Anda di halaman 1dari 7

DEKOMPOSISI SERASAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : SYAMMA I. Y. ARITONANG
NIM : Z1A020005
KELOMPOK : SATU (1)
ROMBONGAN : EMPAT (4)
ASISTEN : RAHMA ADINDA NUR AZKIYAH

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2021
DEKOMPOSISI SERASAH

Serasah merupakan lapisan tanah bagian atas yang terdiri dari dedaunan, ranting
dan cabang, bunga dan buah, kulit kayu serta bagian lain dari tumbuhan maupun hewan
yang telah mati, yang tersebar di permukaan tanah di bawah hutan yang belum mengalami
dekomposisi. Serasah berfungsi sebagai penyimpanan air sementara yang nantinya akan
dilepaskan bersama dengan bahan organik terlarut, memperbaiki struktur tanah dan
menaikkan kapasitas penyerapan (Arief dalam Sudomo 2017). Dekomposisi serasah
merupakan proses perubahan bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan kimia
menjadi senyawa anorganik (mineral) sederhana oleh mikroorganisme tanah (Dita dalam
Watumlawar, 2019).
Praktikum dekomposisi serasah dilakukan untuk mengetahui kecepatan
dekomposisi serasah oleh konsorsia mikroorganisme. Kecepatan proses dekomposisi
serasah, tergantung pada kondisi lingkungan, jenis tanaman, komposisi bahan kimia
tanaman dan umur tegakan. Dekomposisi serasah dapat memberikan manfaat berupa
nutrisi yang berguna bagi pertumbuhan tanaman secara normal (Dita dalam Watumlawar,
2019).
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain 20 helai
serasah daun (daun yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun manga), 4 buah
polybag hitam dan 4 kg tanah. Berikut prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum
ini : 1
Mengisi tiap polybag sebanyak ± 1 kg tanah atau hingga mencapai ketinggian
3

Sebanyak 5 helai serasah daun (daun yang digunakan harus berasal dari satu jenis
tanaman dengan ukuran yang sama) dibenamkan ke dalam tanah pada masing-masing
polybag.

Inkubasi ke empat polybag berisi daun tersebut selama 4 minggu. Praktikan


diwajibkan menjaga kelembapan tanah dengan cara memberikan air secara berkala
(dalam pemberian air tidak boleh terlalu basah/becek).

Setiap minggu dilakukan pengamatan warna, tekstur, dan aroma serasah daun, serta
mendokumentasikan hasil praktikum dengan cara swafoto bersama hasil praktikum.
Gambar 1.1. Hasil Pengamatan Dekomposisi Serasah Minggu Ke-1

Serasah daun yang telah diinkubasikan selama 1 minggu tampak mengalami


perubahan tekstur. Dimana serasah daun yang awalnya bertekstur kering, berubah menjadi
basah dan lembab serta permukaan daunnya berlendir. Warna daun serasah juga tampak
mengalami perubahan, dimana awalnya daun berwarna cokelat muda lalu berubah menjadi
cokelat tua. Sementara untuk aroma daun sendiri, daun serasah beraroma segar, seperti
tanah saat hujan.

Gambar 1.2. Hasil Pengamatan Dekomposisi Serasah Minggu Ke-2

Hasil inkubasi serasah daun manga pada minggu ke-2 menunjukkan terjadinya
perubahan tekstur daun dimana daun yang awalnya basah, lembab dan berlendir berubah
menjadi lebih lembab dan becek. Warna daun juga mengalami perubahan menjadi lebih
gelap (daun berwarna cokelat tua, dengan beberapa bagian berwarna kehitaman) bila
dibandingkan dengan warna daun sebelumnya. Aroma yang tercium dari serasah daun pada
minggu kedua pengamatan adalah aroma tanah.
Gambar 1.3. Hasil Pengamatan Dekomposisi Serasah Minggu Ke-3

Serasah daun pada minggu ketiga pengamatan memiliki tekstur lembab, basah,
dengan daun yang kaku tetapi tangkai daun lunak. Didapati pula terdapat bagian daun yang
robek. Daun serasah pada minggu pengamatan yang ketiga ini beraroma asam yang cukup
menyengat. Sementara warna daun masih sama seperti warna daun pada minggu
pengamatan kedua yaitu berwarna cokelat tua kehitaman.

Gambar 1.4. Hasil Pengamatan Dekomposisi Serasah Minggu Ke-4

Warna serasah daun pada minggu pengamatan ketiga tampak tidak mengalami
perubahan warna yang signifikan, dimana daun memiliki warna yang sama dengan daun
pada minggu pengamatan sebelumnya (berwarna cokelat tua kehitaman) hanya saja warna
daun menjadi sedikit lebih gelap. Tercium aroma busuk yang cukup kuat saat serasah daun
didekatkan dengan hidung. Sementara untuk teksturnya, serasah daun menjadi lebih lunak
dan rapuh, sehingga daun dan tangkai daun menjadi mudah robek/patah meskipun hanya
ditekan sedikit. Terdapat pula bagian daun yang robek.
Dekomposisi merupakan proses perubahan secara fisik maupun secara kimiawi
yang sederhana oleh mikroorganisme tanah (Mulyani dalam Hanum 2014). Proses
dekomposisi dimulai dari proses penghancuran tumbuhan dan sisa bahan organik mati
menjadi ukuran yang lebih kecil oleh serangga kecil. Dilanjutkan dengan proses
penguraian partikel-partikel organik oleh bakteri dan fungi. Proses dekomposisi yang
dilakukan oleh bakteri dan fungi (dekomposer) dibantu oleh enzim yang dapat
menguraikan bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lain-lain (Sunarto dalam
Hanum 2014).
Keseluruhan hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa belum
ada perubahan siknifikan pada warna, dan tekstur serasah daun yang telah dibenamkan
pada tanah selama periode waktu 4 minggu. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses
dekomposisi yang terjadi pada daun mangga berjalan sangat lambat. Kondisi ini mungkin
terjadi, sebagai dampak dari tempat penyimpanan/peletakkan polybag berisi serasah daun
tersebut. Dimana, polybag berisi serasah daun diletakkan pada teras rumah yang
memungkinkan polybag tersebut terkena cahaya matahari langsung. Selain itu, selama
periode waktu pengamatan, kondisi cuaca sangat tidak menentu sehingga pada waktu
tertentu polybag dapat terkena sinar matahari langsung dalam waktu yang panjang.
Sementara padi hari yang lain, polybag dapat terkena percikan siraman air hujan yang
cukup lama. Kondisi-kondisi inilah yang dapat mempengaruhi kecepatan dekomposisi
serasah daun sebagaimana yang dikatakan oleh Sunarto dalam Hanum (2014), kecepatan
dekomposisi serasah umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, yang dapat
mermpengaruhi pertumbuhan dekomposer, diantaranya adalah faktor iklim seperti curah
hujan, kelembaban, intensitas cahaya, suhu udara di sekitar daerah pengomposan dan
kondisi lingkungan tempat tumbuh organisme seperti suhu air, pH, salinitas air, kandungan
oksigen, kandungan hara organik dan lain-lain.
Selain itu, komposisi kimia bahan organik juga merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan kecepatan perombakan bahan organik. Beberapa model
mineralisasi nitrogen menunjukkan bahwa komposisi kimia residu merupakan faktor utama
yang menentukan proses dekomposisi. Kandungan lignin dan senyawa poliphenol juga
dapat mempengaruhi kecepatan dekomposisi dan pelepasan unsur hara dari residu tanaman
(Saidy, 2018). Kandungan poliphenol menjadi penting dalam prediksi kecepatan
dekomposisi bahan organik ketika konsentrasi senyawa ini di dalam tanah rendah karena
proses pencucian (Seneviratne dalam Saidy, 2018).
Tumbuhan mangga diketahui memiliki kandungan senyawa fenol yang cukup
besar. Selain itu, daun mangga merupakan serasah yang berasal dari tumbuhan mangga.
Diketahui, serasah yang berasal dari pepohonan dan tanaman, seperti dedaunan dan
ranting, mempunyai komposisi selulosa sebesar 45% dari berat kering bahan. Sedangkan
hemiselulosa menempati 20-30% dan sisanya adalah lignin. Selulosa merupakan polimer
glukosa dengan ikatan β-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Hemiselulosa merupakan
kelompok polisakarida heterogen yang memiliki berat molekul rendah. Lignin merupakan
polimer dengan struktur aromatik yang terbentuk melalui unit-unit penilpropan yang
berhubungan secara bersama oleh beberapa jenis ikatan yang berbeda. Senyawa lignin sulit
didegradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen yang berikatan dengan
selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman. Hal inilah yang kemudian dapat
mempengaruhi dan mengakibatkan dekomposisi daun mangga berjalan sangat lambat.
DAFTAR PUSTAKA

Hanum, A. M., dan Kuswytasari, N. D, 2014. Laju Dekomposisi Serasah Daun Trembesi
(Samanea saman) dengan Penambahan Inokulum Kapang. Jurnal Sains dan Seni
Pomits, 3(1), pp. 17-21.

Saidy, A. R., 2018. Bahan Organik Tanah : Klasifikasi, Fungsi Dan Metode Studi. Cetakan
Pertama. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.

Sudomo, A., dan Widiyanto, A., 2017. Produktifitas Serasah Sengon (Paraserianthes
falcataria) dan Sumbangannya Bagi Unsur Kimia Makro Tanah. Prosiding Seminar
Nasional Geografi UMS. pp. 561-569.

Watumlawar, Y., Sondak, C. F. A., Schaduw, J. N. W., Mamuaja, J. N., Darwisito, S. &
Andaki, J., 2019. Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove (Sonneratia
sp.) di Kawasan Hutan Mangrove Bahowo, Kelurahan Tongkaina Kecamatan
Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 1(1), pp. 1-6.

Anda mungkin juga menyukai