Ayu Kartika Putri, Quinne Eannatum Satwika, Yanti Sulistyana, Zazan Arindias
Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Abstract. Studies conducted in this scope include the use of betel plants (Piper betle
Linn) through knowledge of their morphology. Betel is a native plant of Indonesia that
grows vines or rests on other tree trunks, including plants in the family Piperaceae with
the main characteristics of containing alkaloid piperin. Betel spread throughout the
territory of Indonesia, often found in the yard. The preferred place to grow is at an
altitude of 200-1000 m above sea level which has a rainfall of 2250 - 4750 mm per year.
Based on the results of the study, betel for treatment when nosebleeds and gout have an
ICF value and high UV value, to stop the bleeding temporarily can use betel leaf. Betel
plant is rich in chemical contents such as essential oils, hydroxicavikol, kavikol,
cavibetol, allypykatekol, carvacol, eugenol, eugenol methyl ether, p-terpenenna,
esquiterpene, phenyl propane, tannin, diastase, sugar and starch.
Keywords : Piper betle L, morphology, treatment, chemical
1. Pendahuluan
Sirih adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang
pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang,
tembakau dan kapur. Di Indonesia, sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau.
Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya
saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit.
Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau
hanya sebagai tanaman hias. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat
berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
Piper betle L. adalah tanaman menjalar abadi milik keluarga Piperaceae, dibudidayakan
di Myanmar untuk daunnya, digunakan terutama untuk mengunyah dan penggunaan obat.
Piper betle L. berasal dari Kepulauan Melayu (Chibber, 1912). Itu umumnya ditanam di
seluruh Wilayah Timur tetapi tidak dikenal sebagai tanaman liar (Dassanayake, 1985). Sirih
secara luas dibudidayakan di India, Bangladish, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Vietnan, Laos,
Kampu-chea, Thailand, Myanmar dan Singapura, dll. Untuk daunnya yang digunakan sebagai
pengunyah. (Kumar et al, 2010). Ada banyak kultivar dengan daun, ukuran dan bentuk yang
berbeda warna. Beberapa kultivar memiliki urat merah dan tangkai. Batang sangat
membengkak di node, dan papillose ketika muda. Daun-daun berganti-ganti, sederhana dan
hijau kekuningan menjadi hijau terang.
Piper betle memiliki ciri khas yaitu daunnya kerap kali berbau aromatis atau rasa pedas
(Munawaroh dan Yuzammi, 2017). Aroma daun sirih disebabkan oleh adanya minyak esensial,
yang terdiri dari fenol dan terpene (Naidu, 2010). Selain itu, memiliki ciri khas mengandung
senyawa metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak
dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup. Menurut Hutapea (2000), senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tanaman sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri
triterpenoid, minyak atsiri (yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol,
monoterpena,estragol), seskuiterpen, gula, dan pati.
Ekstrak daun sirih telah dikembangkan dalam beberapa bentuk sediaan misal pasta gigi,
sabun, obat kumur karena daya antiseptiknya. Sediaan perasan, infus, ekstrak air-alkohol,
ekstrak heksan, ekstrak kloroform maupun ekstrak etanol dari daun sirih mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap gingivitis, plak dan karies (Suwondo et.al., 1991).
2. Pembahasan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Manfaat dari daun sirih adalah digunakan secara turun temurun untuk pengobatan
tradisional seperti pengobatan batuk, sakit gigi, penyegar dan sebagainya. Bagian-bagian dari
tanaman sirih seperti akar, biji dan daun berpotensi untuk pengobatan tetapi yang paling sering
dimanfaatkan untuk pengobatan adalah bagian daunnya. Pemanfaatan tradisional ini
disebabkan adanya sejumlah zat kimia atau bahan alami yang punya aktivitas sebagai senyawa
antimikroba. Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan kandungannya
dipengaruhi oleh umur dan Janis daun. Menurut Jenn dan Chou (1997) dalam daun sirih
terdapat eugenoldan hidroksifanol yang mempunyai aktivitas antimikroba. Sedangkan,
menurut Duke (2002) dalam daun sirih ditemukan adanya bahan kimia yang mempunyai
aktivitas antibakteri yaitu : kavikol, kariofilen, dan asam askorbat.
Selain, hidroksikavikol, ekstrak daun sirih mengandung asam-asam lemak seperti asam lemak
dan palmitat yang mempunyai aktivitas mikroba terhadap bakteri S. mutans.
Berdasarkan hasil penelitian, sirih untuk pengobatan saat mimisan dan asam urat
mempunyai nilai ICF dan nilai UV tinggi, untuk menghentikan pendarahan sementara dapat
menggunakan daun sirih. Aroma daun sirih yang disumbatkan pada lubang hidung dapat
enghentikan pendarahan untuk sementara waktu sehinga dapat digunakan sebagai pengobatan
untuk mimisan pengobatan mimisan ini dilakukan dengan menggulung daun sirih dan
disumbatkan dalam lubang hidung untuk menghentikan pendarahan dan pengobatan sementara
untuk mimisan. Dalam memanfaatkandaun sirih, digunakan daun yang asih berwarna hijau dan
dipetik sebelum matahari terbit karena intensitas matahari mengurangi aroma dari daun. Daun
sirih mengandung senyawa antiseptic yang dapat membunuh kuman dan zat adstrigent yang
mampu mengerutkan jaringan. Daun sirih juga berfungsi untuk asam urat, dimana arecoline
yang ditemukan pada seluruh bagian tanaman berguna merangsang saraf pusat. Cara
penggunaannya dengan cara merebus Bersama the sampai air rebusan berubh warna, setelah
itu dioleskan untuk mandi. Hal tersebut juga berfungsi untuk melancarkan peredaran darah,
nyeri otot, persendian dan stroke.
Tumbuhan sirih ini kaya akan kandungan kimia seperti minyak atsiri,
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, allypykatekol, karvakol, eugenol, eugenol methyl ether, p-
terpenenna, eskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, gula dan pati. Arecoline yang
ditemukan pada seluruh bagian tanaman berguna merangsang saraf pusat, merangsang daya
piker, meningkatkan Gerakan peristaltic, merangsang kejang, dan meredakan sifat
mendengkur. Eugenol yang ditemukan pada daun berguna untuk mencegah ejakulasi
premature, mematikan jamur Candida albicans, antikejang, analgesic, anestetik,, Pereda kejang
pada otot polos dan penekan pengendali tegak. Tanin yang juga terdapat pada daun berguna
sebagai astringent (mengurangi sekresi pada liang vagina) sehingga sirih dapat berfungsi untuk
mengobati keputihan. Manfaat sirih bagi masyarakat suku Madura Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep Madura digunakan untuk pengobatan penyakit jantung. Cara
penggunaannya dengan mencampur 3 lembar daun sirih bersama 3 siung bawang merah, 14
biji kemukus, dan 1 sendok kecil jinten putih. Semua ramuan tersebut dicampur dan ditumbuk
halus bersama 4 sendok air dan disaring. Ramuan ini diminum sebanyak 2 kali sehari secara
rutin. Pramono (2008) menyatakan bahwa sirih sangat bermanfaat untuk penyembuhan
penyakit jantung. Daun sirih juga bermanfaat bagi penyembuhan ambeien dengan cara
mencampur 11 lembar daun sirih dengan ¼ ruas kunyit dan 1 ons buah asam. Ramuan tersebut
direbus sampai mendidih dan diminum secukupnya. Daun sirih untuk pengobatan batuk rejan
dapat dilakukan dengan cara 7 lembar daun sirih dan gula batu. Ramuan tersebut direbus
dengan 1 gelas air hingga tersisa ½ gelas air. Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari 1 sendok
makan. Untuk pengobatan disentri, sirih dicampur gambir dan kapur ditumbuk halus dan
diseduh dengan air. Ramuan tersebut ditumbuk dan diseduh dengan air, ramuan tersebut
diminum 3 kali sehari 1 sendok makan. (Ningtias A. F., Asyiah I. N., Pujiastuti.(2016)
3. kesimpulan
Sirih adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang
pohon lain. Tumbuhan Piper betle kaya akan kandungan kimia seperti minyak atsiri,
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, allypykatekol, karvakol, eugenol, eugenol methyl ether,
p-terpenenna, eskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, gula dan pati. arecoline yang
ditemukan pada seluruh bagian tanaman berguna merangsang saraf pusat. Sirih dalam lingkup
masyarakat Kepulauan Riau digunakan sebagai budaya turun-temurun. Selain itu, Sirih
digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka), sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai
upacara adat rumpun Melayu. Manfaat sirih bagi masyarakat suku Madura Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep digunakan untuk pengobatan penyakit jantung. Piper betle
umumnya ditanam di seluruh Wilayah Timur tetapi tidak dikenal sebagai tanaman liar.
Daftar Pustaka
Chibber, H.M. (1912). The morphology and history of Piper betle, Linn. (the betel-vine).
Journal Lin. Soc. Bot. 41(8):1-10.
Dalimartha,S. (2006) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. . Jakarta : Pustaka Buana
Suwondo, S.; Sidik, S.RS. and Soelarko, RM., 1991, Prosiding Seminar Sirih : Aktivitas
Antibakteri Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Bakteri Gingivitis dan Bakteri
Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Provinsi Lampung. Media Konservasi. Vol.
22 No. 2, 118-128.
Naidu, K. M., 2010, Community Health Nursing, Gennext Publication, New Delhi, 115.
Hutapea, J. R. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi I. Jakarta : Bhakti Husada,
halaman 19-20.
Ningtias A. F., Asyiah I. N., Pujiastuti.(2016)Manfaat Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Obat
(Benefits of Betel Leaf (Piper betle L.) As Traditional Medicine for Internal Disease in
Kalianget District Sumenep Regency Madura). Studi Entobotani.
Prakash, B., Shukla, R., Singh, P., dan Kumar, A., 2010, Efficacy of chemically characterized
Piper betle L. essential oil against fungal and aflatoxin contamination of some edible
commodities and its antioxidant activity, International Journal of Food Microbiology,
142, 114-119.
Ravindran, P. N., and K. N. Babu. 1994. Chemotaxonomy of South Indian Piper. Journal of
Spices & Aromatic Crops 3 (1) : 6-13