Anda di halaman 1dari 13

TIKET MASUK PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

TOPIK 7 : Variasi Pigmen Daun pada Beberapa Spesies Tumbuhan

Nama : Fika Zayyana Amalia


NIM : 235090300111018
Kelas : Fisika B
Kelompok : Delapan
Tanggal Praktikum : 10 November 2023
Asisten PJ Topik : Aretta Lodia
Asisten Kelompok : Salsabila Nurfadilah

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2023

SURAT PERNYATAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Morfologi dan Anatomi Tumbuhan

Daun tanaman Cabai Jawa (Piper retrofractum) menunjukkan karakteristik morfologi


dan anatomi yang khas. Secara morfologis, daunnya memiliki bentuk yang umumnya lancip
atau agak oval dengan ujung meruncing, dan susunannya bersifat bertolak-tolakan di
sepanjang batang tanaman. Tangkai daun bervariasi dalam panjang dan kekuatan, sementara
warna daun cenderung hijau tua, yang dapat mengalami variasi tergantung pada tingkat
kematangan dan kondisi lingkungan. Dari segi anatomi, lapisan epidermis pada daun terdiri
dari sel-sel epidermis yang melapisi kedua sisi daun. Jaringan palisade yang terletak di bawah
epidermis atas memiliki sel-sel yang rapat dan bertanggung jawab untuk proses fotosintesis.
Jaringan spons yang lebih longgar berada di bawahnya, mendukung pertukaran gas. Sistem
pembuluh daun, terdiri dari xilem dan floem, berperan dalam mengangkut air, mineral, dan
hasil fotosintesis. Stomata, yang terdapat pada epidermis daun, berfungsi sebagai pintu
gerbang untuk pertukaran gas selama fotosintesis. Trikhoma, yaitu rambut-rambut kecil yang
melapisi permukaan daun, dapat memberikan perlindungan atau mengurangi penguapan.
Secara keseluruhan, anatomi dan morfologi daun Cabai Jawa mencerminkan adaptasi
tanaman ini terhadap lingkungan pertumbuhannya dan memainkan peran penting dalam
proses fotosintesis dan pertukaran gas ( Adragna, 2020) .

Bayam Merah (Amaranthus gangeticus) memiliki karakteristik morfologi dan anatomi


yang khas. Secara morfologis, daunnya umumnya berbentuk bergerigi atau berlobus dengan
tepi yang bergerigi, dan susunannya bersusun secara bertolak-tolakan di sepanjang batang
tanaman. Warnanya yang mencolok, merah atau ungu, menjadi ciri khas yang membedakan
Bayam Merah dari varietas lain. Tangkai daunnya panjang dan kuat, memberikan dukungan
yang baik untuk susunan daun yang rapat. Dari segi anatomi, lapisan epidermis daun terdiri
dari sel-sel epidermis yang melapisi kedua sisi daun. Jaringan palisade terletak di bawah
epidermis atas dan terdiri dari sel-sel yang rapat, bertanggung jawab untuk proses
fotosintesis. Jaringan spons yang lebih longgar berada di bawahnya, mendukung pertukaran
gas. Sistem pembuluh daun, yang terdiri dari pembuluh xilem dan floem, mengangkut air,
mineral, dan hasil fotosintesis. Stomata, yang terdapat pada epidermis daun, berfungsi
sebagai pintu gerbang untuk pertukaran gas selama fotosintesis. Selain itu, kristal kalsium
oksalat mungkin dapat ditemukan di bawah mikroskop sebagai struktur kristal yang
berbentuk jarum atau bintang. Secara keseluruhan, anatomi dan morfologi daun Bayam
Merah mencerminkan adaptasi tanaman ini terhadap lingkungan pertumbuhannya dan
memberikan kontribusi penting dalam proses fotosintesis dan pertukaran gas. Variasi dapat
terjadi tergantung pada faktor-faktor pertumbuhan dan lingkungan yang memengaruhi
tanaman ini (Annamalai Manickavasagan,dkk, 2016).
Rhoeo discolor, yang dikenal sebagai Moses in the Cradle, menampilkan morfologi
yang khas dengan daun berbentuk pedang berwarna hijau tua di bagian atas dan ungu dengan
garis-garis merah atau pink di bagian bawahnya. Bunga-bunga kecil, meski tidak terlalu
mencolok, biasanya muncul di antara daun-daun tanaman ini. Secara anatomi, daun Rhoeo
discolor memiliki epidermis yang melibatkan sel-sel epidermis dan stomata, sementara
jaringan palisade dan spongiosa berperan dalam proses fotosintesis. Sistem pembuluh daun,
yang mencakup xilem dan floem, mengangkut air, mineral, dan nutrisi ke seluruh tanaman.
Di sisi lain, Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis) menampilkan morfologi dengan daun
berwarna hijau berkilau yang berbentuk lanset dan tersusun berselang-seling di sepanjang
batangnya. Tanaman ini mampu menghasilkan bunga, walaupun cenderung tidak mencolok.
Secara anatomi, daun Sambang Darah juga memiliki lapisan epidermis dengan sel-sel
epidermis dan stomata. Jaringan palisade dan spongiosa berperan dalam fotosintesis dan
pertukaran gas, sedangkan sistem pembuluh daun terlibat dalam transportasi air, mineral,
dan nutrisi. Penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan karakteristik
tanaman dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti varietas, kondisi
pertumbuhan, dan lingkungan tumbuhnya masing-masing tanaman ( Wahyuni, 2022 ).

(Anymous, 2008)
Gambar 1.1. Morfologi daun

1.1.2 Pigmen Daun


Pigmen daun adalah pigmen-pigmen yang terdapat dalam daun tumbuhan dan
memberikan warna khas pada daun tersebut. Pigmen-pigmen ini memiliki peran penting
dalam proses fotosintesis, yaitu proses di mana tumbuhan mengubah energi matahari
menjadi energi kimia yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa
pigmen daun yang paling penting adalah klorofil, karotenoid, dan antosianin( Aryulina, 2023 )

Klorofil adalah pigmen hijau yang paling dominan dalam daun tumbuhan. Klorofil terdiri dari
beberapa jenis, tetapi dua jenis utama yang paling dikenal adalah klorofil-a dan klorofil-b.
Klorofil-a adalah yang paling umum dan paling penting dalam fotosintesis. Ini menyerap
cahaya biru dan merah tetapi mencerminkan atau mentransmisikan cahaya hijau, sehingga
daun tampak hijau. Klorofil-b adalah pigmen tambahan yang membantu menyerap cahaya
yang tidak dapat diserap oleh klorofil-a, seperti cahaya biru dan merah jauh. Klorofil terdapat
dalam kloroplas, organel yang mengandung pigmen dan melakukan fotosintesis. Ini adalah
pigmen utama yang berperan dalam menangkap energi matahari untuk menghasilkan glukosa
dan oksigen ( Elvi, dkk,.2019 )
Karotenoid adalah kelompok pigmen yang memberikan warna oranye, kuning, dan merah
pada daun tumbuhan. Mereka berperan dalam melindungi daun dari kerusakan akibat radiasi
ultraviolet (UV) dan juga membantu dalam proses fotosintesis. Beberapa contoh karotenoid
yang umum adalah beta-karoten (warna oranye) dan xanthophyll (warna kuning). Karotenoid
juga terdapat dalam kloroplas dan berperan sebagai pigmen aksesoris yang mendukung
klorofil dalam menangkap cahaya ( Elvi, dkk,.2019 ).

Antosianin adalah pigmen yang memberikan warna merah, ungu, dan biru pada
beberapa daun dan bagian tumbuhan lainnya, seperti bunga dan buah. Antosianin memiliki
peran dalam menarik hewan penyerbuk untuk membantu penyebaran serbuk sari dan
perkembangbiakan tumbuhan. Selain itu, pigmen ini juga melindungi tumbuhan dari radiasi
UV dan stres lingkungan. Warna antosianin dalam daun bisa muncul terutama pada musim
gugur atau sebagai respons terhadap faktor lingkungan tertentu. Pigmen-pigmen ini bekerja
sama dalam berbagai cara untuk mendukung proses fotosintesis, melindungi tumbuhan, dan
memberikan warna khas pada daun dan bagian tumbuhan lainnya. Pigmen daun ini sangat
penting untuk keberhasilan tumbuhan dalam menyerap energi matahari dan melakukan
proses biokimia yang mendukung kehidupan mereka ( Elvi, dkk,.2019 ).

Pigmen-pigmen dalam tumbuhan memiliki perbedaan yang mencolok dalam berbagai


aspek. Klorofil, pigmen utama, memberikan warna hijau pada daun tumbuhan dan berperan
dalam proses fotosintesis, mengubah energi matahari menjadi glukosa dan oksigen.
Sementara itu, karotenoid memberikan warna oranye, kuning, dan merah pada berbagai
bagian tumbuhan, seperti wortel dan kunyit, dan mendukung klorofil dalam menangkap
cahaya serta melindungi tumbuhan dari kerusakan UV. Antosianin, pigmen lain yang
mencolok, memberikan warna merah, ungu, dan biru pada bunga, buah, dan daun tertentu,
dan berperan dalam menarik hewan penyerbuk serta melindungi tumbuhan dari radiasi UV
dan stres lingkungan. Distribusi pigmen juga berbeda, dengan klorofil terutama terdapat
dalam sel-sel hijau seperti daun, karotenoid tersebar di seluruh tumbuhan, dan antosianin
tidak terbatas pada daun tetapi juga ditemukan di bunga, buah, dan batang. Meskipun
perbedaan ini ada, pigmen-pigmen ini bekerja bersama dalam berbagai cara untuk
mendukung kehidupan tumbuhan dan menjalankan proses biokimia yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan mereka (Adele, 2018 ).

(Anymous, 2008)
Gambar 1.2 Pigmen daun
1.1.2 Prinsip Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada prinsip-
prinsip fundamental kromatografi. Pada dasarnya, kromatografi kertas menggunakan kertas
sebagai fase diam, yang berinteraksi dengan fase gerak atau zat pelarut untuk memisahkan
senyawa-senyawa dalam suatu campuran. Prinsip adsorpsi menjadi kunci dalam pemisahan
ini, di mana senyawa-senyawa memiliki afinitas yang berbeda terhadap kertas. Senyawa yang
lebih kuat berikatan dengan kertas akan bergerak lebih lambat, sedangkan senyawa yang
kurang berikatan akan bergerak lebih cepat melalui kertas. Kapasitas retensi, yaitu
kemampuan kertas untuk menahan senyawa, juga memainkan peran penting dalam proses
ini. Semakin tinggi kapasitas retensi, semakin lama suatu senyawa akan bertahan di dalam
fase diam, mengakibatkan pemisahan yang lebih baik. Distribusi partisi antara fase diam dan
fase gerak memengaruhi sejauh mana suatu senyawa akan bergerak melalui kromatogram.
Ukuran molekul senyawa juga menjadi faktor penting. Senyawa yang lebih kecil cenderung
bergerak lebih cepat, sementara senyawa yang lebih besar dapat terperangkap lebih lama di
dalam fase diam. Seleksi fase gerak, atau zat pelarut, juga mempengaruhi pemisahan.
Perbedaan zat pelarut dapat memberikan tingkat pemisahan yang berbeda tergantung pada
sifat kimia senyawa yang dipisahkan. Proses elusi, yaitu pergerakan fase gerak melalui fase
diam, dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti kromatografi isokinetik atau
kromatografi dua dimensi. Deteksi senyawa setelah pemisahan dapat dilakukan dengan
menerapkan pewarna atau reaksi khusus pada senyawa-senyawa tersebut. Meskipun
kromatografi kertas telah digantikan oleh teknik kromatografi yang lebih canggih, tetapi
masih digunakan dalam aplikasi tertentu seperti dalam analisis senyawa organik dan dalam
konteks penelitian kualitatif ( Rasul, dkk ., 2021 )

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum Topik 7 adalah agar komposisi warna pigmen daun pada
beberapa spesies tumbuhan di kampus UB dengan kromatografi dapat dibandingkan .
BAB II
METODE

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum Deskripsi Morfologi Tumbuhan antara
lain:
1. Koin logam (dengan pinggiran kasar)
2. Kertas saring
3. Botol selai
4. Batang lidi
5. Aseton 100% dan 50%
6. Daun tanaman Cabai Jawa (Piper retrofractum), Bayam Merah (Amaranthus
gangeticus), Rhoeo discolor, Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis

2.2 Langkah Kerja

Daun dari beberapa tumbuhan berbeda dideskripsikan morfologinya pada tabel


pengamatan yang telah disediakan

Kertas saring yang telah dipotong memanjang diberikan pembatas bawah 1-
1,5 cm dari tepi bawah dan diberikan pembatas atas sejajar dengan leher botol
selai

Kertas saring diletakkan di atas meja. Sampel daun diletakkan di salah satu sisi
pendek kertas saring kemudian digores dengan koin sampai terbentuk garis
warna (sesuai warna daun) pada kertas saring. Proses ini diulang 2-3 kali pada
bagian lain daun hingga garis warna di kertas saring semakin tebal (Gambar 6A)

Pada sisi pendek yang lain kertas saring direkatkan pada batang lidi lalu Botol
selai yang bersih diisi larutan aceton setinggi  0,5 cm

Kertas saring dimasukkan ke dalam botol selai dengan posisi garis pigmen berada
dekat dengan larutan aceton (Gambar 6B). Hindari bagian goresan daun tercelup
dalam larutan
aseton secara langsung!

Proses elusi dibiarkan berlangsung sampai beberapa komposisi warna muncul


terpisah di kertas saring (Gambar 7)

Komposisi warna yang muncul ditulis sesuai urutan dari bawah (sumber larutan
eluen) ke atas .Kemudaian Data hasil pemisahan pigmen dapat didokumentasikan
dengan kamera digital
DAFTAR PUSTAKA

Adela M. Sánchez-Moreiras, Manuel J. (2018). Reigosa. Advances in Plant

Ecophysiology Techniques. Jerman: Springer International Publishing

Adragna, A. (2020). How To Grow Chili Peppers In Pots: (Make Your Hottest

Dreams Come True!). Italia: Babelcube Incorporated..

Allott, A., Mindorff, D. (2023). Oxford Resources for IB DP Biology: Course Book
Ebook. United Kingdom: OUP Oxford.
Annamalai Manickavasagan, Dawn C. P. Ambrose, Ravindra Naik. Leafy Medicinal
Herbs:
Botany, Chemistry, Postharvest Technology and Uses. (2016). Britania Raya: CABI.
Aryulina, Diah. (2023) BIOLOGI : - Jilid 3. (n.d.). (n.p.): Esis.
Azhar Rasul, Chukwuebuka Egbuna, Jonathan C. Ifemeje, Kingsley C. Patrick-Iwuanyanwu,
Muhammad Ajmal Shah. Analytical Techniques in Biosciences: From Basics to
Applications. (2021). Belanda: Elsevier Science.
Elvi Anis Saati, Moch. Wachid, Moh. Nurhakim, Sri Winarsih, Muh. Luthfi Abd. Rohman
Pigmen Sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami Identifikasi Pigmen Bunga,
Pembuatan Produknya serta Penggunaannya (n.p.): UMMPress
Wahyuni, putri, Morfologi Tumbuhan. (2022). (n.p.): Get Press.
LAMPIRAN

(Adragna, A, 2020).
(Crang .dkk, 2018 )
(Annamalai Manickavasagan,dkk, 2016)
( Elvi, dkk,.2019 )
( Wahyuni, 2022 ).

Anda mungkin juga menyukai