Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

“ DAUN KEMBANG SEPATU”

( Hibiscus rosa-sinensis)

KELOMPOK :

1. CHERLY ISTIHARA (06091281722030)


2. KHAIRAN ADILLA (06091281722021)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. ERMAYANTI,S.Pd.,M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
I. JUDUL
Pembuatan preparat daun dengan jaringan tumbuhan kembang sepatu
( Hibiscus rosa-sinensis )

II. TUJUAN :
1. Mengamati dan memahami struktur dan bagian bagian sel dari epidermis pada
daun kembang sepatu
2. Membuat preparat bagian epidermis atas,epidermis bawah dan transversal pada
daun kembang sepatu

III. DASAR TEORI

Sel adalah kumpulan materi paling s ederhana yang dapat hidup atau
merupakan unit terkecil penyusun semua makhluk hidup. Tubuh makhluk hidup
bersel banyak memiliki bentuk dan susunan sel yang beraneka ragam. Sel-sel itu
berkelompok membentuk massa dengan berbagai spesialisasi lapisan sel yang
berbeda. Pada makhluk hidup yang tubuhnya hanya terdiri dari satu sel segala fungsi
kehidupannya dilakukan oleh sel tersebut.
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut dengan membran plasma
( membran sel ). Sementara daerah dalam disebut dengan sitoplasma . didalam
sitoplasma terdapat organel sel dan inti sel ( Nukleus ). Setiap organisme tersusun atas
satu dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel
tumbuhan dibatasi oleh dinding sel yang didalamnya terdapat tempat berlangsungnya
reaksi kimia yang diperlukan untuk kehidupan sel. Pengamatan tentang sel hanya
dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara
mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan
dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode
paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling
umum digunakan untuk pembuatan preparat permanent, baik pada tumbuhan ataupun
pada hewan.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan ini untuk membuat dan
mengamati preparat melintang dari tumbuhan dengan menggunakan metode irisan.
Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh tingkat
pertumbuhannya yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan. Jaringan
tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu hal penting yaitu bahwa setiap
sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang terutama terdiri dari selulosa.
Membran tersebut berasal dari sel sedangkan membran sitoplasma yang asli yaitu
dengan membran pada sel hewan berasa sedikit di sebelah dalam.
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan
dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini
dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada
dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu spesimen
mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari struktur yang
ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi
dengan kaca penutup yang direkatkan di atas specimen
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan
waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap
pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin
warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat
permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi,
penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif
yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan.

Tahapan metode paraffin

Pembuatan preparat jaringan tumbuhan yang dilakukan dengan metode parafin


melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)

Diseksi merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari


sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai
bahan dasar dalam mikroteknik.

.
2. Fiksasi (Fixation)
Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran.. media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif.
Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas
yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan dapat mempertahankan struktur
jaringan.
Tujuan dilakukan fiksasi dalam pembuatan preparat dengan menggunakan
metode paraffin adalah:
1. mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme)jaringan dengan cepat,
sedangkan keadaan sedikit banyaknya mendekati keadaan semula.
2. mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
mikroorganisme ataupun kerusakan oleh jenis enzim yang terkandung oleh
jaringan itu sendiri, yang dikenal dengan autoloisis.
3. Meningkatkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras (mordant)
yang merupakan komponen jaringna fiksatif.

3. Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk
mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses dehidrasi
merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam larutan
dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan
mengurai konsentrasi air.

Dalam penggunaan alcohol dipakai serial dengan konsentrasi yang berbeda,


dimulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi (35%-50%-70%-80%-95%-
100%). Lama perendaman tergantung untuk masing-masing konsetrasi berkisar 1-6
jam. Alcohol 70% sebagai stoping point, jaringan di malamkan.

Proses dehidrasi dalam berbagai konsentrasi alcohol dilakukan setingkat demi


setingkat. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan secara
tiba-tiba dalam terhadap sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang terjadi
sekecil mungkin. Apabila proses dehidrasi ini tidak sempurna berarti masih ada
molekul air dari dalam jaringan. Ketidaksempurnaan proses dehidrasi ini dapat
diketahui dengan jelas setelah jaringan dimasukan ke dalam zat penjernih, dimana
jaringan tidak menjadi transparan walaupun jaringan telah lama dalam larutan
penjernih. Jika terjadi hal yang demikian, maka jaringan harus dikembalikan ke
dehidran.

4. Penjernihan (Clearing)

Clearing merupakan proses harus segera dilakukan setelah dehidrasi. Tujuan


dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat alcohol sementara dalam jaringan
yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium penjernih
sebelum proses penanaman dalam paraffin. Medium penjernih ini akan
menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar kemudian dapat terwarnai
dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya.

5. Infiltrasi (Infiltration)

Infiltrasi adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman (embedding


media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan
bahan penjernih (clearing agents). Media penanaman yang digunakan dalam
infiltrasi ini adalah paraffin. Proses infiltrasi ini umumnya dilakukan di dalam oven
yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh jenis paraffin yang digunakan. Pada
jaringan hewan bisa langsung digunakan paraffin keras dengan titik leleh 56-58C.

Dalam proses infiltrasi sebaiknya jaringan jangsn langsung dimasukan ke


dalam paraffin murni, tetapi sebelum paraffin murni jaringan dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam campuran bahan penjernih dan paraffin murni dengan
perbandingkan yang sama. Waktu yang diperlukan jaringan campuran ini terlalu
lama cukup berkisar antara 10-30 menit saja tergantung besar kecilnya jaringan.
Tujuan dari semua ini adalah untuk menghindari jaringan dsri prubshsn lingkungsn
yang sangat mendadak. Perubahan-perubahan yang mendadak ini dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan itu sendiri, seperti jaringan menjadi sangat
mengkerut,dll.

6. Penanaman (Embedding)

Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau penanaman


jaringan ke dalam balok-balik paraffin (cetakan) sehingga memudahkan proses
penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
membuat balok paraffin yang berisi jaringan yang akan dibuat preparat permanen.

7. Penyayatan (Sectioning)
Proses penyayatan adalah pembuatan sayatan atau pita dari balok parafin yang
telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan untuk membuat
sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam mikroskop. Pembuatan irisan
dengan metode parafin memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah yaitu
proses embedding lebih cepat dan lebih simpel, material embedding dapat
disimpan dalam waktu yang lama pada kondisi kering, serta dapat membuat irisan
yang tipis. Embedding menggunakan paraffin sangat baik digunakan untuk studi
embriologi, anatomi dan sitologi.

8. Penempelan dan Afiksasi (Afixing)


Affixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan pada kaca
objek dengan bantuan media pelekat tertentu. Tujuan penempelan ini adalah untuk
menempelkan pita paraffin yang sudah berisi sayatan jaringan pada kaca objek.

9. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)


Deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses pewarnaan dengan
menggunakan xilol untuk membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek.
Pengerjaan deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan.
Tujuan dari tahap ini untuk membersihkan jaringan dan kaca objek dari paraffin.
Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk mempertajam atau
memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-seknya, sehingga dapat
dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.tanpa pewarnaan, jaringan akan
transparan sehingga sulit untuk diamati. Pewarnaan akan memperjelas rinci suatu
jaringan sehinnga mudah untuk dipelajari`
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca objek
3. Kaca penutup
4. Pipet tetes
5. Jarum penusuk
6. Silet
7. Tisu
8. Cutter
9. Cawan petri
10. Pinset
11. Gelas ukur

Bahan :

1. Daun kembang sepatu


2. Larutan FAA
3. Safranin
4. Gliserin
5. Alkohol 95 %
6. Xylol
7. Aquades
8. Larutan HNO3
9. Byclin

V. LANGKAH KERJA

1. Menyediakan semua alat-alat yang akan digunakan di laboratorium dan membuat


larutan-larutan yang diperlukan
2. Sayat sebanyak mungkin daun kembang sepatu bagian epidermis atas, epidermis
bawah dan transversal
3. Fiksasi FAA selama 24 jam, fiksasi ini bertujuan untuk mengawetkan semua
struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir
sama dengan pada waktu masih hidup.
4. Beri larutan Safranin, dan diamkan selama kurang lebih 2 jam.
5. Bilas dengan aquades hingga warna larutan menjadi bening.
6. Tambahkan larutan Gliserin, lalu diamkan selama 24 jam.
7. Bilas kembali dengan akuades, lalu tambahkan alkohol dan diamkan selama 30
menit.
8. Bilas kembali dengan akuades, lalu tambahkan alkohol berseri dan xylol setiap
10 menit sekali.
9. Amati di bawah mikroskop, lalu pilih yang terbaik untuk dibuat menjadi
preparat.
10. Sayatan yang sudah dipilih yang paling bagus, lalu dilakukan entelan untuk
menjadi preparat.
Langkah kerja menggunakan larutan HNO3 :
1. Potong daun bagian epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk persegi
sekitar 4cm.
2. Siapkan larutan Asam Kuat HNO3, lalu rendam potongan daun menggunka
cawan petri.
3. Diamkan hingga potongan daun berubah menjadi warna kecoklatan dan sel
mulai kelihatan.
4. Angkat daun menggunkan pinset, lalu celupkan di dalam larutan aquades.
5. Setelah itu, bilas dengan larutan byclin.
6. Angkat potongan daun secara hati-hati dan dikelupaskan dengan perlahan hinga
jaringan terlihat.
7. Amati dibawah mikroskop, jika sudah terlihat jaringan yang bagus rendam di
larutan safranin selama kurang dari 2 jam.
8. Lalu, rendam di larutan gliserin, dan amat kembali di bawah mikroskop.
9. Jika hasil sudah bagus, potongan tersebut dapat di entelan untuk menjadi
preparat

VI. HASIL PENGAMATAN

Gambar 1. Daun kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis )


Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Divisi : Magnoliophyta

Famili : Malvaceae

Ordo : Malvales

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa sinensis L

No Gambar Keterangan

1 Sayatan daun bagian


Epidermis atas Hibiscus
rosa-sinensis perbesaran
400x

2 Sayatan daun bagian


Epidermis bawah Hibiscus
rosa-sinensis perbesaran
400x

3 Sayatan daun bagian


Transversal Hibiscus rosa-
sinensis perbesaran 100x

VII. PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan guna untuk membuat dan mengetahui proses pembuatan
preparat daun Hibiscus rosa-sinensis . Daun Hibiscus rosa-sinensis pertama-tama
diiris permukaan bawahnya dengan silet maupun cutter.
Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi dengan merendamnya dengan larutan
FAA selama 1 x 24 jam. Fiksasi pada tahapan ini bertujuan untuk mengawetkan
semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir
sama dengan pada waktu masih hidup.
Tahapan selanjutnya yaitu meletakkan preparat pada gelas objek dan menetesinya
dengan aquades, lalu diamati dibawah mikroskop. Tampak preparat di bawah
mikroskop berwarna masih transparan.Setelah itu lakukan perlakuan yang sama pada
daun yang telah disayat tersebut dengan dimasukan ke dalam tabung kemudian
dicampurkan dengan larutan safranin selama kurang lebih 2 jam guna untuk memberi
warna pada saatan tersebut.lalu kemudian dicuci dengan aquadest sampai bening dan
tambahkan gliserin selama 24jam dan tambahkan perlakuan alkohol 70 %, 80%,
90% dan absolute dan xylol. bertujuan untuk menghilangkan air dari dalam sel
sehingga jaringan hanya berisi alkohol absolute. Dealkoholisasi menggunakan alkohol
dan xylol dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1 bertujuan untuk menghilangkan
alkohol dari dalam sel penyusun jaringan dan jaringan yang bersangkutan hanya berisi
xylol murni. Selain itu proses dealkoholisasi atau clearing bertujuan untuk membuat
jaringan jernih dan transparan.
Berbeda de56ngan preparat yang menggunakan larutan HNO3 pada tahap ini
sayatan daun dipotong dengan ukuran 4cm berbentuk persegi lalu didiamkan dengan
larutan HNO3 di cawan petri sampai daun bewarna coklat dan sampai daun benar-
benar terlihat jaringannya lalu dibilas dengan byclin
Kemudian ambil preparat yang paling bagus dan amati dibawah mikroskop
dengan pembesaran 400x. Terlihat kalau preparat menjadi berwarna kemerahan
karena cairan sel-selnya sudah diwarnai dengan safranin Lalu preparat yang sudah
diwarnai diberikan label nama disudut kaca preparat

VIII. KESIMPULAN

Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan


waktu pada tahap-taha;.Lp pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu
tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan
mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan
preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi,
penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif
yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan 

IX. SARAN
1. Pada saat melakukan penyayatan jaringan, sebaiknya dilakukan setipis mungkin
dengan silet steril agar tidak merusak jaringan dan agar sel-sel terlihat dengan
jelas di mikroskop.

2. Setelah selesai mengawetkan preparat, olesi sekeliling cover glass dengan lem
atau vaselin agar jaringan tidak rusak.

3. Pada saat praktikum lebih teliti dan konsentrasi serta berhati- hati terhadap
larutan yang digunakan.

4. Sebaiknya menggunakan kamera yang beresolusi sedang hingga tinggi untuk


mengambil gambar preparat agar hasil foto lebih jelas.
X. DAFTAR PUSTAKA

Alfiandri, F., 2013. Mikroteknik Tumbuhan. http://mukegile08.wordpress.com,


diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Alyas, A., 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode


Parafin.http://asli.tumblr.com, diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan

Damayanti, L., 2014. Mikroteknik Parafin. http://lindabios.wordpress.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Muarib, M., 2012. Laporan Praktikum Batang. http://muaribmunif.blogspot.com,


diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Syahrir, N.A., 2013. Laporan Praktikum Mikroteknik


Tumbuhan.http://arafah.sribd.com, diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Tianaizta, A., 2013. Preparat Tumbuhan. http://Tiabiologika.blogspot.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan. 

Anda mungkin juga menyukai