Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PERCOBAAN I

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

NAMA : MUHAMMAD ABDUL

NIM : H411 14 510

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN : SARTIKA SARI

HARI/TANGGAL : JUMAT/26FEBRUARI 2016

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meneliti suatu organisme, baik dari tingkatan sel, jaringan, organ dan

sebagainya memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut.

Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat

dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode tersebut yang paling

umum adalah mikroteknik.

Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode yang

digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel

hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode

smear ataupun embedding dan seringkali pula dengan metodewhole mount.

Sedangkan sel tumbuhan kebanyakandibuat dengan menggunakan metode yang

lebih ringan daripada sel hewan karenastruktur sel hewan dan sel tumbuhan yang

berbeda. Metode yang paling umumdigunakan untuk melihat jaringan dan sel

tumbuhan adalah metode parafin denganbahan utamanya adalah blok parafin

(Sedjo, 2004).

Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan

adalah metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat

permanen dengan menggunakan para fin sebagai media embedding dengan tebal

irisan kurang lebih mencapai 6 m-8 m. Alat yang digunakan untuk dapat

mencapai hasil irisan 6 m-8 m adalah mikrotom Untuk mengamati dan melihat

preparat secara melintang dari akar jagung Zea mays dengan menggunakan

metode parafin, maka dilakukanlah percobaan ini.


I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengamati dan melihat

preparat secara melintang dari akar jagung Zea mays dengan menggunakan

metode parafin.

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum

Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 14:00-

18:00 WITA di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan

melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan

preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini

dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak.

Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan

mikrotom sebagai alat pemotongnya. Dilakukan infiltrasi agar parafin yang masuk

berfungsi sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu

diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair,

dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan

mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada

umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan

jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah

diwarnai lalu dimounting, dan diberi label nama (Nugroho, 2006).

Gambar 1.MikrotomPutar. Sumber: www.aliexpress.com


Metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau

standar. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan

dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metode ini. Kebaikan-kebaikan

jaringan ini adalah irisan menjadi lebih tipis dibandingkan metode beku atau

metode seloidin. Dengan menggunakan metode beku, tebal irisan rata-rata diatas

10 mikron, tetapi dengan metode parafin irisan dapat mencapai tebal 6 mikron.

Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, bila menggunakan

metode ini. Prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin,

kejelekannya adalah jaringan menjadi keras, mengkerut dan mudah patah.

Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan bila menggunakan metode ini.

Sebagian enzim-enzim akan larut di dalam metode ini (Sugiharto, 1989).

Pembuaatan preparat jaringan tumbuhan yang dilakukan dengan metode

parafin melalui beberapa tahapan, yaitu (Widjajanto, 2001):

a. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)

Diseksi merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari

sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai

bahan dasar dalam mikroteknik. Pada jaringan hewan setelah dilakukan

pengambilan diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian (washing) adalah

suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan.

Pencucian ini perlu dilakukan karena jaringan yang diambil pada hewan sering

kali dalam keadaan kotor oleh darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan.

Selain itu jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan,

sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai

fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan

larutan garam fisiologis.


b. Fiksasi (Fixation)

Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau

jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk

maupun ukuran.Media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif.

Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas

yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan dapat mempertahankan

struktur jaringan.

c. Dehidrasi (dehydration)

Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan dengan

menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk

mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses dehidrasi

merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam larutan

dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan

mengurai konsentrasi air.

Dehidran yang paling umum digunakan pada mikroteknik dengan metode

paraffin adalah alkohol. Jenis dehidran lain adalah dioksan, N-butyl alcohol,

aniline oil dan bergamot oil. Alkohol merupakan dehidran yang umum digunakan,

karena relatif lebih murah dan mudah diperoleh, tapi mampu menghasilkan hasil

yang baik, bahkan untuk jenis-jenis jaringan-jaringan lunak seperti otak, sumsum

tulang belakang, dan embrio. Dalam penggunaan alkohol dipakai serial dengan

konsentrasi yang berbeda, dimulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

Lama perendaman tergantung untuk masing-masing konsetrasi berkisar 1-6 jam.

Alkohol 70% sebagai stoping point, jaringan di malamkan.

Proses dehidrasi dalam berbagai konsentrasi alkohol dilakukan setingkat

demi setingkat. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan
secara tiba-tiba dalam terhadap sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang

terjadi sekecil mungkin. Apabila proses dehidrasi ini tidak sempurna berarti masih

ada molekul air dari dalam jaringan. Ketidaksempurnaan proses dehidrasi ini

dapat diketahui dengan jelas setelah jaringan dimasukan ke dalam zat penjernih,

dimana jaringan tidak menjadi transparan walaupun jaringan telah lama dalam

larutan penjernih. Jika terjadi hal yang demikian, maka jaringan harus

dikembalikan ke dehidran.

d. Penjernihan (Clearing)

Clearing merupakan proses harus segera dilakukan setelah dehidrasi.

Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat alkohol sementara dalam

jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium

penjernih sebelum proses penanaman dalam parafin. Medium penjernih ini akan

menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar kemudian dapat terwarnai

dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya.

e. Infiltrasi (Infiltration)

Infiltrasi adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman

(embeddingmedia) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan

dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Media penanaman yang

digunakan dalam infiltrasi ini adalah paraffin. Proses infiltrasi ini umumnya

dilakukan di dalam oven yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh jenis parafin

yang digunakan. Pada jaringan hewan bisa langsung digunakan parafin keras

dengan titik leleh 56C-58C. Dalam proses infiltrasi sebaiknya jaringan jangsn

langsung dimasukan ke dalam parafin murni, tetapi sebelum parafin murni

jaringan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam campuran bahan penjernih dan

parafin murni dengan perbandingkan yang sama. Waktu yang diperlukan jaringan
campuran ini terlalu lama cukup berkisar antara 10-30 menit saja tergantung besar

kecilnya jaringan. Tujuan dari semua ini adalah untuk menghindari jaringan dsri

prubahan lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan-perubahan yang

mendadak ini dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan itu sendiri, seperti

jaringan menjadi sangat mengkerut.

Setelah dalam campuran parafin dan bahan penjernih, jaringan baru

dipindahkan ke parafin murni sebanyak tiga kali ganti yang masing-masingnya

berkisar antara 30-60 menit. Usahakan jaringan jangan terlalu lama ditinggalkan

dalam oven.Tujuan dari tahap infiltrasi ini adalah untuk mengisi jaringan dengan

parafin sebagi pengikat jaringan agar tetap memiliki bentuk dan struktur yang

sama seperti hidup.

f. Penanaman (Embedding)

Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau

penanaman jaringan ke dalam balok-balik parafin (cetakan) sehingga

memudahkan proses penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini

adalah untuk membuat balok parafin yang berisi jaringan yang akan dibuat

preparat permanen.

Parafin yang digunakan untuk menanam jaringan harus memiliki titik leleh

yang sama dengan parafin yang digunakn waktu infiltrasi. Parafin ketiga yang

dipakai pada infiltrasi dapat digunakan langsung untuk penanaman dengan syarat

memang sudah bersih dari bahan penjernih.

g. Penyayatan (Sectioning)

Proses penyayatan adalah pembuatan sayatan atau pita dari balok parafin

yang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan untuk

membuat sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam mikroskop.
Pembuatan irisan dengan metode parafin memiliki beberapa keuntungan,

diantaranya adalah yaitu proses embedding lebih cepat dan lebih simpel.

h. Penempelan dan Afiksasi (Afixing)

Afixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan pada

kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu, dapatberupaparafinpadat yang

dicairkanlaludimasukkankedalam box ukurantertentudandibiarkanmemadat.

Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita parafin yang sudah berisi

sayatan jaringan pada kaca objek.

i. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)

Deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses pewarnaan dengan

menggunakan xilol untuk membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek.

Pengerjaan deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan.

Tujuan dari tahap ini untuk membersihkan jaringan dan kaca objek dari parafin.

Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk memperjelas

berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan

ditelaah dengan mikroskop tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan sehingga

sulit untuk diamati.

j. Penutupan dan Labelling

Langkah terakhir adalah menyimpan sayatan dalam canada balsem serta

menutupnya dengan kaca penutup. Penempatan kaca penutup hendaklah

dilakukan dengan rapi dengan cara menempatkan suatu sisi kaca tersebut samping

sayatan kemudian dengan hati-hati sisi dihadapannya diturunkan dengan jarum.


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu mistar, silet, pipet tetes,

gelas ukur, erlenmeyer, object glass, dan tabung reaksi.

III.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akar jagung Zea

mays, aquadest, xylol, alkohol 96%, 90%, 80%, 70 %, formalin, parafin wax,

parafin cair, asam asetat glasial, box kecil dan tissue.

III.3 Cara Kerja


Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
I. Pembuatan Larutan FAA

1. Asam asetat Glasial = 5 ml


2. Formalin = 5 ml
3. Alkohol = 96 %

II. Pengenceran Alkohol Bertingkat

1. Rumus : V1xM1 = V2x M2


2. Dilakukan pengenceran alkohol 90% yang diencerkan dari alkohol 96%

dengan volume aquadest yang digunakan yaitu 6,25 ml dan volume

alkohol yaitu 93,75 ml.


3. Dilakukan pengenceran alkohol 80% yang dimana diencerkan pula dari

alkohol 96% dengan volume aquadest yang digunakan 16,67 ml dan

volume alkohol yaitu 83,33 ml.


4. Dilakukan lagi pengencaran alkohol 70% yang dimana diencerkan pula

dari alkohol 96% dengan volume aquadest yang digunakan 27,09 ml dan

volume alkohol yaitu 72,91 ml.


III. Pembuatan Preparat Permanen

1. Fiksasi FAA selama 30 menit, fiksasi ini bertujuan untuk mengawetkan

semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama

atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup.


2. Direndam dengan aquadestt selama 30 detik.
3. Dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, dan 96%

masing-masing 10 menit. Dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar

dari jaringan dan akan digantikan dengan alkohol.


4. Dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan 3:1, 1:1,

1:3 masing-masing 10 menit. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik

alkohol keluar dari jaringan dan digantikan dengan xylol.


5. Dilakukan penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini

dilakukan 2x yaitu xylol murni I 10 menit dan xylol murni II 10 menit.

Penjernihan ini dilakukan untuk menarik sisa alkohol yang masih terdapat

dalam jaringan.
6. Infiltrasi terbagi atas infiltrasi I dan II. Infiltrasi I dilakukan dengan

menggunakan xylol-parafin dengan perbandingan 1:9 kemudian dilakukan

infiltrasi II yaitu dengan menggunakan parafin murni selama 5 menit.

Infiltrasi ini bertujuan untuk mengganti campuran xylol-parafin dengan

parafin murni.
7. Setelah itu dilakukan penanaman(embedding) menggunakan parafin yang

padat.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Gambar Penampang Melintang Batang Jagung Zea mays

4 3
1

Keterangan :

1. Epidermis (lapisan luar)


2. Korteks (jaringan dasar)
3. Floem (pembuluh tapis)
4. Xilem (pembuluh kayu)

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan ini menggunakan jaringan batang tanaman Jagung Zea

mays yang dipotong melintang dengan panjang 2mm, kemudian dilakukan fiksasi

dengan menggunakan larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alkohol96%),

selama 30 menit, tujuan dari fiksasi adalah mempertahankan struktur sel dan

menghentikn proses metabolisme sel.

Setelah melakukan fiksasi selanjutnya dilakukan tahap pencucian untuk

menghilangkan larutan FAA dari dalam jaringan. Setelah dilakukan pencucian

selanjutnya dilakukan tahap alkoholisasi atau dehidrasi, tahap ini bertujuan untuk

menghilangkan kandungan air dari jaringan Zea mays, dehidrasi dilakukan dengan

menggunakan alkohol bertingkat dengan konsentrasi mulai dari 70%, 80%, 90%,

dan 96% masing-masing selama 5 menit, alkohol bertingkat digunakan agar

kandungan air di dalam jaringan dapat keluar sedikit demi sedikit, dan juga agar

sel-sel pada jaringan tidak mengalami lisis.


Tahap selanjutnya setelah dehidrasi adalah dealkoholisasi, dealkoholisasi

merupakan tahap pengeluaran air ari dalam jaringan. Pada tahap dealkoholisasi

menggunkan alkohol dan xylol dengan perbandingan alkohol : xylolyaitu 1:3, 1:1,

dan 3:1 dengan rentang waktu setiap 5 menit, hal ini dilakukan agar alkohol dapat

dikeluarkan secara maksimal dari dalam jaringan, sehingga larutan xylol yang

dapat masuk ke dalam jaringan, dan terikat dengan parafin.

Setelah dilakukan dealkoholisasi, tahap selanjutnya adalah penjernihan,

penjernihan bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa alkohol yang mungkin masih

ada di didalam jaringan, penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol I dan

xylol II secara bertahap selama 5 menit.

Langkah selanjutnya adalah infiltrasi, pada tahap ini infiltrasi dilakukan

sebanyak 2 kali. Pada infiltrasi I digunakan xylol dan parafin dengan

perbandingan 1 : 9, dan infiltrasi II dilakukan perendaman dengan menggunakan

parafin murni selama 30 menit. Setelah proses infiltrasi dilakukan, selanjutnya

dilakukan penanaman jaringan pada parafin yang telah memadat dengan cara

meletakkan jaringan pada permukaan parafin padat dan kemudian meneteskan

parafin cair pada permukaan jaringan, hingga seluruh jaringan tertutupi oleh

parafin cair.Setelah proses penanaman selesai selanjutnya adalah tahap pengirisan

dengan menggunakan mikrotom hingga tahap labelling, namun pada percobaan

kali ini tidak dilakukan pemotongan karena mikrotom rusak. Sehingga pada

praktikum pembuatan preparat melintang dengan metode parafin terhadap

jaringan batang tanaman Jagung Zea mays tidak dapat dibuat preparat permanen

karena keterbatasan alat.


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan ini dapat diketahui tahap-tahap pembuatan preparat

jaringan batang Jagung Zea mays dengan metode parafin meskipun tidak dapat

dihasilkan preparat permanen karena keterbatasan alat yang diunakan. Tahap-

tahap pembuatan preparat jaringan batang Jagung Zea mays dengan metode

parafin adalah melumpuhkan, fiksasi, dehidrasi, dealkoholisasi, penjernihan,

infiltrasi, penanaman (embadding), ukuran mikrotom, penempelan pita,

pewarnaan, penutupan dan labelling.

V.2 Saran

Saran yang saya berikan sebaiknya mikrotom yang ada di Laboratorium

diadakan demi kelancaran praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Joe, 2012, Picture Mikrotom, www.aliexpress.com, diaksespadatanggal 28


februari 2016, pukul 20:47 WITA.

Nugroho, H. L., 2006,Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, PenebarSwadaya,


Depok.
Ramdan, 2010, Penampang melintang jagung, http://bioliciousedu.blogspot.com,
diakses pada tanggal 04 maret 2016, pukul 06:07 WITA.
Setjo, S., 2004, Anatomi Tumbuhan, Universitas Negeri Malang, Malang.

Sugiharto, 1989,Mikroteknik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Widjajanto dan Susetyoadi S., 2001, Mikroteknik Tumbuhan, Universitas Negeri
Malang, Malang.

Anda mungkin juga menyukai