Anda di halaman 1dari 16

Laporan praktikum

Dasar-dasar Ekologi

DEKOMPOSISI

NAMA : ST. FATIMAH


NIM : G011171067
KELAS : DDE E
KELOMPOK : E.1
ASISTEN :1. DWI WAHYUNI HASWIN
2. MUH. NUR HIDAYAT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi yang
tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik
sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh
iklim, jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk. Keberadaan mesofauna
dan makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam
tanah.
Serasah merupakan material organik yang mampu diuraikan oleh
mikroorganisme dan organisme kecil lain. Material organik diuraikan oleh
mikroorganisme karena berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi
mikroorganisme tersebut. laju dekomposisi serasah berbeda antara satu ekosistem
dengan ekosistem lainnya. Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, pH, kelembaban, komposisi kimia dari serasah dan mikro organisme
tanah. Dekomposisi merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan
beberapa faktor
Sampah daun dan kayu yang mencapai tanah akan membusuk dan secara
bertahap akan dimasukkan ke dalam horizon mineral tanah melalui aktivitas
organisme tanah. Proses dekomposisi berjalan secara bertahap, dimana laju
dekomposisi paling cepat terjadi pada minggu pertama. Hal ini dikarenakan pada
serasah yang masih baru, masih banyak persediaan unsur-unsur yang merupakan
sumber makanan bagi mikroba tanah atau bagi organisme pengurai, sehingga
serasah-serasah cepat hancur.
Serasah yang berada pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme
yang lebih banyak cenderung lebih cepat terdekomposisi dibanding pada daerah
yang mempunyai jumlah mikro organisme sedikit. Tujuan pada praktikum ini
adalah mengetahui struktur tanah, mengetahui fauna yang ada di tanah,
mengetahui terjadinya proses dekomposisi dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi dekomposisi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar nama pupuk di antaranya
pupuk kompos, pupuk kompos adalah pupuk yang terjadi dari hasil penguraian
organisme-organisme sehingga menyebabkan dekomposisi bahan yang semulanya
berbentuk menjadi lebih halus dan bermanfaat bagi masyarakat. Kandungan yang
terdapat dalam dekomposisi bahan organik bervariasi. Kandungan protein dengan
bahan-bahan yang lebih kompleks menjadi siap pakai. Kandungan-kandungan
yang terdapat dalam tubuh mahluk hidup diantaranya kandungan air dan oksigen
bahan baku kompos merupakan hal yang sangat penting.
Manfaat bahan organik bagi kehidupan kita sehari-hari terutama untuk tanaman
pertanian adalah membuat PH, tekstur dan struktur tanah menjadi lebih baik
sehingga apapun yang di butuhkan tanaman terpenuhi dengan adanya
dekomposisi. Disamping itu tanah dan tanaman yang telah didekomposisi terlihat
tampak subur dan menambah kadar humus dalam tanah serta mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan uraian diatas maka perlu
dilakukan praktikum untuk mengetahui bagaimana proses dekomposisi.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
dekomposisi, tingkat dekomposisi dan manfaat dekomposisi daun beberapa jenis
vegetasi.
Kegunaannya yaitu dengan adanya praktikum ini diharapkan memberikan
pemahaman tentang proses dekomposisi tanaman serta faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dekomposisi Secara Umum


Dekomposisi adalah perubahan fisik maupun kimiawi yang sederhana yang
dilakukan oleh mikroorganisme tanah seperti bakteri, fungi dan hewan tanah
lainnya atau yang sering disebut juga mineralisasi yaitu proses penghancuran
bahan organik yang berasal dari hewan maupun tanaman menjadi senyawa-
senyawa organik yang sederhana (Sutedjo, 2000).
Proses dekomposisi secara umum terjadi pada dua tahapan yaitu tahap
dekomposisi aerobik, tahap yang mendominasi seluruh proses, prosesnya sangat
pendek, hal ini disebabkan karena jumlah oksigen yang terbatas. Tahap kedua
yaitu proses anerobik, tahap yang terjadi ketika jumlah populasi bakteri
methanoigenesis sangat tinggi (Hardiwinoto, 2000).
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dekomposisi
Menurut Osono dan Takeda (2006) yang menyatakan bahwa kecepatan
dekomposisi serasah daun dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tipe serasah
Kandungan senyawa yang terkandung di dalam seresah seperti kandungan
lignin, selulosa, dan karbohidratnya. Tipe serasah mempengaruhi kemampuan
suatu mikroba untuk mendekomposisi senyawa-senyawa kompleks yang
terkandung di dalam serasah, dimana lignin akan lebih susah untuk
didekomposisi, selanjutnya selulosa dan gula sederhana adalah senyawa
berikutnya yang relatif cepat didekomposisi.
2. Temperatur
Kecepatan dekomposisi tertinggi ditunjukan pada suhu 24 ºC. Suhu
merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sifat fisiologi
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tersebut. Setiap peningkatan suhu
sebesar 10oC akan meningkatkan laju metabolisme organisme menjadi dua
kali lipat. Penambahan suhu maksimal dapat mematikan mikroorganisme
pendegradasi seresah.
3. Pengaruh pH
Aktivitas enzim selulase dipengaruhi oleh pH, dimana aktivitas selulase yang
tinggi berkisar antara pH 4,5-6,5. Enzim pada umumnya hanya aktif pada
kisaran pH yang terbatas. Nilai pH optimum suatu enzim ditandai dengan
menurunnya aktivitas pada kedua sisi lainnya dari kurva yang disebabkan
oleh turunnya afinitas dan stabilitas enzim.
4. Iklim
Hal ini menjadi penting karena iklim dapat memperlambat bahkan
mempercepat terjadinya proses dekomposisi seperti curah hujan, angin, dan
suhu pada saat proses berlangsung.
5. Bentuk lahan
Hal ini membantu dekomposisi pada proses pengumpulan bahan-bahan
organik tersebut yaitu pada saat pengambilan bahan akan diperoleh bahan
yang pada daerah yang tidak terjal dimana bahan akan tertampung sedangkan
pada daerah yang mempunyai keemiringan tinggi kemungkinan bahan akan
ikut dengan air hujan menuju kebawah.
6. Adanya Kegiatan Manusia
Adanya kegiatan manusia ini pun akan sangat berpengaruh pada terjadinya
proses dekomposisi, manusia berperan dalam mempercepat proses
dekomposisi yaitu dengan menambahkan bahan kimia yang dapat
mempercepat proses dekomposisi.
2.3 Proses Dekomposisi beserta manfaat Dekomposisi
Pengurai memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga lingkungan
agar tetap bersih. Mereka memecah bahan organik kompleks dan mengubahnya
menjadi bahan anorganik sederhana seperti air, karbon dioksida dan nutrisi.
Proses alami ini dikenal sebagai proses dekomposisi. Bahan baku untuk
dekomposisi adalah detritus, yang terdiri dari tumbuhan mati dan membusuk
seperti daun, cabang, bunga dan sisa-sisa hewan yang mati (Rahmawaty, 2000).
Proses perombakan berawal dari perombakan yang besar oleh makro fauna
dengan meremah-remah substansi atau serasah sehingga menghasilkan butiran-
butiran kecil. Butiran tersebut akan dimakan oleh mesofauna seperti cacing tanah
dengan hasil akhir sama yaitu butiran-butiran yang lebih kecil lagi. Materi terakhir
akan dirombak oleh mikroorganisme khususnya bakteri dan jamur. Dekomposer
seperti bakteri dan jamur akan memanfaatkan bahan organik dalam bentuk
terlarut. Pada kelembaban rendah, peran jamur dalam mendekomposisi lebih
dominan daripada bakteri, sehingga serasah yang mengalami dekomposisi akan
berubah menjadi humus dan akhirnya menjadi tanah (Rahmawaty, 2000).
Kondisi iklim seperti suhu dan kelembaban tanah mempengaruhi aktivitas
mikroba, sehingga mempengaruhi tingkat dekomposisi. Artinya, laju dekomposisi
lebih cepat saat suhu hangat dan lingkungan lembab, sedangkan suhu rendah dan
sedikit oksigen, memperlambat proses dekomposisi dan menyebabkan
penumpukan bahan organik. Jadi, proses dekomposisi membantu untuk mendaur
ulang nutrisi yang diperlukan untuk keberadaan kehidupan (Rahmawaty, 2000)
Menurut Salisbury (2008) yang menyatakan bahwa proses dekomposisi
diperlukan karena memilki beberapa keuntungan baik bagi tumbuhan ataupun
kelangsungan daur ekosistem diantaranya :
1. Mengubah sampah organik menjadi kompos.
2. Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar tanaman.
3. Meningkatkan kesuburan tanah,.
4. Mengandung senyawa pengikat bahan toksin dalam air dan tanah.
5. Meningkatkan kesuburan tanah.
6. Penghasil sumber makanan untuk tumbuhan.
2.4 Rumus Perhitungan Laju Dekomposisi
Menurut Lestari (2002), rumus yang di gunakan dalam menghitung laju
dekomposisi yaitu:

W 0−Wt
R=
T
Keterangan :
R : Laju dekomposisi (g/hari)
W0 : Berat kering sampel serasah awal (g)
Wt : Berat kering sampel serasah setelah waktu pengamatan ke-1 (g)
T : Waktu pengamatan (hari)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 16.30
WITA sampai selesai. Bertempat di Teaching Farm (Ex Farm), Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat Dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu cangkul, sekop, cutter, oven, timbangan dan
alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan yaitu 6 jenis daun vegetasi pohon, polybag (30x40)
cm, kantong plastik gula, label dan tanah.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membuka lahan untuk penanaman,
3. Masukkan tanah ke dalam 12 polybag ukuran 30 x 40 cm hingga penuh
4. Mengambil masing-masing 6 jenis daun segar dan kering dari vegetasi yang
berbeda.
5. Mencacah daun hingga partikel kecil.
6. Menimbang daun yang telah dicacah.
7. Masukkan daun ke dalam plastik gula.
8. Memberi label sebagai penanda untuk mengetahui jenis daun.
9. Menimbun hasil cacahan tersebut ke dalam polybag yang telah diisi.
10. Mencatat kode di masing-masing polybag sesuai dengan daun yang diisikan.
11. Mengamati setiap perubahan pada daun yang tertimbun di dalam polybag.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Hasil Penimbangan Berat Daun Dekomposisi
Berat Awal Berat Sebelum Berat Setelah
No Vegetasi
)W0( dioven dioven
1. Daun Kamboja Kering 10gr 25,16 gr 5,43 gr
2. Daun Kamboja Basah 10gr 3,11 gr 0,67 gr
3. Daun Jati Merah Kering 10gr 19,67 gr 9,09 gr
4. Daun Jati Merah Basah 10gr 17,84 gr 7,24 gr
5. Daun Mangga Kering 10gr 11,79 gr 9,59 gr
6. Daun Mangga Basah 10gr 10,26 gr 0,66 gr
Sumber Data Primer, 2017
Tabel 1.2 Laju Dekomposisi Daun

No Vegetasi Laju Dekomposisi

1. Daun Kamboja Kering -0,31 gr/hari


2. Daun Kamboja Basah 0,243 gr/hari
3. Daun Jati Merah Kering -0,018 gr/hari
4. Daun Jati Merah Basah -0,019 gr/hari
5. Daun Mangga Kering 0,251 gr/hari
6. Daun Mangga Basah 0,013 gr/hari
Sumber Data Primer, 2017
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui hasil penimbangan dari 3 jenis vegetasi
(kering dan basah) yang berbeda-beda. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
berat vegetasi baik kering maupun basah mengalami penurunan setelah dioven
karena kadar air yang terdapat dalam daun tersebut mengalami pengurangan atau
penurunan yang menyebabkan daun menjadi kering, remuk dan kusam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutedjo (2000) yang menyatakan bahwa kadar air yang
mempertahankan kesegaran suatu bahan sehingga jika suatu bahan memiliki kadar
air yang rendah maka bahan terebut akan mudah rusak dan busuk.
Pada tabel 1.2 dapat diketahui laju dekomposisi tiap-tiap vegetasi baik itu
kering maupun basah berbeda-beda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa,
faktor waktu, suhu dan lingkungan dalam pengukuran dekomposisi serasah daun
memiliki pengaruh sangat nyata terhadap laju penghancuran serasah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Salisbury (2008) yang menyatakan bahwa proses
dekomposisi bahan organik di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Peningkatan suhu tanah dapat merangsang kegiatan metabolisme
fauna tanah untuk mempercepat lajunya proses mineralisasi (perombakan bahan
organik menjadi CO2).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan dan penghitungan data,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Massa sampel daun dari 3 jenis vegetasi mengalami penurunan jumlah massa
setelah dioven dikarenakan berkurangnya kadar air yang terdapat pada tiap
jenis vegetasi.
2. Laju dekomposisi setiap jenis vegetasi berbeda-beda dikarenakan adanya
faktor-faktor seperti waktu, suhu dan lingkungan yang mempengaruhi.
5.2 Saran
Dalam setiap praktikum, sebaiknya setiap praktikan mengikuti proses
pengamatan agar setiap praktikan tahu betul tentang proses yang terjadi
didalamnya.
LAMPIRAN

A. Laju Dekomposisi Daun :


1. Daun Kamboja Kering
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(25 , 16 gr −5 , 43 gr )
R=
31 hari
10−19 ,73
R=
31
−9 ,73
R=
31
R=−0 , 31 gr /hari
2. Daun Kamboja Basah
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(3 ,11 gr −0 , 67 gr )
R=
31 hari
10−2 , 44
R=
31
7 , 56
R=
31
R=−0,243 gr /hari
3. Daun Jati Merah Kering
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(19 , 67 gr −9 , 09 gr )
R=
31 hari
10−10 ,58
R=
31
−0 , 58
R=
31
R=−0,018 gr /hari
4. Daun Jati Merah Basah
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(17 , 84 gr−7 , 24 gr )
R=
31hari
10−10 ,6
R=
31
−0 , 6
R=
31
R=−0,019 gr /hari
5. Daun Mangga Kering
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(11, 79 gr −9 ,59 gr )
R=
31hari
10−2 ,2
R=
31
7,8
R=
31
R=−0,251 gr /hari
6. Daun Mangga Basah
W 0−Wt
R=
T
R=W 0−¿ ¿
10 gr−(10 , 26 gr −0 , 66 gr )
R=
31 hari
10−9 , 6
R=
31
0,4
R=
31
R=−0,013 gr /hari
B. Foto Hasil Dekomposisi Daun
1. Daun Kamboja Kering
2. Daun Kamboja Basah

3. Daun Jati Merah Kering

4. Daun Jati Merah Basah


5. Daun Mangga Kering

6. Daun Mangga Basah

DAFTAR PUSTAKA
Hardiwinoto, dkk. 2000. Pengaruh Sifat Kimia Terhadap Tingkat Dekomposisi.
Kalimantan Timur: Universitas Mulawarman
Lestari. 2002. Dekomposisi. Bandung: Universitas Pasundan.
Osono dan Takeda. 2006. Pendugaan Laju Dekomposisi dan Produksi Biomassa
Serasah pada beberapa Lokasi di Kebun Raya Purwodadi. UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi.
Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman serangga tanah dan perannya pada
komunitas. Bogor: IPB.
Salisbury. 2008. Efek Perbedaan Teknis Pengeringan terhadap Kualitas,
Fermentabilitas dan Kecernaan Hay Daun. Bogor: Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan.
Sutedjo. 2000. Analisis Pangan. Bogor: IPB-Press.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan dan penghitungan data,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan
organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses
dekomposisi serasah dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan
ekosistem.
2. Dekomposisi merupakan proses penting dalam fungsi ekologi. Organisme-
organisme yang telah mati mengalami penghancuran menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil lagi. Dekomposisi serasah adalah salah satu dari tingkatan
proses terpenting daur biogeokimia dalam ekosistem hutan.
5.2 Saran
Dalam setiap praktikum, sebaiknya setiap praktikan mengikuti proses
pengamatan agar setiap praktikan tahu betul tentang proses yang terjadi
didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai