Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Virologi

Percobaan III
“Uji Sensitifitas Antibiotik”

Disusun Oleh :
Nama Kelompok : Fitriyanti Nursidin (F201901117)
Hana Nur Faizah Djufri (F201901118)
Eviyanti Jambilu (F201901119)
Desri Mawaddayanti (F201901121)
Siti Zuhri Ramdani (F201901122)
Kelas : C3
Kelompok : 4 Batch A
Koordinator : apt. Bai Athur Ridwan, S. Farm., M. Pharm,
Sci Asisten : Suryadi

Laboratorium Bahan Alam


Jurusan Farmasi
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Mandala Waluya
Kendari

2021
LEMBAR KERJA

A. Alat :
1. Bunsen
2. Cawan petri
3. Inkubator
4. Ose bulat
5. Pinset
6. Rak tabung
7. Spoit injeksi
8. Tabung reaksi
9. Vial
B. Bahan :
1. Antibiotik
2. Bakteri E. Coli
3. Kapas
4. Larutan NaCl
5. Medium NA
6. Paper disc
7. Suspensi bakteri
C. Skema Kerja :
1. Diambil 10 ml NaCl dengan menggunakan spoit.
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah disterilkan dan ditutup
menggunakan kapas (terlebih dahulu dibakar mulut tabung).
3. Diambil bakteri E. Coli dengan menggunakan ose bulat yang steril.
4. Diambil media NA sebanyak 15 ml dengan menggunakan spoit dan di
masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah steril.
5. Diambil suspensi bakteri sebanyak 10 ml dengan menggunakan spoit.
6. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi medium NA.
7. Dimasukkan campuran suspensi dan medium NA ke dalam cawan petri
dan dibiarkan sampai memadat.
8. Dimasukkan paper disc ke dalam vial yang berisi antibiotik dengan
menggunakan pinset.
9. Diamkan selama ± 5 menit.
10. Diambil paper disc dan ditempel di dinding vial.
11. Diambil paper disc yang ditempel di dinding vial dan dimasukkan ke
dalam cawan petri.
12. Dilakukan proses inkubasi dalam inkubator selama 1x24 jam untuk
bakteri dengan suhu 37°C.
13. Diamati zona hambat yang terbentuk dari antibiotik terhadap
aktivitas/pertumbuhan bakteri.
14. Dilakukan pengukuran diameter zona bening jika terbentuk.

D. Lembar Pengamatan
1. Tabel Pengamatan Aktivitas Ekstrak Bahan Alam
Ekstrak Medium Bakteri Konsentrasi Zona Gambar
Hambat
NA E-Coly 2% Terdapat
zona
bening(+)
1% Tidak
terdapat
zona
bening(-)

E. Pembahasan
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.
Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji
sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis
menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering
digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri.
Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih
di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona
hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk.
1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas
bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya
hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari
daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui
obatobat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab
penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk
mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman
tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian
dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum
kuman tersebut betul- betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro,
1998).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kumankuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para
peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia,
hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya
adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul,
Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya
infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan
berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi
dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem
ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki
sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk
mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif
tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya
dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga
antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri
mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada
kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri.
Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif
karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri
Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit
apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut
(Sumadio, dkk. 1994).
Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan judul “UJI
SENSITIFITAS ANTIBIOTIK” dengan tujuan untuk mengetahui
sensitifitas antibiotika yang akan diuji apakah sensitif, intermedied, atau
resisten.
Pada praktikum ini menggunakan metode difusi agar secara paper
disk dimana dilakukan dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas
cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Pada praktikum kali ini, pertama disiapkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang akan digunakan. Kemudian dinyalakan bunsen dengan tujuan
untuk mensterilkan alat yang digunakan dengan cara dibakar. Selanjutnya
diambil 10 ml NaCl dengan menggunakan spoit. Kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang sudah disterilkan dan ditutup menggunakan
kapas (terlebih dahulu dibakar mulut tabung). Kemudian diambil bakteri
E. Coli dengan menggunakan ose bulat yang steril. Lalu diambil media
NA sebanyak 15 ml dengan menggunakan spoit dan di masukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah steril. Kemudian diambil suspensi bakteri
sebanyak
10 ml dengan menggunakan spoit. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi medium NA. Lalu dimasukkan campuran suspensi dan
medium NA ke dalam cawan petri dan dibiarkan sampai memadat.
Selanjutnya dimasukkan paper disc ke dalam vial yang berisi antibiotik
dengan menggunakan pinset dan didiiamkan selama ± 5 menit. Setelah ± 5
menit, diambil paper disc dan ditempel di dinding vial. Lalu diambil paper
disc yang ditempel di dinding vial dan dimasukkan ke dalam cawan petri
yang telah dibagi 2 (untuk antibiotik dengan konsentrasi 2% dan antibiotik
dengan konsentrasi 1%). Selanjutnya dilakukan proses inkubasi dalam
inkubator selama 1x24 jam untuk bakteri dengan suhu 37°C. Setelah itu
diamati zona hambat yang terbentuk dari antibiotik terhadap
aktivitas/pertumbuhan bakteri. Terakhir, dilakukan pengukuran diameter
zona bening jika terbentuk
Alasan penggunaan media NA (Natrium Agar) dikarenakan media
ini merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan
sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat,
karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya (Munandar, 2016).
Selain itu, alasan pemilihan media NA juga untuk pertumbuhan
bakteri disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dari mikroorganisme. Pada
percobaan ini digunakan NA sebagai media tumbuh bagi bakteri E.coli
karena media ini mengandung pepton sebagai sumber nitrogen (N) yang
dibutuhkan oleh bakteri (Barnett dan hunter, 1998 ; kelley, 1997).
Bakteri diinkubasi selama 1 x 24 jam karena merupakan waktu yang
dibutuhkan bakteri untuk mampu bereproduksi sampai menghasilkan
koloni (Dwidjoseputro, 1994).
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh pada antibiotik dengan
konsentrasi 2% positif dengan ditandai adanya terbentuk zona
bening/hambat pada cawan petri. Hal ini menunjukkan bahwa daya
hambat dari antibiotik tersebut sensitif. Sedangkan pada antibiotik dengan
konsentrasi 1% negatif dimana tidak terbentuk zona hambat/bening. Hal
ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa adanya zona
hambat/bening menunjukkan adanya aktivitas antimikroba dari bahan alam
yang digunakan untuk bekerja secara bakterisid atau mampu membunuh
bakteri dengan menimbulkan area jernih pada media NA maupun
bakteriostatik atau mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menimbulkan area jernih (Said, 2013).
Penggunaan 2 antibiotik bertujuan untuk membandingkan daya
hambat dari tiap obat sehingga dapat ditentukan mana antibiotik yang
sensitive, intermediet maupun resisten terhadap pertumbuhan bakteri E.
coli.
F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Digunakan media NA (Natrium Agar) dikarenakan media ini
merupakan media yang paling umum digunakan untuk
pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media
ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan
pemadatnya.
2. Bakteri yang digunakan adalah bakteri E. Coli yang merupakan
bakteri penyebab ISK terbesar
3. Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik menunjukkan
bahwa bakteri yang digunakan yaitu E. Coli menunjukkan adanya
aktivitas

G. Daftar Pustaka
Barnett HL., and BB hunter. 1998. Ilustrated Marga Of Imperfect Fungi
Edisi 4 USA justice hall. inc.
Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Malang :
Djambatan.
Jawetz et al. 1995. Mikologi Kedokteran. Dalam: Mikrobiologi
Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.
Gaman, P.M & K. B. Sherrington. (1992). The Science of Food, An
Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology 2nd
Edition. (Terjemahan Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Murdijati Gardjito, Sri Naruki,
Agnes Murdiati, Sardjono). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-
810, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Munandar, K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah.
Bandung: Refika Aditama.
Said, A. (2013). Analisis Pola Kuman dan Hasil Kepekaan Anti mikroba
pada Otitis media Supuratif Kronik di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusododan RS Daya Makasar tahun 2013. Makasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasadnuddin Makasar.
Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
Percobaan IV
“Uji Aktivitas Antimikroba Dari Bahan Alam”

Disusun Oleh :
Nama Kelompok : Fitriyanti Nursidin (F201901117)
Hana Nur Faizah Djufri (F201901118)
Eviyanti Jambilu (F201901119)
Desri Mawaddayanti (F201901121)
Siti Zuhri Ramdani (F201901122)
Kelas : C3
Kelompok : 4 Batch A
Koordinator : apt. Bai Athur Ridwan, S. Farm., M. Pharm,
Sci Asisten : Suryadi

Laboratorium Bahan Alam


Jurusan Farmasi
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Mandala Waluya
Kendari

2021
LEMBAR KERJA

A. Alat
1. Bunsen
2. Cawan petri
3. Inkubator
4. Ose bulat
5. Pinset
6. Rak tabung
7. Spoit injeksi
8. Tabung reaksi
9. Vial

B. Bahan
1. Antibiotik
2. Bakteri E. Coli
3. Ekstrak Cabe rawit
4. Jamur Malazesia
5. Kapas
6. Larutan NaCl
7. Medium NA
8. Medium PDA
9. Paper disc
10. Suspensi bakteri

C. Cara Kerja
1. Pembuatan Suspensi Bakteri E. coli
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diambil Nacl steril dengan spoid sebanyak 10 ml
3) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah steril
4) Diambil 1 ose untuk mengambil bakteri
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi NaCl
6) Diaduk aduk sampai homogen
7) Ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas
2. Pembuatan Suspensi Jamur Malazesia
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diambil Nacl steril dengan spoid sebanyak 10 ml
3) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah steril
4) Diambil 1 ose bulat untuk mengambil jamur
5) Dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi NaCl
6) Diaduk aduk hingga homogen
7) Ditutup tabung reaksi dengan kapas
3. Pembuatan Media NA Dengan Bakteri E. Coli
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diambil medium NA sebanyak 15 ml dengan spoit
3) Dimasukkan dalam tabung reaksi yang steril
4) Diambil 10 ml suspensi bakteri yang telah di buat
5) Di gojok agar tercampur lalu masukkan ke dalam cawan petri
4. Pembuatan Media PDA Dengan Jamur Malazesia
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diambil medium PDA sebanyak 15 ml dengan spoit
3) Dimasukkan dalam tabung reaksi yang steril
4) Diambil 10 ml suspensi jamur yang telah di buat
5) Di gojok agar tercampur lalu masukkan ke dalam cawan
petri
5. Perlakuan Dengan Ekstrak Bahan Alam Untuk Jamur Malazesia
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan paper disk ke dalam vial
3) Diambil dan di tempelkan paper disk pada dinding vial sengga
kadar airnya berkurang
4) Diambil paper disk dan masukkan ke dalam cawan petri berisi PDA
jamur malazesia yang telah di bagi area untuk kedua ekstrak
5) Diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu 27 oC
6. Perlakuan Dengan Ekstrak Bahan Alam Untuk Bakteri E.Coli
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan paper disk ke dalam vial
3) Diambil dan di tempelkan paper disk pada dinding vial sengga
kadar airnya berkurang
4) Diambil paper disk dan masukkan ke dalam cawan petri berisi NA
bakteri E.coli yang telah di bagi area untuk kedua ekstrak
5) Diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37 oC

D. Lembar Pengamatan
1. Tabel Pengamatan Uji Skrining Percobaan Uji Bahan Alam
Ekstrak Medium Bakteri Konsentrasi Zona Gambar
Hambat
PDA E-Coli 40% +
5% -
20% -
NA Malessezia 5% -
10% -
25% -
40% -

E. Pembahasan
Antimikroba (AM) adalah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia, terbatas pada jasad renik yang tidak
termasuk kelompok parasit. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh
suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain (Gunawan, 2007).
Definisi antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba
jenis lain. Banyak antibiotic dewasa ini dibuat secara semisintetik atau
sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak
diturunkan
dari produk mikroba (misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering
digolongkan sebagai antibiotik (Ganiswarna, 2008).
Antimikroba dapat bersifat (Djide, 2008):
1. Bakteriostatik, yaitu zat atau bahan yang dapat menghambat
atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme (bakteri), fungistatika
yaitu zat atau bahan yang dapat menghentikan pertumbuhan fungi,
sitostatika terhadapa kanker. Dalam keadaan seperti ini jumlah MO
menjadi stasioner, tidak dapat lagi multiplikasi dan berkembang biak.
Sebagai contoh yaitu sulfonamide, tetrasiklin, kloramfenikol.
2. Bakteriosida yaitu zat atau bahan yang dapat membunuh
mikroorganisme (bakteri).

Lazimnya antibiotic dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakan


dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara
steril disalurkan kedalam cairan pembiakan (Tjay, 2002).
Antibiotik semisintetik yaitu apabila pada persemaian (kultur
substrat) ditumbuhi zat-zat pelopor tertentu, maka zat ini diinkoforassi
kedalam antibiotic dasarnya. Antibiotik sintesis tidak dibuat dengan jalan
biosintesis tersebut misalnya kloramfenikol (Tjay, 2002).
Mekanisme kerja antibitok tidak aktif terhadap kebanyakan virus
kecil, mungkin karena virus tidak memiliki proses metabolism
sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari proses tuan rumah
(Tjay, 2002).
Bahan antimikroba adalah komponen bahan alam semi sintetis atau
sintetis yang mengganggu metabolisme dan menghambat pertumbuhan
atau membunuh mikroba. Bahan anti bakteri dapat berupa senyawa yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan ataupun bahan-bahan kimiawi seperti
phenolat, alcohol, halogen, logam berat, dan-persenyawaannya, detergent,
aldehid, kemosterilisator gas dan sebagainya. (Hoeprich, 1992).
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan mengenai “UJI
AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM” dengan tujuan
untuk mengetahui uji aktivitas antimikroba dari bahan alam dengan
beberapa cara pengujian, mengetahui skrining antimikroba dari bahan
alam, mengetahui uji kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh
Maksimum (KBM) dari bahan alam serta untuk mengetahui metode
penggunaan KLT dan difusi agar.
Ekstrak yang akan diuji aktivitas antibakterinya pada praktikum ini
adalah ekstrak dari cabe rawit dengan tiga konsentrasi . Ekstrak-ekstrak
tersebut diujikan aktivitas antijamurnya terhadap jamur malassezia
penyebab ketembe dan diujikan antibakterinya terhadap bakteri Eschericia
coli penyebab diare.
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu metode difusi dan metode pengenceran. Metode difusi sendiri dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu metode silinder, metode sumuran dan
metode cakram kertas. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah
metode difusi dengan cara kertas cakram.
Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji dijenuhkan
ke dalam kertas cakram (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung
bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar padat yang telah
dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasikan selama1x
24 jam dengan suhu 37oC untuk bakteri dan 3x 24 jam untuk jamur
dengan suhu 27oC. Area (zona) jernih disekitar cakram kertas diamati
untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba. Selama inkubasi,
bahan uji berdifusi dari kertas cakram ke dalam agar-agar itu dan sebuah
zona inhibisi akan terbentuk. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik
ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, diameter zona
sebanding dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke kertas cakram.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah
menyiapkan 2 cawan petri untuk medium NA dan Medium PDA.
Kemudian membagi tiap cawan petri menjadi 4 sektor. Masing-masing
sektor diberi paper disc yang telah dicampur kedalam ekstrak cabe rawit
dengan tiga konsentrasi serta control positif. Pada sector cawan petri
pertama diberi bagian 5%, yang kedua 20%, bagian ketiga 40% sdan yang
terkahir control positif.
Setelah ditetesi dengan berbagai ekstrak cabe rawit dan kontrol positif
, cawan petri kemudian diinkubasi selama 1x 24 jam pada suhu 37°C untuk
bakteri dan 3x 24 jam untuk jamur dengan suhu 27°C. Saat inkubasi piring
petri diletakkan dalam keadaan terbalik dengan tujuan untuk menghindari
menetesnya air yang mungkin melekat pada dinding dalam pada tutup petri
yang dapat mengakibatkan kontaminasi.
Setelah diinkubasi, kemudian diamati apakah terbentuk daerah zona
hambat atau tidak. Daerah zona hambat yang terbentuk diukur diameternya
dengan menggunakan jangka sorong. Semakin besar diameternya maka
semakin poten antibiotik yang terkandung dalam ekstrak tersebut.
Berdasarkan dari hasil pengukuran diameter hambatan dari masing-
masing konsentrasi, terlihat jelas bahwa setiap konsentrasi sampel
memberikan ukuran diameter hambatan yang berbeda-beda, semakin besar
konsentrasi sampel maka semakin besar pula diameter hambatan yang
diperoleh, begitupun sebaliknya, semakin kecil konsentrasi sampel maka
semakin kecil pula diameter hambatan yang diperoleh, hal ini mungkin
disebabkan oleh kandungan zat aktif yang terkandung dalam buah cabe
rawit yaitu terpenoid, saponin, flavanoid dan tanin. Kandungan terpenoid
pada cabai yang dikenal dengan kapsaisin memiliki sejumlah aktivitas
biologik pada manusia yang dapat memengaruhi sistem syaraf,
kardiovaskuler, dan degestif (Naim, R. 2004). Mekanisme penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh senyawa terpenoid diduga senyawa terpenoid
akan bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar
dinding sel bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu
keluar masuknya substansi, akan mengurangi permeabilitas dinding sel
bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati(Gunawan, 2008).
Menurut Naim (2004), flavonoid memiliki sifat lipofilik sehingga
dimungkinkan akan merusak membran sel bakteri. Kemudian, senyawa
tanin diduga berhubungan dengan kemampuannya dalam menginaktivasi
adhesin mikroba, enzim, dan protein transport pada membran sel. Selain
itu, senyawa terpen atau terpenoid diketahui dapat bersifat aktif terhadap
bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Adanya perbedaan diameter hambatan
juga dapat dipengaruhi oleh jenis bakteri uji yang digunakan, sebab suatu
mikroorganisme akan membentuk resistensi dalam dirinya untuk
mempertahankan hidup. Selain itu mikroorganisme juga memiliki
kepekaan yang berbeda-beda terhadap suatu zat. Selain pengaruh dari jenis
bakteri, perbedaan diameter hambatan juga disebabkan oleh konsentrasi
sampel yang berbeda dari tiap konsentrasi.
Setelah dilakukan pengamatan, hasilnya ditemukan diameter zona
hambat atau zona bening pada ketiga ekstrak pada media Nutrien Agat
yang ditumbuhi bakteri Eschericia coli. Hal tersebut disebabkan
berdasarkan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun cabai
rawit memiliki kemampuan antimikroba. Ekstrak etanol daun cabai rawit
terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Steptococus Aureus (Rahim et
al., 2014).
Penelitian Vinayaka (2010) membuktikan bahwa ekstrak metanol daun
cabai rawit menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, K. pneumoniae
dan Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak daun cabai rawit juga terbukti aktif
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (Lestari et al., 2016). Ekstrak
masih mengandung campuran dari senyawa kompleks. Fraksinasi perlu
dilakukan guna memisahkan senyawa aktif dari campuran senyawa yang
kompleks dalam suatu ekstrak (Harborne, 1987).
Cabai rawit mengandung senyawa antibakteri capsaicin dan
dihydrocapsaicin. Capsaicin memiliki mekanisme antibakteri dengan cara
mengganggu sintesis membran sel, sedangkan dihydrocapsaicin selektif
aktif terhadap dinding sel bakteri (Cowan, 1999; Nascimento et al., 2014).
Derajat kerusakan dinding sel diukur dari jumlah ion Ca2+ yang terdapat
pada dinding sel, sedangkan derajat kerusakan membran sel diukur dari
jumlah ion K+ yang terdapat dalam plasma sel maupun dari bahan-bahan
yang dilepaskan oleh sel yang dapat diserap pada panjang gelombang 260
nm dan 280 nm (Nychas dan Tassou, 2000; Bunduki et al., 1995).
Setelah dilakukan pengamatan , hasilnya ditemukan diameter zona
hambat atau zona bening pada ketiga ekstrak pada media Nutrien Agat
yang ditumbuhi jamur Malassezia hal tersebut diakbibatkna karena
tanaman yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur yaitu cabai
rawit (Capsicum frutescens L) yang telah dilaporkan memiliki kandungan
senyawa-senyawa antara lain Kapsaisin, saponin, flavanoid dan tannin.
Kapsaisin merupakan senyawa golongan terpenoid yang berfungsi sebagai
sumber aromatis dan rasa pedas pada cabai. Senyawa terpenoid ini
diketahui aktif terhadap bakteri, virus, fungi, dan protozoa. Data hasil
penelitian Prasetyoningsih (1987), menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit
dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Setelah dilakukan pengamatan , hasilnya ditemukan diameter zona
hambat atau zona bening pada ketiga ekstrak pada media Nutrien Agat
yang ditumbuhi jamur Malassezia hal tersebut diakibatkan karena tanaman
yang berpotensi menghambat pertumbuhan jamur yaitu cabai rawit
(Capsicum frutescens L) yang telah dilaporkan memiliki kandungan
senyawa-senyawa antara lain Kapsaisin, saponin, flavanoid dan tannin.
Kapsaisin merupakan senyawa golongan terpenoid yang berfungsi sebagai
sumber aromatis dan rasa pedas pada cabai. Senyawa terpenoid ini
diketahui aktif terhadap bakteri, virus, fungi, dan protozoa. Data hasil
penelitian Prasetyoningsih (1987), menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit
dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Ada berapa faktor yang mempengaruhi ukuran penghambatan
metode difusi cakram yaitu lama pemasangan cakram, kepekatan
inokulum, suhu dan waktu inkubasi. Ketebalan media, diameter cakram,
dan jarak antar cakram juga dapat mempengaruhi ukuran penghambatan.
Faktor lain yang berpengaruh yaitu potensi zat antimikroba dan media
yang digunakan (Vandepitte et al., 2003).

F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode difusi dan metode pengenceran.
2. Diameter zona hambat atau zona bening pada ketiga ekstrak pada media
Nutrien Agat yang ditumbuhi bakteri Eschericia coli.
3. Faktor yang mempengaruhi ukuran penghambatan metode difusi
cakram yaitu lama pemasangan cakram, kepekatan inokulum, suhu dan
waktu inkubasi.

G. Daftar Pustaka
Cowan, M.M., 1999, Plant Products as Microbial Agents, Clinical Microbial
Review, 12(4): 564-582.
Djide, M. N., 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Makassar, Jurusan
Farmasi UNHAS.
Ganiswarna, Sulistia G. 2008. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gunawan S.G., 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia pp. 210-31
Harborne, J.B.,1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Edisi I. ITB. Bandung.
Hoeprich, P.D. 1992. Antifungal Agents in Encyclopedia of
Mikrobiologiy.vol. 1. Academic Press Inc, hal. 107
Lestari, P.A., Abdur, R., dan Indra, W., 2016. Aktivitas Ekstrak Daun
Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Penghambatan
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli secara Invitro. Jurnal Farmasi
Sains dan Praktis. 1(2):1-5.
Nychas. G. J. E., dan Tassou. C. C., 2000, Traditional Preservative-Oil and
Spices, Dalam: Robinson. R. K., Batt. C. A., Patel. P. D., (Ed)
Encyclopedia of Food Microbiology Volume 2. Academy Press.
London, 1717- 1722.
Rahim, A., Wahyudin, I., Lusyana, E., Aprilianti, E., Shofa, Z.N.,
Widyaningrum, N., 2014. Efektifitas Antibakteri Ekstrak Etanolik
Daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi: Uji Pendahuluan
Potensi Tanaman Obat Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan
Infeksi Saluran Pernafasan. Prosiding SNST Fakultas Teknik. 1(1):7-
12
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat,
Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima, 270-279, Efek
Media Komputindo, Jakarta.
Vinayaka, K.S., Nandini, K.C., Rakshitha, M.N., Ramya, M., Shruthi, J.,
Shruthi, V.H., 2010. Proximate Composition, Antibacterial and
Anthelmintic Activity of Capsicum frutescens (L.) Var. Longa
(Solanaceae) Leaves. Phcog J. 2(12):486–491.

Anda mungkin juga menyukai