“STRUKTUR DAUN”
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Nama anggota:
1. Annisa Safira Herman P (A1D020062)
2. Mutiara Dwi Yolanda Medi (A1D020063)
3. Khoirunisa Ramadhani (A1D020064)
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Struktur Daun”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Tumbuhan. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta menambah pengetahuan
kita tentangStruktur Daun beserta fungsinya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami berharap adanya saran dan kritikan yang
membangun demi perbaikan makalah ini untuk masa yang akan datang. Disini kami berterima
kasih kepada Ibu Yennita selaku dosen mata kuliah Anatomi Tumbuhan yang telah meluangkan
waktu untuk mengajarkan kami tentang taksonomi tumbuhan.
Demikianlah kata pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat berguna dan dapat
dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata -
kata di dalam makalah ini. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam semesta. Selain itu
tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki daun, batang, dan akar sehingga mampu
menghasilkan makanan sendiri dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses
fotosintesis.
Daun merupakan bagian tumbuhan yang tumbuh dari batang. Daun adalah bagian
tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting sebagai alat bernapas dan mengolah zat
makanan. Pada umumnya daun berbentuk tipis, lebar dan berwarna hijau. Warna hijau
disebabkan warna klorofil.
Daun adalah bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting sebagai alat
bernapas dan mengolah zat makanan, selain itu daun merupakan tempat terjadinya proses
fotosintesis. Terjadinya fotosintesis dan mengolah zat makanan, daun memiliki struktur atau
jaringan-jaringan didalamnya. Jaringan-jaringan tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya
masing-masing.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penegertian dan bagian-bagian daun.
2. Untuk mengetahui jaringan epidermis.
3. Untuk mengetahui jaringanmesofil.
4. Untuk mengetahui jaringan penyokong
5. Untuk mengetahui jaringan pengangkut
6. Untuk mengetahui perubahan struktur daun
7. Untuk mengetahui fungsi struktur daun bagi tanaman
BAB II
PEMBAHASAN
B. Jaringan Epidermis
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ
reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti jaringan
meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan pengangkut.
Epidermis merupakan lapisan selsel paling luar dan menutupi permukaan daun,
bunga, buah, biji, batang dan akar. Epidermis terbagi menjadi 2 yaitu epidermis atas dan
epidermis bawah. Sel epidermis atas umumnya memiliki ukuran lebih kecil, rapat dan
berbentuk polygonal, sel epidermis bawah berukuran lebih besar dan sisinya berlekuk.
Pada tanaman darat terdapat modifikasi pada sel epidermis berupa stomata yang banyak
ditemukan pada bagian bawah (abaksial) daun. Berdasarkan ontogeninya, epidermis
berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm. Berdasarkan fungsinya, epidermis
dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti stomata dan trikomata Stomata
biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di
daun, batang dan rizoma. Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi
ada beberapa spesies tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun.
Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, misalnya
pada bunga lili air. Bentuk atau tipe stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik, anisositik,
parasitik dan diasitik.
Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis tidaklah sama atau
berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan bentuk atau tipe stomata.
Walaupun berbeda epidermisnya, semua epidermis tersusun rapat satu sama lain dan
membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Jika terdapat ruang antar sel, misalnya
epidermis mahkota bunga, ruang itu ditutupi oleh kutikula (Rompas, 2011).
Ukuran sel epidermis sangat mempengaruhi jumlah stomata pada suatu luas
bidang pandang, jika ukuraran sel epidermisnya kecil maka jumlah sel epidermisnya lebih
banyak di bandingkan dengan spesies yang memiliki ukuran epidermis yang lebih besar
maka jumlah sel epidermisnya lebih sedikit.
Karakteristik jaringan epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel yang masih
hidup dan terletak pada permukaan luar organ tumbuhan. Bentuk selnya pun beragam dan
susunannya rapat, sehingga tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Epidermis pada
permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang disebut kutikula,
misalnya daun nangka. Sementara itu, pada daun pisang dan daun keladi, epidermisnya
membentuk lapisan lilin yang kedap air.
1. Ciri-ciri Jaringan Epidermis
Berikut adalah ciri-ciri jaringan epidermis tumbuhan, dikutip dari Modul
Pembelajaran Biologi Kemdikbud:
a. Sel-selnya tersusun rapat satu sama lain, tidak terdapat ruang antar sel.
b. Dinding selnya memiliki ketebalan yang berbeda-beda.
c. Pada organ tertentu, dinding sel bagian luar mengalami penebalan, seperti pada
lapisan kutikula daun dan batang.
d. Umumnya tidak memiliki kloroplas, sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis.
Namun, sel-sel epidermis yang telah bermodifikasi seperti tumbuhan air atau
tumbuhan yang hidup di tempat lembab telah memiliki kloroplas.
e. Bentuk selnya bervariasi, seperti bentuk heksagonal pada daun Aloe, cristata,
bentuk tubuler pada daun dikotil, dan bentuk memanjang pada daun monokotil.
f. Sel-selnya memiliki banyak vakuola dan protoplas yang dapat menyimpan
berbagai hasil metabolisme.
2. Fungsi Jaringan Epidermis
Secara umum Jaringan epidermis berfungsi melindungi jaringan dari lingkungan
luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas pada daun dan bagian permukaan
luarnya dilapisi oleh kutikula (Oktarin, 2017).
Berikut ini adalah fungsi jaringan epidermis pada tumbuhan:
a. Sebagai pelindung tubuh tumbuhan dari gangguan mekanik, patogen, atau
kehilangan air dan nutrisi lainnya.
b. Sebagai sekresi getah. Pada beberapa tumbuhan insektivora, yaitu tumbuhan
pemakan serangga. Misalnya, kantong semar.
c. Membatasi penguapan pada tumbuhan. Fungsi ini dilakukan oleh stomata dan
trikomata yang menjadi salah satu bagian dari jaringan epidermis.
d. Sebagai penyimpan cadangan air. Sel-sel pada jaringan epidermis memiliki
protoplasma yang pipih dan besar sebagai tempat penyimpanan cadangan air bagi
tumbuhan.
e. Berperan dalam penyerapan air dan hara. Fungsi ini dilakukan oleh sel-sel
epidermis akar, yang sudah bermodifikasi menjadi bulu akar.
f. epidermis bawah pada daun berfungsi untuk melindungi jaringan daun di atasnya
misalnya jaringan spons atau bunga karang.
g. Sebagai tempat difusi oksigen dan karbondioksida. Fungsi ini dilakukan oleh sel-
sel epidermis daun yang sudah bermodifikasi menjadi stomata.
C. MESOFIL
1. Pengertian mesofil
Mesofil adalah bagian utama dari helaian daun. Ketebalan mesofil sangat
dipengaruhi oleh lingkungan seperti faktor ketersediaan air. Perubahan ketebalan pada
mesofil akan sangat berpengaruh pada menurunnya laju fotosintesis dan ketebalan daun
(Anggraini et al., 2015). Mesofil merupakan jaringan yang terletak di antara epidermis
atas dan epidermis bawah. Mesofil memiliki dinding tipis dengan jaringan yang tersusun
atas jaringan parenkim yang terisi atas kloroplas pada sel-selnya. Pada umumnya mesofil
berdeferensiasi menjadi jaringan parenkim palisade dan parenkim sponsa (buku).
1. Sebagai jaringan dimana yang berfungsi sebagai tempat jaringan palisade atau
jaringan tiang yang terdapat pada daun
2. Sebagai jaringan dimana berfungsi sebagai tempat jaringan spons atau jaringan bunga
karang yang terdapat pada daun
3. Sebagai jaringan dimana berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis sebagai
langkah untuk mendapatkan makanan pada daun tersebut.
4. Sebagai jaringan dimana berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara atas hasil
fotosintesis serta gas maupun mineral pada daun.
3. Struktur penyusun
Sel – sel yang berada pada daun biasanya akan berdifferensialisasi menjadi
jaringan dewasa dimana yang menyusun daun. Tidak jauh berbeda terhadap organ yang
lainnya, jaringan penyusun daun pun seperti itu. Hanya saja terdapat beberapa modifikasi
bentuk serta struktur yang disesuaikan dengan fungsi atas daun itu sendiri. Ruang antarsel
pada mesofil ini dibentuk secara sizogen, tetapi terkadang d dapat juga seperti lisigen.
Berdasarkan sizogen, artinya terjadi pada saat dinding primer dibentuk diantara dua sel
anak yang baru. Lamella tengah diantara kedua dinding baru yang berhubungan hanya
dengan dinding primer / sel induk serta tidak menyentuh lamella tengah dengan dinding
primer / sel induk. Pada bagian sel induk dimana berhadapan dengan ruang kecil tersebut
menjadi rusak, sehingga terbentuk ruang antar sel dimana serupa pada sel di sebelahnya.
Adapun ruang antara sel – sel ini dilapisi oleh senyawa dimana berasal dari lamella
tengah itu sendiri.
D. JARINGAN PENYOKONG
Macam-Macam Jaringan Penguat Berdasarkan Bentuk dan Sifatnya adalah sebagai
berikut :
Jaringan penguat pada tumbuhan merupakan jaringan yang memberi kekuatan
bagi tumbuhan. Jaringan tersebut berfungsi untuk memberi kekuatan dan melindungi
secara mekanik jaringan-jaringan di sekitarnya.Jaringan penguat tumbuhan dibagi atas
dua berdasarkan sifat dan bentuknya yaitu jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
1. Jaringan Kolenkim
Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak tahap
yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar.
Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding
tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang
tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa. Kolenkim
bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversible (tidak kembali ke bentuk
semula) dengan adanya pertumbuhan organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat,
tetapi lebih mudah rusak daripada kolenkim muda. Ada hubungan fisiologi dan morfologi
antara kolenkim dan parenkim. Pada tempat kedua jaringan tersebut berdampingan
terdapat bentuk peralihan antara tipe kolenkim dan parenkim (Sri Mulyani, 2006)
Kolenkim seperti halnya parenkim dapat berisi kloroplas. Kolenkim yang mirip dengan
parenkim berisi banyak kloroplas, sedangkan kolenkim khusus yang terdiri atas sel yang
sempit memanjang, hanya sedikit atau tidak mengandung kloroplas sama sekali. Sel
kolenkim dapat juga berisi tannin (Sri Mulyani, 2006). Pada irisan melintang kolenkim
segar, dinding selnya tampak seperti nacre. Dinding kolenkim tumbuhan yang terkena
angin lebih tebal. Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah besar pectin dan
hemiselulosa, tetapi tidak mengandung lignin. Senyawa pektinnya bersifat hidrofil
sehingga dinding kolenkim banyak mengandung air. Dinding kolenkim yang menebal
sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian selnya menjadi meristematis lagi dan mulai
membelah. Hal ini terdapat pada jaringan kolenkim yang membentuk felogen. Noktah
primer sering kali terdapat dalam dinding kolenkim(Sri Mulyani, 2006).
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Ada yang berbentuk prisma pendek,
mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim
yang terpanjang di jumpai di daerah pusat untaian kolenkim, dan yang terpendek di
daerah tepi. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim di bentuk oleh
serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian; setelah pembelahan,
sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena yang pertama
kali dibentuk dan meningkat sampai panjang maksimum. Selama perkembangan untaian
kolenkim ini juga terjadi pembelahan mendatar (horizontal)(Sri Mulyani, 2006). Menurut
tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai
berikut:
a. Kolenkim sudut (angular kolenkim).
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang
melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau
lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita,
Morus, Beta dan pada batang Solanumtuberosum dan Atropa belladonna.
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim
lamela terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan tangkai
Cochlearia armoracia.
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan
dengan ruang antarsel. Kolenkim lacuna terdapat pada tangkai beberapa spesies
Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea dan Asclepias.
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang
lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890)
menyebutkan knorpel-collenchyma. Pengamatan terhadap kolenkim cincin dewasa
tampak adanya penebalan dinding sel secara terus- menerus sehingga lumen sel akan
kehilangan bentuk sudutnya.
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang-seling, kaya selulosa dengan
sedikit pektin dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pektin. Pada bahan segar,
air dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa
dalam petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pektin, 35% hemiselulosa dan 20%
selulosa. Dinding sel kolenkim Petasites ini terdiri atas 7-20 lamela yang
bergantian/berseling antara lamela yang mengandung banyak selulosa dan lamela yang
mengandung sedikit selulosa. Semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak
(Sri Mulyani, 2006). Menurut Czaja (1961), lamela melintang pada penebalan dinding
kolenkim pada kebanyakan tumbuhan dapat dideteksi dengan alat mikroskop cahaya
terpolarisasi. Chafe (1970) telah mengamati bahwa orientasi mikroserabut selulosa dalam
lamela yang berurutan bergantuan melintang dan membujur. Selama perkembangan
penebalan dinding, terjadi penambahan lapisan mikroserabut mengelilingi seluruh sel
sehingga memperluas keliling sel.
2. Jaringan sklerenkim
Sklerenkim adalah sel dengan dinding sekunder tebal yang mengandung lignin
atau tidak. Tidak seperti kolenkim yang bersifat plastis, sklerenkim bersifat elastis.Sel
sklerenkim beragam dalam hal bentuk, struktur, asal usul, dan perkembangannya. Banyak
bentuk peralihan terdapat di antara sel sehingga sukar untuk mengelompokkan tipe
sklerenkim. Sklerenkim dibedakan menjadi dua, yaitu serabut dan sklereida (sel batu).
Kedua jenis sel ini tidak dapat dipisahkan secara jelas, tetapi biasanya serabut selnya
sangat panjang dibandingkan dengan lebarnya. Sementara, sklereida beragam bentuknya,
ada yang isodiametrik, memanjang, dan sering kali bercabang. Sel sklerenkim dewasa ada
yang mempunyai protoplas, ada yang tidak. Keragaman ini yang menyulitkan untuk
membedakan antara sel sklerenkim dan parenkim yang mengalami sklerifikasi (Sri
Mulyani, 2006).
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan mekanik yang hanya terdapat pada organ
tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan atau organ
tumbuhan yang telah tetap. Sklerenkim berfungsi untuk menghadapi segala tekanan
sehingga dapat melindungi jaringan-jaringan yang lebih lemah, melindungi tubuh
tumbuhan dari kerusakan mekanik, melindungi tumbuhan dari serangan hewan, dan
sebagai alat penyokong dan pelindung tumbuhan. Sklerenkim tidak mengandung
protoplas, sehingga sel-selnya telah mati. Dinding selnya tebal karena berlangsung
penebalan sekunder sebelumnya yang terdiri atas zat lignin. Jaringan sklerenkim terdiri
atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid (sel-sel batu). Serabut bisa dibedakan
dari sklereida berdasarkan asal-usul unsur tersebut. Sklereida berkembang dari sel
parenkim, kemudian dindingnya menebal sekunder, sedangkan serabut berkembang dari
sel meristem.
a. Serabut
Serabut terdapat pada bagian yang berbeda dari tubuh tumbuhan, yang mungkin
terdapat sebagai idioblas (pada daun Cycas), tetapi lebih sering berbentuk pita atau
silinder kosong yang tidak terputus. Serabut biasanya ditemukan dalam jaringan
pembuluh, tetapi juga berkembang baik pada jaringan dasar. Menurut tempatnya
dalam tubuh tumbuhan, serabut dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu
serabut xilem dan ekstraxilem(Sri Mulyani, 2006). Serabut xilem merupakan
bagian terpadu dari xilem dan berkembang dari jaringan meristem yang sama
seperti pada unsur xilem lain. Serabut ini bentuknya sangat beragam. Berdasarkan
ketebalan dinding, tipe, maupun jumlah noktah, serabut xilem dibedakan menjadi
serabut berserat (libriform; liber: kulit dalam) dan trakeida. Serabut berserat mirip
serabut floem dan biasanya lebih panjang daripada trakeida. Serabut ini
mempunyai ketebalan dinding yang sangat ekstrem dan noktah biasa. Trakeida
serabut merupakan bentuk peralihan antara trakeida dan serabut berserat.
Ketebalan dindingnya sedang, tidak setebal serabut berserat tetapi lebih
tebal daripada trakeida. Pada trakeida terdapat noktah berhalaman, tetapi ruang
noktahnya lebih kecil daripada trakeida. Pada trakieda serabut, dan sering kali juga
pada serabut berserat, saluran noktah memanjang dan celah noktah bagian dalam
seperti terbelah akibat dari penebalan dinding. Serabut trakeida mempunyai celah
noktah yang panjangnya melebihi diameter ruang noktah, dan celah noktah bagian
dalam berasal dari pasangan noktah yang tegak lurus satu sama lain(Sri Mulyani,
2006). Tipe serabut lain yang terdapat dalam xilem sekunder Dikotil adalah
serabut bergelatin dan serabut berlendir. Serabut merupakan lapisan paling dalam
dinding sekunder, banyak berisi alpha selulosa dan sedikit lignin. Lapisan ini
disebut lapisan-G, menyerap banyak air dan dapat membengkak sehingga mengisi
seluruh lumen serabut. Dalam keadaan kering, lapisan ini mengerut secara tak
berbalik. Lapisan-G relatif berpori dan kurang padat dibandingkan lapisan di
luarnya. Serabut bergelatin khas untuk kayu keras.
b. Sklereida
1)Selnya mati.
2)Dindingnya berlignin (zat kayu) dan mengandung selulosa dinding sel. Sehingga sel-
selnya menjadi kuat dan keras. Penebalan lignin terletak pada dinding sel primer dan
sekunder dan dinding menjadi sangat tebal.
3)Umumnya terdapat pada batang dan tulang daun.
4)Jaringan sklerenkim tersusun dari sel-sel dengan dinding yang keras.
5)Hanya ada sedikit ruang untuk protoplas yang nantinya hilang jika sel dewasa.
6)Sel-sel yang terdiri dari jaringan sklerenkim mungkin terbagi menjadi 2 tipe: serat
(fibre) atau sklereid.
7)Serat atau fibre biasanya memanjang dengan dinding berujung meruncing pada
penampang membujur (longitudinal section; L.S.).
8)Terdapat pada bagian keras buah dan biji. Bagian bergerigi pada buah pir disebabkan
oleh sel-sel batu (stone cell, sklereid).
Tersusun atas serabut kolagen putih & elastin, yg liat & kuat; matriks rapat/padat, ex:
tendon, ligamen, fasia.
Tersusun banyak macam sel: fibroblas/fibrosit, sel plasma, makrofag, sel darah putih,
serabut kolagen & elastin; matriks longgar. ex: diantara & di sekitar organ, pembuluh
darah, dibawah kulit.
c. jaringan lemak/adipose
Bentuk longgar, tersusun dr sel2 lemak yg berdinding tipis & di dalamnya tdpt
rongga yg penuh tetes lemak. ex: dibawah kulit, sekitar ginjal, bantalan persendian, &
dlm sumsum tulang panjang.
d. Jaringan tulang
f. Jaringan darah
g. jaringan limfe
Komponen: limfosit, granulosit; berada dlm cairan limfe (t’diri air, glukosa, lemak &
garam). Beredar dlm pembuluh limfe,& dpt keluar dr pembuluh limfe membasahi
rongga2 jaringan antar sel. Fungsi: mengangkut lemak, protein & cairan jaringan.
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Anu, O. (2017). Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae .
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE, 70.
Anggraini, N, Eny, F & Sapto, I. (2015). ‘Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Perilaku Fisiologi dan
Pertumbuhan Bibit Black Lotust (Robinia pseudoacacia), Jurnal Ilmu Kehutanan’, vol. 9, no. 1, hal.
40-56
Rompas, Y. (2011). Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae.
JURNAL BIOSLOGOS, 13-14.
Sabandar, A. (2021). Struktur Sel Epidermis Dan Stomata Aegiceras corniculatum D dan Rhizophora
apiculata pada Muara Sungai Desa Poka dan Desa Leahari . Jurnal Biology Science & Education
2021 , 5.
Septiana, Bella. (2018). Struktur Anatomi Tumbuhan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi.