2. Intermediet (Setengah peka)
Apabila tidak ada diameter daerah hambat pada kertas cakram dengan
konsentrasi larutan pengenceran antibiotik yang rendah, tetapi ada pada
konsentrasi yang menengha dan tinggi.
3. Sedikit peka
Apabila tidak ada diameter daerah hambat pada kertas cakram dengan
konsentrasi antibiotika rendah dan menengah, tetapi ada pada konsentrasi yang
tinggi.

4. Resistant (Kebal)
Apabila tidak ada diameter daerah hambat yang dihasilkan pada semua kertas
cakram dengan konsentrasi larutan pengenceran antibiotika yang rendah,
menengah, maupun tinggi.
Referensi :
Waluyo, Lud. 2008. teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang : UMM
Press.
Nah begitu pren penjelasannya. Mudah-mudahan bisa dimengerti ya..
Metode yang digunakan kultur darah untuk menguji kepekaan terhadap antibiotik
bisa dilakukan dengan cara difusi atau dengan cara cakram.
Caranya :
Setelah kultur darah di ambil, kultur tersebut di inkubasi selama 14 hari, atau blind
kultur dilakukan setelah 3 hr, 7 hr, 14 hr artinya segera dicurigai terjadi petumbuhan
kuman (misalnya kekeruhan, hemolisis dan adanya koloni didalam wadah), Lalu
koloni tersebut diambil dan ditanam didalam media agar-agar. untuk melihat bakteri
tersebut gram positif atau negatif menggunakan metode pewarnaan gram, dengan
cara hapusan dengan kaca glass, dan ditetesi dengan pewarna basa, kristal violet dan
larutan iodine.
Sumber :
Behrman, dkk (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Jawaban pertanyaan: JawabaB_Fitri Rahmawati
Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan cara cakram (Disc Method)
Cara cakram adalah cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme
terhadap antibiotik. Cara cakram adalah dengan menginokulasi pelat dengan biakan
dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung
antibiotik diletakkan di permukaan pelat agar yang mengandung organisme yang

diuji. Konsentrasi menurun sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu
pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi sampai pada titik antibiotik
tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik
ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau
bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi.
Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari eksperimen ini
merupakan suatu antibiogram.
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas
saring yang tersedia secara komersial; kemasan yang menunjukkan konsentrasi
antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi
dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini, bersama dengan
berbagai pertimbangan farmakologi digunakan dalam memilih antibiotika untuk
pengobatan. Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau
viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada
cakram filter, sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik
dengan media.
uji kepekaan dengan menggunakan cakram, yaitu dengan cara cakram (kertas saring)
yang telah dicelupkan ke dalam suatu larutan antibiotik dengan dosis tertentu dan
diletakkan pada lempeng yang mengandung bakteri uji menggunakan cakram (kertas
saring) yang telah dicelupkan ke dalam suatu larutan antibiotik dengan dosis tertentu
dan diletakkan pada lempeng yang mengandung bakteri uji. diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri yang tampak menunjukkan adanya kepekaan bakteri tersebut
terhadap antibiotika (sesuai standar NCCLS). standar pengenceran: Mc. Farland 0,5.
Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
Sumber: Kuntarti. (2011). Penuntun Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan (IDK II)
FIK UI: Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotika.
Harmita. (2008). Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: EGC.

I. Apa yang dimaksud dengan bakteri sensitif dan resisten terhadap antibiotika
Jawaban Pertanyaan: Jawaban I_Juliana S.
Resistensi terhadap antibiotik yaitu kemampauan mikroorganisme untuk
mengatasi pengaruh antibiotic . Dengan kata lain ,mikroorganisme yang resisten
akan kebal dan tidak mati walau di beri antibiotic karena mutasi. Mutasi pada
bakteri dapat terjadi secara spontan. Artinya mutasi secara alami sebagaisalah satu
mekanisme adaptasi bakteri terhadap lingkungannya sehingga dapat bertahan hidup.
Sensitifitas terhadap antibiotik maksudnya antibiotic tersebut dapat membunuh
bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri sampai akhirnya mati.
Ref: Campbell Biologi edisi 5 jilid 2 Erlangga
Jawaban Pertanyaan: Jawaban Koloni Rough_Juliana S.
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang, dan secara
alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis tumbuh di berbagai
mesophilic suhu berkisar 25-35 derajat Celsius. Bacillus subtilis juga telah

berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat
mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam),
bersifat alkali, osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini
hanya memilikin satu molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom.

Jawaban Pertanyaan: pertanyaanI_Kurniati Septia


Jika suatu bakteri sensitif maka organisme itu akan dihambat atau dimusnahkan.
Jika suatu bakteri resisten terhadap suatu antibakterial, maka organisme itu akan
terus bertumbuh meskipun telah dilakukan pemberian obat antibakterial. Resistensi
bakteri dapat timbul secara alami (inheren) atau didapat. Resistensi alami atau
inheren terjadi tanpa didahului paparan terhadap obat antibakterial.
Sumber: Kee & Hayes. 1996. Pharmacology: A Nursing Process Approach. W.B.
Saunders Company
Resistensi terhadap obat antimikroba bisa didapat atau bawaan. Pada kasus
resistensi bawaan, semua spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum
bakteri kontak dengan obat tersebut. Contoh: Pseudomonas aeruginosa selalu
resiten terhadap fluklosasilin. Yang paling serius secara klinis adalah resitensi
didapat, dimana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu obat menjadi resisten.
Sumber: Neal, M.J. 2005. Medical Pharmacology at a Glance Fifth Edition.
Blackwell Publishing Ltd.
Jawaban Pertanyaan: Basil Gram Negatif_Kurniati Septia

Serratia marcescens,
Enterobacteriaceae.

basil

gram

negatif

diklasifikasikan

sebagai

anggota

http://deadlymicrobes.com/wp-content/uploads/2011/12/Serratia-Marcescens-in-apetri-dish.jpg

II.

Apa yang menyebabkan bakteri menjadi resistensi terhadap antibiotika


Jawaban Pertanyaan: jawab2: Rini Hardiani
Penyebab bakteri resisten terhadap antibiotik, diantaranya:
1. Tekanan Selektif (Selective Pressure)
Ketika berhadapan antibiotik, bakteri akan dimusnahkan tetapi jika mereka membawa
gen resistensi maka bakteri akan bertahan. Bakteri tersebut akan mereplikasi dan
Koloid beranyam:
Bacillus
keturunan
mereka akan
cepatMycoideus
menjadi jenis dominan sepanjang populasi bakteri.
taxonomy: bacteria firmicutes Bacilli bacilliceae bacillus bacillus
2.mycoideus
Mutasi
morfology: batang
gram
positif, non-mottle,
1,0-1,2
s.d 3,0-5,0
Kebanyakan
mikroba
berkembang
biak dengan
membelah
diri m.
setiap beberapa jam,
yang
memungkinkan
berkembang
dengan
cepatburam,
dan beradaptasi
dengan
kondisi
pertumbuhan:mereka
koloni untuk
berwarna
putih samapi
cream,
rhizoid, anaerob
fakultatif, temperatur maksimal 35-40C, minimum temperatur 10-15C, tumbuh di agar
anaerob, PH 5,7.
Jawaban pertanyaan: Esti Kurniati_jawaba

cepat terhadap kondisi lingkungan yang baru. Selama replikasi, mutasi muncul dan
beberapa mutasi ini dapat membantu bakteri bertahan hidup paparan antibiotik.
3. Transfer Gen (Gene Transfer)
Mikroba juga bisa mendapatkan gen dari satu sama lain, termasuk gen yang membuat
bakteri resisten terhadap obat
4. Penggunaan yang tidak sesuai (Inappropriate Use)
Pemilihan bakteri resisten ini diperburuk oleh penggunaan yang tidak sesuai.
Terkadang penyedia layanan kesehatan akan meresepkan antibiotik yang tidak tepat,
berharap untuk menenangkan pasien yang memiliki infeksi virus atau kondisi yang
belum terdiagnosis.
5. Diagnostik yang tidak adekuat (Inadequate Diagnostics)
Seringkali, penyedia layanan kesehatan harus menggunakan informasi yang tidak
lengkap atau tidak sempurna untuk mendiagnosa infeksi dan meresepkan antibiotik
just-in-case atau meresepkan antibiotik spektrum luas ketika antibiotik tertentu
mungkin lebih baik. Situasi ini berkontribusi terhadap tekanan selektif dan
mempercepat resistensi antibiotik.
6. Penggunaan di Rumah Sakit (Hospital Use)
Pasien dalam kondisi kritis lebih rentan terhadap infeksi dan sering membutuhkan
antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik tinggi pada pasien ini dapat memperburuk
masalah dengan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik. Penggunaan
antibiotic yang ekstensif dan kontak dekat antara pasien yang lain menciptakan
lingkungan yang subur bagi penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
7. Penggunaan di Lahan Peternakan (Agricultural Use)

Para ilmuwan juga percaya bahwa praktek menambahkan antibiotik untuk pakan
ternak mempromosikan resistensi obat. Lebih dari setengah dari antibiotik yang
diproduksi di Amerika Serikat digunakan untuk tujuan peternakan. Namun, masih ada
banyak perdebatan tentang apakah bakteri yang resistan terhadap obat pada hewan
menimbulkan beban kesehatan masyarakat yang signifikan.
Referensi:
1. National Research Council, Committee on Drug Use in Food Animals. The use of
drugs in food animals: benefits and risks. Washington (DC): National Academy
Press; 1999.
2. Mellon M, Benbrook C, Benbrook KL. Hogging it: Estimates of antimicrobial
abuse in livestock. Cambridge (MA): Union of Concerned Scientists; 2001.
Prinsip : PEA mencegah pertumbuhan bakteri gram negatif dengan merusak struktur
lipid pada membran sel bakteri gram negatif.

Keterangan gambar : gambar A (agar PEA) & gambar B (agar nutrien)


+ bakteri gram positif
- bakteri gram negatif
Referensi :

Penuntun Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan ( IDK ) II. Pengenalan Alat & bahan di
lab
mikrobiologi, Media & morfologi Bakteri dan Jamur, Cara mengasingkan bakteri .
PDF. Retrieved pada tanggal 03/05/2013
Jawaban Pertanyaan: Jawaban Pertanyaan2_Rike. R
Mekanisme terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika tergantung
pada jenis bakteri, yaitu resistensi antibiotika oleh bakteri gram negatif dan
bakteri gram positif. Menurut Peleg and Hooper (2010)
Ketika seseorang mengambil antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh namun
bakteri yang resisten bisa terus tumbuh dan berkembang biak.
Penyalahgunaan dan pengguanaan antibiotik yang berulang merupakan penyebab
utama bakteri menjadi resisten.
Jadi, penting untuk menggunakan antibiotik dengan tepat agar penyebaran bakteri
resisten dapat dikendalikan.
Jawaban pertanyaan: Jawaba2_Zara Hana Neswari
A. Berapa Lama Mengkonsumsi Antibiotika
Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman
penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas,
antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus, perlu
beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada TBC yang
memakan waktu berbulan-bulan.
Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan
pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi
tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan
keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal

masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan,
penyakit infeksinya akan kambuh lagi.
Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang
memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong. akibatnya gusi
membengkak dan nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika
antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua,
sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
B. Mekanisme antibiotik terjadi resisten
Untuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target
kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit
menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi
mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit
masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap
antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat
selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari
satu jenis antibiotika.
Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten
terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :
1. Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya
adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus
memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin
sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.
2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah
streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.
3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme
yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah
atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila
oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka
kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.
4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat,misalnya
kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA

dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang
berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.
5. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan
baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif
terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap
sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.
C. Asal Mula Terjadinya Resistensi Kuman Terhadap Obat
Asal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab
non genetik dan genetik.
a. Sebab-sebab non genetic
Hampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman,
dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada
umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam
jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka
pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.
b. Sebab-sebab genetic
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan
genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra
kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman
kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :
c. Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal
misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol
susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom
kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen
yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi
resisten terhadap streptomisin.
d. Resistensi ekstra kromosomal
e. Bakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut
plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sirkuler :
- Mempunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri
- Berada bebas dalam sitoplasma bakteri

- Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri


- Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom
-Dapat pula berpindah atau dipindahkan dari satu spesies ke spesies lain.
Beberapa contoh dari plasmid adalah:
6. Faktor R
Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi
terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalarn plasmid yang
menyebabkan resisten obat seringkali memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak
daya kerja obat. Contoh: Plasmid yang menentukan resistensi untuk penisilin dan
sefalosporin memproduksi ensim beta laktamase.
7. Toksin
Beberapa toksin dari kuman juga merupakan produk dari plasmid, misalnya
Enterotoksigenik Escherichia coli memproduksi toksin yang menyebabkan diare pada
anak.
8. Faktor F
Faktor F =fertility factor memegang peranan dalam proses konjugasi Bakteri, yaitu
transfer unilateral dari materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain
dapat terjadi melalui proses konjugasi (kawin). Hal ini dimungkinkan karena adanya
faktor F yang menentukan adanya sex pili. Kuman yang mempunyai sex pili disebut
kuman F+, dan melalui pilinya tersebut materi genetik dari sel donor (F+) termasuk
plasmid DNA-nya dapat berpindah ke dalam sel resipien. Jadi gen-gen tertentu yang
membawa sifat resistensi pada obat dapat berpindah dari populasi kuman yang
resisten ke dalam kuman yang sensitif. Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat
resisten obat tersebar dalam populasi kuman dan menimbulkan apa yang disebut
multi drug resistance.
9. Resistensi silang
Satu populasi kuman yang resisten terhadap satu obat tertentu dapat pula resisten
terhadap obat yang lain yang mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama
lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir

sama, misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan


oleandomisin, dan neomisin dengan kanamisin.
Referensi:
Antibiotika Baru : Berpacu Dengan Resistensi Kuman, Azril Kimin, Januari 2008
Mikrobiologi Kedokteran, Jawet, Melnick & adelbergs, Buku 1 hal 224, 2005
Nasry Nur Noor, Prof,Dr,MPH,. 2006.Pengantar Epidimiologi Penyakit Menular,
Bineka Cipta
Usman, Hadi.2006 .Resistensi Antibiotik, , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III
Edisi IV, hal 1703
Hanya segitu aja fit aja yang zara tahu....moga dapat menjawab...:)
Jawaban pertanyaan: Jawaba 2_ Kurniati Septia
Staphylococcus epidermidis adalah mikroorganisme komensal kulit manusia dan
penyebab paling sering dari infeksi didapat di rumah sakit. S. epidermidis
menyebabkan infeksi hanya pada individu immunocompromised atau setelah
kerusakan epitel. Kebanyakan infeksi dengan S. epidermidis terjadi pada dipasangi
peralatan medis dan biasanya melibatkan pembentukan biofilm (Vuong dan Otto,
2002). Biofilm merupakan terstruktur, populasi kepadatan tinggi sel tertanam dalam
matriks heterogen, yang melindungi bakteri dari antibiotik dan diasingkan efek dari
sistem kekebalan tubuh manusia (Costerton et al., 1999). Meskipun gambar ini umum
perlindungan biofilm yang dimediasi secara luas diterima, faktor spesifik dan
mekanisme berkontribusi terhadap perlindungan dari pertahanan host bawaan yang
sebagian besar tidak diketahui (Stewart dan Costerton, 2001). Dalam S. epidermidis,
matriks ekstraseluler, sering disebut 'lendir', telah terbukti untuk menengahi
perlindungan terhadap polimorfonuklear leukosit (PMN) fagositosis (Johnson et al.,
1986). Namun, sifat antiphagocytic belum dikaitkan dengan sebuah molekul tertentu.
Staphylococcus epidermidis menghasilkan polisakarida ekstraseluler bernama
polisakarida antar ad-HESIN (PIA), yang merupakan homopolimer bermuatan positif
dari -1 ,6-linked N-asetilglukosamin (NAG) residu (Mack et al., 1996). PIA
diproduksi oleh cluster gen ica, yang terdiri dari ICAA, ICAD, ICAB, ICAC dan Icar
gen (Heilmann et al., 1996a). Ini merupakan faktor penting untuk pembentukan
biofilm staphylococcal dan menyebabkan haemagglutination dan agregasi bakteri
(Heilmann et al, 1996a,.. Mack et al, 1999). PIA memberikan kontribusi signifikan
terhadap virulensi pada hewan model infeksi kateter (Rupp et al., 1999a, b). Dalam
studi epidemiologi, kehadiran gen yang bertanggung jawab untuk produksi PIA
berkorelasi secara signifikan dengan infeksi berasal dari dipasangi peralatan medis

(Galdbart et al., 2000). Studi-studi sebelumnya mendorong kami untuk hipotesis


bahwa PIA terlibat dalam perlindungan terhadap pertahanan tuan rumah bawaan.

III.

Apa peran perawat terhadap terjadinya peningkatan resistensi terhadap


bakteri antibiotika
Jawaban Peratanyaan:Jawaban3_Rita M.
Peran Perawat Dalam Farmakologi
1. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan obat-obat kimia untuk meningkatkan
derajat kesehatan & meminimalkan efek obat yg merugikan (adverse affects).
2. .Menguasai & mengerti persoalan yg bersusila & legal & tidak hanya pengetahuan
tentang ilmu fisika & soaial saja.
3. Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol & memberikan obat secara
aman (safety).
Seperti yang di jelaskan Potter dan Perry (2005) dalam Fundamental Keperawatan
bahwa pemberian obat harus memenuhi 5B yaitu Benar Pasien, Benar Obat, Benar
Dosis, Benar Rute dan Benar Waktu.
Dalam pemberian antiobiotika kita sebagai perawat harus mengetahui prinsip
pemberiannya. Prinsip umum penggunaan antibiotika sama seperti semua produk obat
lainnya yaitu dapat memenuhi kriteria sebagai berikut, sesuai dengan indikasi
penyakit, diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval waktu
yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan harus efektif, mutu
terjamin dan aman, tersedia setiap saat dengan harga terjangkau.
Sumber
Perry & Potter (2005). Fundamental Keperawatan, Volume 1. Jakarta : EGC.
Materi Bu Kun : Ketidaksesuaian Penggunanaa Antibiotika_pdf.
Jawaban pertanyaan:jawabanI5_Rita M
Media transport adalah media semisolid untuk mencegah bakteri komensal tumbuh
lebih lanjut dan memastikan pathogen aorobic dan anerobic tetep bertahan ketika
spesimen tidak bisa dibuat dengan segera setelah pengambilan spesimen
(Cheesbrough Monica, 2006. District Laboratory Pratice in Tropical Countries.
Hongkong : Sheck kwa Tong)

media yang dibuat dengan tujuan melindungi mikroorganisme untuk tetap hidup
apabila pemeriksaan terpaksa ditunda. digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi
dengan cara swab, misalnya rectal swab, swab tenggorok, pus (luka, genitalia)
contoh media trasnport:
cary&blair : bakteri gram negatif
amies : bakteri gram negatif
stuart : bakteri gram negatif dan positif.
Jawaban Pertanyaan: jawaban 3_ Yohana Risita
I.

Prinsip Penetapan Dosis, Interval, Rute, Waktu dan Lama Pemberian (rejimen
dosis) (Depkes, 2004; Tim PPRA Kemenkes RI, 2010; Dipiro, 2006; Thomas, 2006;
Trissel, 2009; Lacy, 2010):
a. Dokter menulis di rekam medik secara jelas, lengkap dan benar tentang regimen
dosis pemberian antibiotik, dan instruksi tersebut juga ditulis direkam pemberian
antibiotik (RPA) (Formulir terlampir)
b. Dokter menulis resep antibiotik sesuai ketentuan yang berlaku, dan
farmasis/apoteker mengkaji kelengkapan resep serta dosis rejimennya.
c. Apoteker mengkaji ulang kesesuaian instruksi pengobatan di RPA dengan rekam
medik dan
menulis informasi yang perlu disampaikan kepada
dokter/perawat/tenaga medis lain terkait
penggunaan antibiotik tersebut dan
memberi paraf pada RPA.
d. Apoteker menyiapkan antibiotik yang dibutuhkan secara unit dose dispensing
(UDD) ataupun secara aseptic dispensing (pencampuran sediaan parenteral secara
aseptis) jika SDM dan sarana tersedia. Obat yang sudah disiapkan oleh Instalasi
Farmasi diserahkan kepada perawat
ruangan.
e. Perawat
yang
memberikan
antibiotik
kepada
pasien
(sediaan
parenteral/nonparentral/oral)
harus mencatat jam pemberian dan memberi
paraf pada RPA, sesuai jam pemberian
antibiotik yang sudah
ditentukan/disepakati.
f. Antibiotik parenteral dapat diganti per oral, apabila setelah 24-48 jam (NHS,
2009):
1. Kondisi klinis pasien membaik.
2. Tidak ada gangguan fungsi pencernaan (muntah, malabsorpsi, gangguan
menelan, diare
berat).
3. Kesadaran baik.
4. Tidak demam (suhu > 36oC dan < 38oC), disertai tidak lebih dari satu kriteria

berikut:
a. Nadi > 90 kali/menit
b. Pernapasan > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
c. Tekanan darah tidak stabil
d. Leukosit < 4.000 sel/dl atau > 12.000 sel/dl (tidak ada neutropeni).
II.
Monitoring Efektivitas, Efek Samping dan Kadar Antibiotik Dalam Darah
Monitoring (Depkes, 2004; Lacy, 2010)
a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Dokter, apoteker dan spesialis mikrobiologi klinik melakukan pemantauan


terapi antibiotik setiap 48-72 jam, dengan memperhatikan kondisi klinis
pasien dan data penunjang yang ada.
Apabila setelah pemberian antibiotik selama 72 jam tidak ada perbaikan
kondisi klinis pasien, maka perlu dilakukan evaluasi ulang tentang diagnosis
klinis pasien, dan dapat dilakukan diskusi dengan Tim PPRA. Rumah Sakit
untuk mencarikan solusi masalah tersebut.
Monitoring efek samping/Adverse Drug Reactions (ESO/ADRs) (Aronson,
2005; Thomas, 2006; Lacy, 2010; Depkes, 2008)
Dokter, apoteker, perawat dan spesialis mikrobiologi klinik melakukan
pemantauan secara rutin kemungkinan terjadi ESO/ADRs terkait antibiotik
yang digunakan pasien
Pemantauan ESO/ADRs dilakukan dengan mengkaji kondisi klinik pasien,
data laboratorium serta data penunjang lain.
Jika terjadi ESO/ADRs, sebaiknya segera dilaporkan ke Pusat MESO
Nasional, menggunakan form MESO.
Pelaporan ESO/ADRs dapat dilakukan oleh dokter, apoteker maupun
perawat, dan sebaiknya di bawah koordinasi Sub Komite Farmasi dan Terapi
yang ada di rumah sakit.
ESO/ADRs antibiotik yang perlu diwaspadai antara lain adalah (Aronson,
2005; Koda Kimble, 2009; Pedoman MESO Nasional; Lacy, 2010; WHO,
2004):
1) Efek samping/ADRs akibat penggunaan antibiotik yang perlu diwaspadai
seperti syok anafilaksis, Steven Johnsons Syndrome atau toxic epidermal
necrolysis (TEN). Antibiotik yang perlu diwaspadai penggunaannya
terkait kemungkinan terjadinya Steven Johnsons Syndrome atau Toxic
Epidermal
Necrolysis
(TEN)
adalah
golongan
sulfonamid
(kotrimoksazol), penisilin/ampisilin, sefalosporin, kuinolon, rifampisin,
tetrasiklin dan eritromisin.
2) Penggunaan kloramfenikol perlu diwaspadai terkait efek samping yang
mungkin terjadi pada sistem hematologi (serious and fatal blood
dyscrasias seperti anemia aplastik, anemia hipoplastik, trombositopenia,
dan granulositopenia).
3) Penggunaan antibiotik golongan aminoglikosida dapat menyebabkan efek
samping nefrotoksisitas dan ototoksisitas.

Referensi:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/201
Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi
dengan 2 cara, yaitu:
1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak
secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat),
maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten.
Jika seseorang terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya
penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit.
2) Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal
ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke
orang lain.
Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten:
1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotic
secara bijak (prudent use of antibiotics).
2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar
(universal precaution).
Jawaban Pertanyaan : pertanyaanIII_sarma
Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu. Bakteri
dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh kadar
maksimum antibiotik yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Untuk mencegah
terjadinya resistensi terhadap antibiotik diperlukan kerja sama antara
dokter, perawat, bidan dan farmasi. Adapun tindakan yang dapat dilakukan
perawat yaitu menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya penggunaan
antibiotik sesuai dosis yang dianjurkan, lama pemakaian, serta
memberikan informasi tentang bahaya penggunaan antibiotika tidak efektif
dan jika tetap digunakan dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan..

Jawaban Pertanyaan : pertanyaan Chromobacterium violaceum _sarma


Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram-negatif
dan berbentuk batang serta berpigmen ungu. Bakteri ini umumnya ditemukan
di daerah beriklim tropis dansubtropis, pada air dan tanah juga pada manusia
dan hewan (bila terjadi infeksi). Bakteri ini merupakan satu-satunya spesies
Chromobacterium yang bersifat patogen pada manusia. Chromobacterium
violaceum
adalah
Gram-negatif
,
fakultatif
anaerob,
nonsporingcoccobacillus . Ini adalah bagian dari flora normal air dan tanah
daerah tropis dan sub-tropisdi dunia. Ini menghasilkan antibiotika alami yang
disebut violacein, yang mungkin berguna untuk pengobatan usus dan kanker
lainnya. Hal ini tumbuh dengan mudah pada agar nutrisi, menghasilkan
koloni yang halus khas cembung rendah dengan logam ungu gelap kemilau
(karena produksi violacein).
Klasifikasi : Bakteri - Proteobacteria - Betaproteobacteria NeisserialesNeisseriaceae- Chromobacterium - C. violaceum
C. violaceum jarang menginfeksi manusia, tetapi ketika itu tidak
menyebabkan lesi kulit,sepsis , dan abses hati yang mungkin berakibat fatal..

Mayasari, Evita. 2005.Pseudomonas aeruginosa : Karakteristik, Infeksi,


dan Penanganan. USU Repository dan ini contoh biakannya..

III.

Apa yang dimaksud dengan:


1. Antibiotika berspektum luas dan berikan contohnya
Jawaban Pertanyaan: jawaban 4a_Tita R.
penyebab dari resistensi itu contohnya Penggunaan jangka panjang antibiotik atau
terlalu sering menggunakan antibiotik dengan dosis semakin meningkat akan
menyebabkan resistensi (kekebalan) antibiotik, selain itu beberapa di antaranya
adalah pemberian antibiotik tanpa indikasi yang tepat, pemakaian antibiotik terlalu
lama, pemberian antibiotik spektrum luas walaupun tersedia spektrum yang lebih
sempit, serta pemberian antibiotik profilaksis yang tidak tepat. Contoh mungkin
dari sebagaian RS atau dokter yang memberikan resep antibiotik yang kurang tepat
atau langsung memberikan therapy antibiotik spectrum luas walaupun tersedia
antibiotic spectrum sempit yang mungkin efektif diberikan terhadap pasien tersebut,
namun mungkin dokter mempunyai alasan atau kebijakan lain dalam memberikan
antibiotic spectrum luas tersebut, nah resistensi terjadi jika pemberian antibiotic
diberikan dalam jangka waktu lama atau ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan
antibiotik tersebut, nah disinilah peran perawat perlu menginformasikan dan
menekankan kepatuhan pasien dalam meminum atau menggunakn antibiotic
tersebut secara teratur!
Lalu mengapa berpotensi terjadinya superinfeksi?
Begini ka Pemberian antibiotik yang dilakukan secara spektrum luas dalam waktu
lama dapat menimbulkan efek yang disebut sebagai super infeksi, super infeksi
adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroba yang tadinya tidak patogen. Timbul
karena populasi mikroba menjadi berlebihan karena resistensi terhadap antibiotika,
karena pemberian antibiotika yang berlebihan. Contohnya adalah pemberian
antibiotika dalam waktu lama dengan dosis besar, dapat menyebabkan terjadinya
jamuran. Ketika jamur ada dan bakteri ada maka muncullah persaingan di antara
keduanya. Jamur dapat tumbuh berlipat ganda, di tempat-tempat tersembunyi, di
lipatan paha, lipatan ketiak, bahkan memunculkan keputihan karena kandida pada
lipatan alat kelamin. Seperti yang sudah kita ketahui flora normal tubuh kita itu
penting.

2. Antibiotika berspektum sempit dan berikan contohnya


Jawaban Pertanyaan: jawaban 4b_ Yohana Risita
Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri
gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah
sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,
bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,
kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin,
gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
a. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi
atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk
memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
b. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=
kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas.
Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan
efek sangat baik.
c.

Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang


menginaktivir enzim penisilinase.

d. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti


tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin
dan /atau rifampisin).
e. Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis
masing-masing komponen dapat dikurangi.
menurut buku Joyce L. Kee & Evelyn R. Hayes, antibiotika berspektrum sempit
terutama efektif untuk membunuh satu jenis organisme. contohnya penisillin dan
eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
positif.

Anda mungkin juga menyukai