Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.
2.
3.
Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung
mikroba.
Sumber :
1.
2.
3.
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Orde
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Klesiella
Species
: K. pneumonia
C. Contoh Bakteri
1. Klebsiella pneumonia / Friedlander bacillus ditemukan didlm hidung, flora
normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru
paru yang kronis)
2. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis
progresif dan berlendir serta berbau amis
3. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit
menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan
dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
4. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes. Kuman ini mempunyai sifat sama
dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya. dibedakan
pada tes IMViC: Escherichia coli : + + - - Klebsiella aerogenes : - - + +
Untuk mengukur sensitivitas antibiotik yang lebih tepat, pengenceran dibuat dalam
tabung- tabung atau sumur- sumur pada piring mikrotiter yang telah digunakan
secara. Pengenceran antibiotik pada medium pertumbuhan disiapkan sesuai dengan
kisaran kadar darah yang dapat dicapai, kemudian masing-masing tabung atu sumur
diinokulasi dengan suspensi organisme uji yang dibakukan. Sesudah 24 jam tabungtabung
tersebut
diperiksa
kekeruhanya;
kadar
antibiotik
terendah
yang
B. Cara Cakram
Jawaban pertanyaan: Jawaba B_ Esti Kurniati
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang
telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area
jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba permukaan media agar.
Uji sensitivitas antibiotik cara cakram adalah metode difusi lempengan agar, dimana
bahan suntikan organisme yang dibakukan ditanam pada piring. Lempengan kertas
filter, masing-masing dipenuhi dengan antibiotik, ditempatkan pada permukaan agar,
dan sesudah 18-24 jam inkubasi, zone hambatan pertumbuhan bakteri di sekitar
setiap lempengan diukur. Diameter zona standar yang menunjukkan sensitivitas atau
resistensi
telah
ditetapkan
sesuai
dengan
hasil
uji
sebelumnya,
yaitu
6. Amati zone hambatan yang terbentuk dengan mengukur diameter zone hambatan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
7. Catat diameter zone hambatan hasil pengukuran kemudian bandingkan dengan
tabel zone diameter intertive standard.
8. Hasil pengujan dikatakan sensitif (S), intermediet (I) atau resisten (R) disesuaikan
dengan tabel zone diameter intertive standard (NCCLS) 1. Uji degradasi.
Penggunaan antibiotik harus secara rasional, artinya bahwa pemberian antibiotik
harus tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap
efek samping obat yang dalam arti konkritnya adalah pemberian resep yang tepat
atau sesuai indikasi, penggunaan dosis yang tepat, lama pemberian obat yang tepat,
interval pemberian obat yang tepat, aman pada pemberiannya, terjangkau oleh
penderita. Dampak negatif yang paling bahaya dari penggunaan antibiotik secara
tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotik
atau dengan kata lain terjadinya resistensi antibiotik. Hal ini mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien
dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan.
Untuk interpretasi Hasil
1. Sensitive (Peka)
Apabila diameter daerah hambat terdapat di sekitar kertas cakram pada ketiga
konsentrasi larutan pengenceran antibiotika.
2. Intermediet (Setengah peka)
Apabila tidak ada diameter daerah hambat pada kertas cakram dengan
konsentrasi larutan pengenceran antibiotik yang rendah, tetapi ada pada
konsentrasi yang menengha dan tinggi.
3. Sedikit peka
Apabila tidak ada diameter daerah hambat pada kertas cakram dengan
konsentrasi antibiotika rendah dan menengah, tetapi ada pada konsentrasi yang
tinggi.
4. Resistant (Kebal)
Apabila tidak ada diameter daerah hambat yang dihasilkan pada semua kertas
cakram dengan konsentrasi larutan pengenceran antibiotika yang rendah,
menengah, maupun tinggi.
Referensi :
Waluyo, Lud. 2008. teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang : UMM
Press.
Nah begitu pren penjelasannya. Mudah-mudahan bisa dimengerti ya..
Metode yang digunakan kultur darah untuk menguji kepekaan terhadap antibiotik
bisa dilakukan dengan cara difusi atau dengan cara cakram.
Caranya :
Setelah kultur darah di ambil, kultur tersebut di inkubasi selama 14 hari, atau blind
kultur dilakukan setelah 3 hr, 7 hr, 14 hr artinya segera dicurigai terjadi petumbuhan
kuman (misalnya kekeruhan, hemolisis dan adanya koloni didalam wadah), Lalu
koloni tersebut diambil dan ditanam didalam media agar-agar. untuk melihat bakteri
tersebut gram positif atau negatif menggunakan metode pewarnaan gram, dengan
cara hapusan dengan kaca glass, dan ditetesi dengan pewarna basa, kristal violet dan
larutan iodine.
Sumber :
Behrman, dkk (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Jawaban pertanyaan: JawabaB_Fitri Rahmawati
Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan cara cakram (Disc Method)
Cara cakram adalah cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme
terhadap antibiotik. Cara cakram adalah dengan menginokulasi pelat dengan biakan
dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung
antibiotik diletakkan di permukaan pelat agar yang mengandung organisme yang
diuji. Konsentrasi menurun sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu
pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi sampai pada titik antibiotik
tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik
ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau
bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi.
Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari eksperimen ini
merupakan suatu antibiogram.
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas
saring yang tersedia secara komersial; kemasan yang menunjukkan konsentrasi
antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi
dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini, bersama dengan
berbagai pertimbangan farmakologi digunakan dalam memilih antibiotika untuk
pengobatan. Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau
viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada
cakram filter, sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik
dengan media.
uji kepekaan dengan menggunakan cakram, yaitu dengan cara cakram (kertas saring)
yang telah dicelupkan ke dalam suatu larutan antibiotik dengan dosis tertentu dan
diletakkan pada lempeng yang mengandung bakteri uji menggunakan cakram (kertas
saring) yang telah dicelupkan ke dalam suatu larutan antibiotik dengan dosis tertentu
dan diletakkan pada lempeng yang mengandung bakteri uji. diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri yang tampak menunjukkan adanya kepekaan bakteri tersebut
terhadap antibiotika (sesuai standar NCCLS). standar pengenceran: Mc. Farland 0,5.
Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
Sumber: Kuntarti. (2011). Penuntun Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan (IDK II)
FIK UI: Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotika.
Harmita. (2008). Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: EGC.
I. Apa yang dimaksud dengan bakteri sensitif dan resisten terhadap antibiotika
Jawaban Pertanyaan: Jawaban I_Juliana S.
Resistensi terhadap antibiotik yaitu kemampauan mikroorganisme untuk
mengatasi pengaruh antibiotic . Dengan kata lain ,mikroorganisme yang resisten
akan kebal dan tidak mati walau di beri antibiotic karena mutasi. Mutasi pada
bakteri dapat terjadi secara spontan. Artinya mutasi secara alami sebagaisalah satu
mekanisme adaptasi bakteri terhadap lingkungannya sehingga dapat bertahan hidup.
Sensitifitas terhadap antibiotik maksudnya antibiotic tersebut dapat membunuh
bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri sampai akhirnya mati.
Ref: Campbell Biologi edisi 5 jilid 2 Erlangga
Jawaban Pertanyaan: Jawaban Koloni Rough_Juliana S.
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang, dan secara
alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis tumbuh di berbagai
mesophilic suhu berkisar 25-35 derajat Celsius. Bacillus subtilis juga telah
berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat
mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam),
bersifat alkali, osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini
hanya memilikin satu molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom.
Serratia marcescens,
Enterobacteriaceae.
basil
gram
negatif
diklasifikasikan
sebagai
anggota
http://deadlymicrobes.com/wp-content/uploads/2011/12/Serratia-Marcescens-in-apetri-dish.jpg
II.
cepat terhadap kondisi lingkungan yang baru. Selama replikasi, mutasi muncul dan
beberapa mutasi ini dapat membantu bakteri bertahan hidup paparan antibiotik.
3. Transfer Gen (Gene Transfer)
Mikroba juga bisa mendapatkan gen dari satu sama lain, termasuk gen yang membuat
bakteri resisten terhadap obat
4. Penggunaan yang tidak sesuai (Inappropriate Use)
Pemilihan bakteri resisten ini diperburuk oleh penggunaan yang tidak sesuai.
Terkadang penyedia layanan kesehatan akan meresepkan antibiotik yang tidak tepat,
berharap untuk menenangkan pasien yang memiliki infeksi virus atau kondisi yang
belum terdiagnosis.
5. Diagnostik yang tidak adekuat (Inadequate Diagnostics)
Seringkali, penyedia layanan kesehatan harus menggunakan informasi yang tidak
lengkap atau tidak sempurna untuk mendiagnosa infeksi dan meresepkan antibiotik
just-in-case atau meresepkan antibiotik spektrum luas ketika antibiotik tertentu
mungkin lebih baik. Situasi ini berkontribusi terhadap tekanan selektif dan
mempercepat resistensi antibiotik.
6. Penggunaan di Rumah Sakit (Hospital Use)
Pasien dalam kondisi kritis lebih rentan terhadap infeksi dan sering membutuhkan
antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik tinggi pada pasien ini dapat memperburuk
masalah dengan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik. Penggunaan
antibiotic yang ekstensif dan kontak dekat antara pasien yang lain menciptakan
lingkungan yang subur bagi penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
7. Penggunaan di Lahan Peternakan (Agricultural Use)
Para ilmuwan juga percaya bahwa praktek menambahkan antibiotik untuk pakan
ternak mempromosikan resistensi obat. Lebih dari setengah dari antibiotik yang
diproduksi di Amerika Serikat digunakan untuk tujuan peternakan. Namun, masih ada
banyak perdebatan tentang apakah bakteri yang resistan terhadap obat pada hewan
menimbulkan beban kesehatan masyarakat yang signifikan.
Referensi:
1. National Research Council, Committee on Drug Use in Food Animals. The use of
drugs in food animals: benefits and risks. Washington (DC): National Academy
Press; 1999.
2. Mellon M, Benbrook C, Benbrook KL. Hogging it: Estimates of antimicrobial
abuse in livestock. Cambridge (MA): Union of Concerned Scientists; 2001.
Prinsip : PEA mencegah pertumbuhan bakteri gram negatif dengan merusak struktur
lipid pada membran sel bakteri gram negatif.
Penuntun Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan ( IDK ) II. Pengenalan Alat & bahan di
lab
mikrobiologi, Media & morfologi Bakteri dan Jamur, Cara mengasingkan bakteri .
PDF. Retrieved pada tanggal 03/05/2013
Jawaban Pertanyaan: Jawaban Pertanyaan2_Rike. R
Mekanisme terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika tergantung
pada jenis bakteri, yaitu resistensi antibiotika oleh bakteri gram negatif dan
bakteri gram positif. Menurut Peleg and Hooper (2010)
Ketika seseorang mengambil antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh namun
bakteri yang resisten bisa terus tumbuh dan berkembang biak.
Penyalahgunaan dan pengguanaan antibiotik yang berulang merupakan penyebab
utama bakteri menjadi resisten.
Jadi, penting untuk menggunakan antibiotik dengan tepat agar penyebaran bakteri
resisten dapat dikendalikan.
Jawaban pertanyaan: Jawaba2_Zara Hana Neswari
A. Berapa Lama Mengkonsumsi Antibiotika
Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman
penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas,
antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus, perlu
beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada TBC yang
memakan waktu berbulan-bulan.
Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan
pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi
tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan
keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal
masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan,
penyakit infeksinya akan kambuh lagi.
Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang
memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong. akibatnya gusi
membengkak dan nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika
antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua,
sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
B. Mekanisme antibiotik terjadi resisten
Untuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target
kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit
menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi
mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit
masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap
antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat
selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari
satu jenis antibiotika.
Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten
terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :
1. Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya
adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus
memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin
sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.
2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah
streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.
3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme
yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah
atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila
oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka
kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.
4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat,misalnya
kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA
dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang
berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.
5. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan
baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif
terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap
sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.
C. Asal Mula Terjadinya Resistensi Kuman Terhadap Obat
Asal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab
non genetik dan genetik.
a. Sebab-sebab non genetic
Hampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman,
dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada
umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam
jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka
pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.
b. Sebab-sebab genetic
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan
genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra
kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman
kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :
c. Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal
misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol
susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom
kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen
yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi
resisten terhadap streptomisin.
d. Resistensi ekstra kromosomal
e. Bakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut
plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sirkuler :
- Mempunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri
- Berada bebas dalam sitoplasma bakteri
III.
media yang dibuat dengan tujuan melindungi mikroorganisme untuk tetap hidup
apabila pemeriksaan terpaksa ditunda. digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi
dengan cara swab, misalnya rectal swab, swab tenggorok, pus (luka, genitalia)
contoh media trasnport:
cary&blair : bakteri gram negatif
amies : bakteri gram negatif
stuart : bakteri gram negatif dan positif.
Jawaban Pertanyaan: jawaban 3_ Yohana Risita
I.
Prinsip Penetapan Dosis, Interval, Rute, Waktu dan Lama Pemberian (rejimen
dosis) (Depkes, 2004; Tim PPRA Kemenkes RI, 2010; Dipiro, 2006; Thomas, 2006;
Trissel, 2009; Lacy, 2010):
a. Dokter menulis di rekam medik secara jelas, lengkap dan benar tentang regimen
dosis pemberian antibiotik, dan instruksi tersebut juga ditulis direkam pemberian
antibiotik (RPA) (Formulir terlampir)
b. Dokter menulis resep antibiotik sesuai ketentuan yang berlaku, dan
farmasis/apoteker mengkaji kelengkapan resep serta dosis rejimennya.
c. Apoteker mengkaji ulang kesesuaian instruksi pengobatan di RPA dengan rekam
medik dan
menulis informasi yang perlu disampaikan kepada
dokter/perawat/tenaga medis lain terkait
penggunaan antibiotik tersebut dan
memberi paraf pada RPA.
d. Apoteker menyiapkan antibiotik yang dibutuhkan secara unit dose dispensing
(UDD) ataupun secara aseptic dispensing (pencampuran sediaan parenteral secara
aseptis) jika SDM dan sarana tersedia. Obat yang sudah disiapkan oleh Instalasi
Farmasi diserahkan kepada perawat
ruangan.
e. Perawat
yang
memberikan
antibiotik
kepada
pasien
(sediaan
parenteral/nonparentral/oral)
harus mencatat jam pemberian dan memberi
paraf pada RPA, sesuai jam pemberian
antibiotik yang sudah
ditentukan/disepakati.
f. Antibiotik parenteral dapat diganti per oral, apabila setelah 24-48 jam (NHS,
2009):
1. Kondisi klinis pasien membaik.
2. Tidak ada gangguan fungsi pencernaan (muntah, malabsorpsi, gangguan
menelan, diare
berat).
3. Kesadaran baik.
4. Tidak demam (suhu > 36oC dan < 38oC), disertai tidak lebih dari satu kriteria
berikut:
a. Nadi > 90 kali/menit
b. Pernapasan > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
c. Tekanan darah tidak stabil
d. Leukosit < 4.000 sel/dl atau > 12.000 sel/dl (tidak ada neutropeni).
II.
Monitoring Efektivitas, Efek Samping dan Kadar Antibiotik Dalam Darah
Monitoring (Depkes, 2004; Lacy, 2010)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Referensi:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/201
Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi
dengan 2 cara, yaitu:
1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak
secara duplikasi setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat),
maka dalam 1-2 hari, seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten.
Jika seseorang terinfeksi oleh bakteri yang resisten maka upaya
penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit.
2) Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal
ini dapat disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke
orang lain.
Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten:
1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotic
secara bijak (prudent use of antibiotics).
2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar
(universal precaution).
Jawaban Pertanyaan : pertanyaanIII_sarma
Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu. Bakteri
dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh kadar
maksimum antibiotik yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Untuk mencegah
terjadinya resistensi terhadap antibiotik diperlukan kerja sama antara
dokter, perawat, bidan dan farmasi. Adapun tindakan yang dapat dilakukan
perawat yaitu menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya penggunaan
antibiotik sesuai dosis yang dianjurkan, lama pemakaian, serta
memberikan informasi tentang bahaya penggunaan antibiotika tidak efektif
dan jika tetap digunakan dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan..
III.
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri
gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah
sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja,
bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,
kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin,
gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
a. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi
atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk
memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
b. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=
kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas.
Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan
efek sangat baik.
c.