Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MIKROTEKNIK HEWAN

“PEMBUATAN PREPARAT JARINGAN HEWAN (NIPPLE


MEMBUJUR) DENGAN METODE PARAFIN”

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Mikroteknik

OLEH :

NAMA : NURUL ‘IZZATI


NIM : 17032111
PRODI : BIOLOGI
DOSEN : Dr. Ramadhan Sumarmin, S.Si, M.Si.
ASISTEN : 1. ANGGARA DWI PUTRA ZAGOTO S. Si
2. FEBRINAL
3. PERDANA EVANZIL S.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah S.W.T,


atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan
mikroteknik hewan “Pembuatan Preparat Jaringan Hewan (Nipple Membujur)
Dengan Metode Parafin” tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas mata


kuliah mikroteknik. Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan laporan ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang jaringan hewan (Nipple
membujur).
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Maka kritik dan saran yang konstruktif sangat
penulis harapkan demi perbaikan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi
pembaca, Aamiin.

Padang, 08 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Praktikum

C. Manfaat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Paraffin

B. Histologi Jaringan Hewan

C. Morfologi Nipple

BAB III METODE


A. Alat dan Bahan

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

C. Prosedur Kerja

1. Sampling
2. Fiksasi
3. Dehindrasi
4. Clearing
5. Embedding
6. Bloking
7. Sectioning
8. Staining
9. Mouting
10. Mikrofotografi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meneliti suatu organisme baik dari tingkat sel, jaringan, organ dan
sebagainya memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian
tersebut. Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu
membuat preparat dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode
tersebut yang paling umum adalah mikroteknik.

Tujuan utama mata kuliah mikroteknik adalah untuk memberi


pengetahuan dan keterampilan dasar tentang pembuatan sediaan histologi,
terutama sediaan permanen kepada mahasiswa sehingga pada akhir
perkuliahan mahasiswa telah memiliki keterampilan dasar yang
dibutuhkan dalam pembuatan sediaan histologi.Selanjutya mahasiswa juga
diharapkan akan memiliki motivasi dan kemauan yang kuat untuk
menggunakan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar
mikroteknik untuk keperluan pendidikan, kesehatan dan penelitian.

Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan


preparat. Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu
dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah
suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa
mengubah fungsi dan struktur di dalam selitu sendiri. Jika telah dilakukan
fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi lebih awet dan tahan lama.

Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode yang


digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan
digunakan. Sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan
sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan seringkali pula
dengan metode wholw mount. Sedangkan sel tumbuhankebanyakan dibuat
dengan metode yang lebih ringan dari pada sel hewan karena struktur sel
hewan dan sel tumbuhan yang berbeda. Metode yang paling umum
diogunakan untuk melihat jaringan dan sel tumbuhan adalah metode
parafin dengan bahan utamanya adalah blok parafin.
Metode paraffin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan,
karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini.
Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai
kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui
preparat permanen yang dibuat dengan metode paraffin. Pembuatan
preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling umum
digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan
ataupun pada hewan.
B. Tujuan Pratikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan jaringan pada
hewan.
2. Mahasiswa mampu menguasai konsep teknik dalam pembuatan
histologi jaringan denga teliti.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komponen histologis kelenjar
susu (Nipple membujur).

C. Manfaat Praktikum
1. Untuk menambah pengetahuan tentang struktur dan bagian-bagian
jaringan hewan yang diamati.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin
dari organ hewan yang diamati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode parafin
Metode parafin merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam hal pembuatan sediaan sayatan. Metode ini memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan metode sediaan sayatan dengan
embedding lainnya yaitu prosesnya lebih cepat dan hasil sayatan sangat
tipis yaitu 6-8 µm. Metode ini dapat melarutkan beberapa enzim penting
pada jaringan, karena selama prosesnya, jaringan akan dimasukan kedalam
beberapa larutan kimia yang berbeda konsentrasi dan beda karakter
sehingga dibutuhkan konsentrasi dan ketepatan urutan saat melakukan
metode ini (Roberts, 2009)
Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu
tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-
kebaikan metode ini ialahirisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan
metoda beku atau metoda seloidin.Dengan metoda beku, tebal irisan rata-
rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifatseri dapat
dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari
metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila
menggunakanmetode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada
jaringan akan larutdengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Untuk pemrosesan jaringan dan pembuatan blok parafin, bahan
yang digunakan adalah alkohol absolut, 90%, 80%, 70%, xilol dan parafin
cair. Xilol, alkohol dengan konestrasi menurun, aquadest, pewarna alum
hematoksilin, alkohol asam, larutan amonia, pewarna eosin, serta etanol
digunakan untuk mewarnai jaringan dengan pewarnaan hematoksilin
eosin, sedang bahan yang digunakan untuk pewarnaan toluidine blue
adalah xilol, etanol 70%, pewarna toluidine blue (working solution) yang
dibuat dari 5 ml larutan stok toluidine blue (1 gram Toluidine Blue O
dalam 100 ml alkohol 70%) dalam 50 ml larutan NaCl 1%. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan nekropsi, tissue cassete,
automatic tissue prosesor, embeding machine, mikrotom, penangas air,
inkubator, gelas objek, gelas penutup, mikroskop dan kamera set untuk
menganalisa hasil (Olympus CX21FS1 dan OptiLab Viewer)
(Kuncorojakti, 2014).
Metode parafin digunakan untuk membuat sediaan sayatan dengan
ketebalan yang kecil. Metode ini sangat baik digunakan pada hewan
maupun tumbuhan. Proses yang dilakukan dalam metode ini antara lain
sediaan organ, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, dan
penempelan pada gelas objek (Sariowati, 2008).
Adapun tahapan pembuatan preparat metode parafin adalah sebagai
berikut :
1. Sampling
Merupakan proses awal dalam metode parafin. Pada sampling ini
diambil beberapa organ sesuai keperluan. Jika organ terlalu besar maka
dipotong-potong terlebih dahulu.
2. Pengambilan jaringan :
a. Harus secepatnya di ambil terutama pada kadafer
b. Pemotongan harus dengan pisau yang tajam
c. Ukuran potongan sebaiknya 1 cm
d. Secepatnya difiksasi
Tujuannya untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan pasca
mati dan perubahan struktur lain yang dapat menyesatkan dalam
pengamatan. Kesulitan dari tahap ini adalah waktunya yang sedikit harus
dipercepat dalam pengerjaannya sehingga terkesan menjadi terburu-buru.
3. Fiksasi (fixation)
Tujuan utama fiksasi adalah memberikan perlakuan tertentu
terhadap elemen-lemen jaringan, terutama inti sel atau nukleinya, sehingga
dapat diwetkan dalam kondisis yang sedikit banyak mendekati keadaan
aslinya. Selain itu, fiksasi juga mencegah terjadinya kerusakan jaringan
yang disebabakan oleh mikroorganisme maupun perusakan oleh enzim
yang terkandung dalam jaringan itu sendiri, yang dikenal dengan autolisis.
Dengan kata lain fiksasi bertujuan :
a. Mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme) jaringan
dengan cepat sehingga keadaannya sedikit banyak mendekati keadaan
aslinya.
b. Mencegah autolisis
c. Menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras
yang merupakan komponen cairan fiksatif.
d. Kesulitan dari tahap ini hanyalah memerlukan waktu yang lama
untuk pengerjaannya, karena fiksasi membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat membuat spesimen awet.
4. Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses mengeluarkan air dari dalam jaringan tisu
dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi merupakan
langkah penting yang memerlukan perlakuan yang prosesnya tidak
terputus-putus. Kesalahan yang terjadi akan mengakibatkan terhalangnya
proses penamanan dalam parafin yang merupakan proses lanjutan setelah
proses dehidrasi tersebut. Sehubungan dengan hal itu maka dehidran yang
kita gunakan hedaklah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mampu menarik air dari tisu menggantikan kedudukan air
tersebut
b. Dehidran itu sendiri dapat digantikan kedudukannya oleh medium
penjernih
c. Tidak merusak dan mengganggu tisu yang telah difiksasi
sebelumnya sehingga misalnya tisu akan menjadi terlalu lunak kembali
ataupun malah memperkeras tisu tersebut menjadi rapuh. Kesulitan dari
tahap ini adalah dalam pemilihan dehidran yang digunakan agar sesuai
sehingga tisu tidak menjadi terlalu lunak dan malah menjadi terlalu keras
(Dasumiati, 2008).
Proses penyayatan (sectioning) diawali dengan pengirisan blok
parafin dengan scalpel, sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris
dengan mikrotom berbentuk segi empat. Letak mata pisau pada mikrotom
menentukan hasil yang diperoleh. Hasil sayatan diambil dengan
menggunakan kuas secara hati-hati. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca
objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca obyek tersebut
diletakkan di atas meja penangas ( haeting plate). Meyer albumin memiliki
kandungan putih telur dan gliserin dan merupakan pelakat alami yang
sangat baik .Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat dideparafinasi
dengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna metode parafin
pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan Eosin. Zat warna
hematoxilin ini bersifat aquaosa (Steven, 2000).
Mikrotom ada beberapa macam yaitu:
1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap
berada pada tempatnya,sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya
jaringan yang akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang
tanpa penanaman (embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita
irisan. Jaringan yang akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan
pewarnaan tunggal, ataupun tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini
banyak dikerjakan untuk pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan.
2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan
dengan tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini,
keadaannya sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada
tempatnya sedang pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke
belakang.
3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis
mikrotom diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada
tempatnya sedang jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis
mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan
dengan metode parafin (Amelia,2005).
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas
berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan
dalam pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan
Hematoxilin-eosin.Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan
terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin
digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan
kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari
pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain
yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan
hematoxilin.Kesulitan tahapan ini adalah memilih jenis pewarna, karena
dengan ketepatan pemilihan bahan pewarna dapat menyesuaikan bagian
apa pada spesimen tersebut yang akan dilihat. Jika terjadi kesalahan dapat
terjadi kekeliruan dalam tujuan penglihatan spesimen (Dasumiati, 2008).

B. Histologi Jaringan Hewan

Pada tubuh hewan sendiri terdiri atas jaringan-jaringan atau


sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Pada saat
perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi
(dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan
utama yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot dan jaringan
saraf. (Waluyo,2010)

Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai fungsi tertentu


yang khas bagi perkembangannya. Sebagai conth jaringan epitelia dapat
terdiri dari satu atau beberap lapisan sel yang telah berkembang dan
membantuk lapisan penutup, jenis jaringan lainnya.

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi bagian luar dan


bagian dalam rongga tubuh di dalam tubuh. Jaringan epitel melindungi
permukaan terhadap mikroorganisme penginvask kehilangan air dan
cedera fisik. Sebagianepitel dikhususkan untuk menyerap zat gizi dan
menyekresikan suatu larutan untukmenjaga agar permukaan tetap basah
dan terlumasi (Bresnick, 2003).

Jaringan epitel selapis mempunyai berbagai bentuk, yaitu epitel


skuamosa,epitel selapis kubus dan epitel selapis silindris. Epitel selapis
silindris merupakan jaringan yang melapisi saluran pencernaan yang
terdiri atas sel absorprtif dan selgoblet yang berfungsi untuk membungkus
pembatas usus halus dan usus besar.Selain terletak di saluran pencernaan
jaringan epitel silindris selapis ini juga terletak pada saluran kelenjar,
kandung empedu dan duktus papilaris di sistem urinarius (Waluyo, 2006:
39).

C. Nipple

Nipples / puting susu ditemukan pada titik di mana mammae


inisiasi pengembangan kelenjar. Karena kelenjar susu terbentuk dari
punggungan susu, ada potensi yang bisa terjadi pada puting dapat
ditemukan di setiap titik di sepanjang struktur. Namun, spesies yang
menghasilkan anak-anak pra-sosial atau tinggal di habitat arboreal
memiliki jumlah terbatas dari puting terletak di daerah yang sangat
spesifik. (Koyama ,2013)

Kelenjar mammae, kelenjar penghasil susu dari semua mamalia


betina dan hadir dalam bentuk rudimenter dan umumnya tidak berfungsi
pada jantan. Kelenjar susu diatur oleh sistem endokrin dan menjadi
fungsional sebagai respons terhadap perubahan hormonal yang terkait
dengan proses kelahiran.
Dari sudut pandang histologis, Kelenjar susu adalah terdiri dari
jaringan: parenkim dan stroma. Itu pertama berkorenspondensi dengan
bagian sekresi kelenjar dan berasal dari ektoderm embrio. Stroma memiliki
asal mesodermik dan didasari oleh darah dan pembuluh getah bening dan
jaringan adiposa, ikat dan saraf (Lerias,2014).

Kelenjar parenkim bertanggung jawab atas pro-korespondensi


susu, deduksi dan didasari oleh kelenjar tubulus-alveolar. Relatif dengan
organisasi anatominya, ia memiliki dua komponen utama, parenkim yang
mencakup epitel dan sel myoepithelial, stroma yang melibatkan non-
seluler komponen, seperti kolagen dan elastin, sel otot polos dan pembuluh
dan sistem duktal (Lerias,2014)
Setiap nipple terdiri dari 15-25 lobus sekretori, yang tertanam
dalam jaringan adiposa. Kelenjar susu seperti kelenjar keringat yang
dimodifikasi. Masing-masing lobus tesis ini adalah kelenjar tubulus asinar
majemuk. Asini kosong menjadi saluran, yang dibatasi oleh sel-sel epitel
berbentuk kubus, atau kolumnar rendah, dan dikelilingi oleh sel-sel
mioepitel. Saluran dari setiap lobulus kosong menjadi saluran laktiferosa
yang bermuara di permukaan puting susu. Saluran-saluran ini dikelilingi
oleh otot polos di daerah puting susu, yang kontraksi di antaranya
membuat puting susu menjadi ereksi.
Untuk kambing, beberapa penulis menyelidiki modifikasi
histologis kelenjar susu selama laktasi. Mengamati perkembangan alveoli
sevagai hasil poliferasi sel, serta keberadaan sekresi di dalam alveoli dan
saluran di kambing Saanen selama baik periode kehamilan dan laktasi.
Selain itu, ini penulis melaporkan adanya tetesan lemak besar di membran
apikal sel epitel sepanjang kehamilan, danpengurangan persentase jaringan
stroma karena sifatnya substitusi oleh jaringan sekretori (parenkim). Lebih
lanjut, dengan timbulnya sel epitel laktasi menganggap kolumnar
Morfologi, alveoli dikelilingi oleh lapisan tipis fibroblas dan
kapiler dan ada kehadiran yang sangat alveoli buncit. Semua perubahan ini
dapat dikaitkan dengan persiapan kelenjar susu untuk produksi susu
(Lerias,2014).
.
Bagian melintang parenkim kelenjar susu pada kambing diwarnai
dengan HE menunjukkan alveoli buncit dengan karakteristik epitel
sekretori. Alveoli dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat dengan kapiler yang
membentuk stroma dan ada juga kelenjar vesikel sekretori (Lerias,2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol selai / botol spesimen
b. Disetting set
c. Papan bedah
d. Rak tabung
e. Blok kayu ukuran 2x2x1
f. Inkubator
g. Kulkas
h. Rotari mikrotom
i. Kertas pembungkus
j. Kaca penutup
k. Kaca objek
l. Kuas
m. Waterbath
n. Pisau
o. Mikroskop
p. Lampu spritus

2. Bahan
a. Kambing (Capra aegagrus hircus)
b. Larutan fiksatif (Bouin)
c. Alkohol seri (70% - 100% atau absolute)
d. Xylol (1-3)
e. Soft parafin (1-2)
f. Hard Parafin (3)
g. Pewarna eosin – hemaxtosillin
h. Air ledeng
i. Aquades

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Hari/Tanggal : Kamis / 05 september 2018


Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Laboratorium Zoologi, FMIPA ,UNP.

C. Prosedur Kerja
Adapun dalam hal atau tahapan yang dilakukan dalam mikroteknik antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan Jaringan (Sampling/ Obtain the sample)
a. Hewan yang akan diambil jaringannya terlebih dahulu dikorbankan
(bisa menggunakan kloroform atau eter, dislokasi leher atau
disembelih)
b. Lakukan pembedahan jika jaringan yang akan dibuatkan preparat
merupakan jaringan dari organ-organ visera.
c. Jaringan diambil dengan ukuran 1x1 cm
2. Pengawetan Jaringan (Fixation),
a. Organ yang diambil dibersihkan dengan larutan fisiologis.
b. Kemudian organ atau sampel disimpan dan ke dalam larutan
Bouins. Selama 24 jam
c. Sampel diletakkan dalam botol sampel yang telah diberi label
dengan jelas.
3. Penarikan Air (Dehdrationi),
a. Merendam jaringan sampel yang telah tersimpan dalam kotak jaringan
atau tissue box. Penarikan air yang ada dalam jaringan sampel dengan
menggunakan larutan alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, absolut I, absolut II,
dan absolut III Secara sederhana waktu yang diperlukan untuk kegiatan
dehidrasi adalah sebagai berikut :
Alkohol 70% 12 jam (resting point)
Alkohol 80% 3 jam (24 jam)
Alkohol 90% 3 jam
Alkohol 95% 3 jam
Alkohol Absolut I 1 jam
Alkohol Absolut II 1 jam
Alkohol Absolut III 1 jam
4. Penjernihan (Clearing)
a. Setelah sampel jaringan didehidrasi maka kemudian dilakukan
penjernihan atau clearing. Waktu yang diperlukan pada proses
penjernihan didalam xylol adalah sebagai berikut:

Xylol I 1 jam (suhu ruang)


Xylol II 1 jam (suhu ruang)
Xylol III 30 menit (suhu riang), 30 menit
(inkubator)
5. Penanaman (Embedding)
a. Sebelum penanaman atau embedding, jaringan yang berada dalam xylol
III telah diletakkan dalam inkubator dengan suhu 60-63 derajat C sesuai
dengan suhu parafin cair yang digunakan nantinya untuk penanaman.
Untuk mendapatkan blok jaringan yang baik, dari jaringan yang telah
dijernihkan
b. Jaringan diinfiltrasi dengan parafin atau celah sel/jaringan yang tadinya
terisi oleh xylol harus digantikan dengan parafin.
c. Jaringan telah didinginkan di dalam lemari
6. Pemasangan blok kayu (Bloking)
a. Jaringan yang sudah di parafinkan dibuka dari kertas pembungkusnya.
b. Panaskan ujung parafin yang ada jaringannya ,lalu tempelkan pada
blok kayu
c. Dengan bantuan spritus lelehkan parafin disekitar kayu agar jaringan
kuat menempel pada blok kayu/blok parafin.
7. Pemotongan (Sectioning)
a. Blok parafin yang telah didinginkan di dalam lemari es kemudian
diambil dan dipasangkan pada penjepit blok (block holder) mikrotom.
b. Kemudian diatur dan diarahkan kesejajaran permukaan potong dengan
mata pisau mikrotom. Pengaturan posisi blok parafin dengan cara
mengatur tuas pengatur yang ada pada penjepit blok mikrotom hingga
didapatkan keserasian posisi pemotongan dengan ketebalan
pemotongan 4µm.
c. Potongan yang baik dan terpilih kemudan dikeringkan diatas hotplate
dengan suhu 38-40 derajat C
d. Label diberikan sesaui dengan asal blok parafinnya.
e. Selanjutnya sediaan atau preparat ini disimpan dalam kotak preparat
dan kotak preparat diletakkan dalam inkubator denga suhu yang sama
selama 24 jam atau lebih untuk penyempurnaan penempelan jaringan
pada gelas objek dan selanjunya siap untuk diwarnai.
8. Pewarnaan (Staining)
a. Preparat atau sediaan yang menempel pada gelas objek dengan baik
kemudian dipilih dan diberi label
b. Sediaan jaringan diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin
sediaan dengan seri yang telah dipilih dalam rak jaringan. Kemudian
dilakukan deparafinisasi sebagai berikut :
Deparafinisasi
Xylol I 3 menit
Xylol II 3 menit
Xylol III 5 menit
Rehidrasi
Alkohol absolut I 3 menit
Alkohol absolut II 3 menit
Alkohol absolut III 3 menit
Alkohol 95% 3 menit
Alkohol 90% 3 menit
Alkohol 80% 3 menit
Alkohol 70% 5 menit
Air ledeng 7 menit
Akuades 7 menit
Pewarnaan Hematoksilin 2 menit
Air ledeng 7 menit
Akuades 7 menit
Mengamati dimikroskop
Pewarnaan Eosin 2-3 menit
Dehidrasi
Alkohol 70% beberapa detik
Alkohol 80% beberapa detik
Alkohol 90% beberapa detik
Alkohol absolut I beberapa detik
Alkohol absolut II 1 menit
Alkohol absolut III 3 menit
Xylol I 3 menit
Xylol II 3 menit
Xylol III 3 menit
9. Mounting
a. Olesi kutex atau canada balsam pada kaca objek
b. Setelah itu tutup dengan kaca penutup
c. Tunggu hingga kering dan pastikan tidak ada rongga udara yang
terbentuk
d. Membersihkan kutex yang berlebih dibagian tepi dengan silet agar rapi
e. Membuat nama dan apa preparatnya.
10. Mikrofotografi
Mendokumentasikan jaringan yang telah siap
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Preparat Nipple Membujur Kambing (Capra aegagrus hircus)

PERBESARAN 10X10
B. PEMBAHASAN
Pada pengamatan pratikum kali ini mengenai tentang preparat
jaringan, yang mana saya mendapatkan bagian Nipple membujur kambing (Capra
aegagrus hircus) . Pada glandula mammae terdapat tiga bagian utama yaitu:
Korpus (badan) yakni bagian yang membesar, lalu Aerola yakni bagian yang
mengelilingi nipple, yang seringkali bewarna lebih gelap dari kulit sekitarnya dan
nipple atau papila atau puting yakni bagian yang menonjol . Pada mamalia, nipple
atau puting susu disebut juga papilla mammae atau dot. Pada Korpus terdapat
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah
sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Landula mammae terutama tersusun atas
jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi
oleh kulit. Struktur didalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau
jeruk yang dibelah.
Pada pengamatan saya mengalami kesalahan. Hal ini didapatkan ketika
pewarnaan yang terlalu lama dan tebal, dan saat di masukkan kembali ke alkohol
seri naik, warnanya tidak juga luntur. Seharusnya pada saat staining atau
pewarnaan haematoksilin itu hanya 30 detik saja. Agar warna yang diserap tidak
terlalu banyak atau tebal. Lalu pada saat pemotongan jaringan terlalu tebal
sehingga nampak saat pengamatan jika sayatan mikrotom saya ini tebal.
Kendala yang kami alami pada saat mengambil pemotongan jaringan
hewan dengan menggunakan metode paraffin ini salah satunya kurangnya
keterampilan pada saat menggunakan mikrotom. Ada beberapajenis alat mikrotom
yang digunakan pada pemotong sediaan antara lain adalah hand mikrotom, rotary
mikrotom, freezing mikrotom, dan sliding mikrotom. Sedangkan yang digunakan
pada saat pemotongan yaitu rotary mikrotom (mikrotom putar) menggunakan
mikrotom ini sangat gampang, dengan mengatur ketebalan dan perbesaran pada
mikrotom dan mengatur mata pisau yang digunakan, sehinnga didapatkan
pemotongan yang tebal dan ada juga yang terlalu tipis, menyebabkan irisan
sediaan mudah hancur pada saat diletakkan di gelas objek.
Beberapa kesukaran pada saat pemotongan sediaan parafin antara lain; pita
tidak terbentuk, hal ini kemungkinan karena pisau yang tumpul; pita melengkung
atau bengkok, hal ini kemungkinan karena tepi pisaunya yang tidak rata sayatan
tertekan, mengerut, atau berdempet, hal ini kemungkinan karena sudut pisau
yangterlalu kecil dan mata pisau yang terlapis dengan sisa parafin; sayatan remuk
dan cenderung lepas dari parafin, hal ini kemungkinan karena proses dehidrasi
danclering yang tidak sempurna, pita belah, sayatan terangkat dari pisau saat blok
parafin naik; dan permukaan sayatan yang bergelombang.
Saat pengamatan menggunakan mikroskop dapat dilihat bagian bagian dari
nipple membujur, dapat dilihat histologinya walaupun pewarnaan agak tebal.
Namun, pada akhirnya kami berhasil membuat sebuah preparat jaringan nipple
membujur kambing walaupun dengan hasil yang kurang baik, tapi kami merasa
senang dengan apa yang telah kami lakukan walaupun hanya mengerjakan dengan
pengalaman tapi kami mendapatkan ilmu yang sangat banyak pada saat
mempelajari mikroteknik ini.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode paraffin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan
menggunakan paraffin sebagai media embedding dengan tebal irisan
kurang lebih mencapai 6 µm-8 µm.
2. Tahap-tahap pembuatan preparat dengan metode paraffin yaitu :
a. Pengambilan jaringan
b. Fiksasi
c. Dehidrasi
d. Penjernihan (clearing)
e. Infiltrasi
f. Penanaman (embedding)
g. Penyayatan
h. Penempelan sayatan
i. Pewarnaan
j. Mounting
3. Proses fiksasi merupakan tahap yang penting, larutan fiksasi yang
digunakn yaitu bouine. Setiap tahap dalam metode ini memiliki fungsinya
masing-masing sehingga pada akhirnya dihasilkan preparat awetan yang
baik untuk diamati dan dipelajari.

B. Saran

1. Diperlukan kelengkapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pratikum
mikroteknik ini

2. Diperlukan ketelitian dalam melakukan prosedur kerja agar kesalahan dapat


diminimalisir kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2005. Persamaan dan Perbedaan Tehnik Pembuatan Preparat Pada


Hewan dan Tumbuhan Menggunakan Metode Parafin.
http://amirulrosid.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Oktober 2019,
pukul 15.34 WIB.

Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Biologi . Jakarta: Hipokrates

Dasumiati. 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Press.

Kuncorojakti, S. 2014. Evaluasi Pewarnaan Tolueidine Blue untuk Identifikasi Sel


Mast jaringan Ikat dari Preparat Blok Parafin Kulit Tipis Anjing.
Veterinaria MEdika

Koyama, Sachiko,. dkk . 2013. The Nipple : A Simple Intersection of Mammary


Gland and Integument, but Focal Point of Organ Function . Journal
Mammary Gland Biol Neoplasia . 18 :121–131

Lerias, Joana R., dkk. 2014. The Mammary Gland In Small Ruminants: Major
Morphological and Functional Events Underlying Milk Production – A
Review. Journal of Dairy Research.1 (15)

Roberts L et al. 2009. Identification of methods for use of formalin-fixed,


paraffin-embedded tissue samples in RNA expression profiling.
Genomics. 94(5):341-348.

Sariowati T. 2008. Efek pemberian senyawa diethilstilbestrol (DES) terhadap


perkembangan dan ekspresi protein Bcl-2 pada folikel ovarium mencit
(Mus musculus L.) strain Balb-C [Skripsi]. Jember : Universitas
Jember Press.

Steven E, Ruzin. 2000. Microtechnique Plant microtechnique and


microscopy. New Phytol. 148:57–58

Waluyo,Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember Press

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Universitas Jember Press.


LAMPIRAN

Sampling (Obtain the sample)


Nipple Kambing (Capra aegagrus hircus)

Fixtation (Fiksasi)
Dehidration (Dehidrasi)

Clearing (penjernihan)
Embeding (Penanaman)
Bloking (Pemasangan ke Blok Kayu)

Sectioning (Pemotongan) dan Staining (Pewarnaan)


Mounting (Menyegel)
Mikrofotografi
Preparat Nipple Membujur Kambing (Capra aegagrus hircus)
PERBESARAN 10X10

Anda mungkin juga menyukai