Anda di halaman 1dari 33

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

GENETIKA (KODE ABL2134)

Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Bioteknologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSTAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
IDENTITAS DOKUMEN

Judul : Penuntun Praktikum Genetika


Kode : PAB215P/ABL2134

Tahun Penyusunan : 2018


Kode Revisi : 01

Tim Penyusun

1. Rejeki Siti Ferniah (Koordinator)


2. Hermin Pancasakti Kusumaningrum
(Anggota)
3. Anto Budiharjo (Anggota)
4. Budi Raharjo (Anggota)
5. Siti Nur Jannah
6. Agung Suprihadi

Penyelenggara Praktikum : Laboratorium Bioteknologi


Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro

2
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya Tim Departemen Biologi
dapat menyelesaikan Buku Penuntun Praktikum Biologi dalam rangka pelaksanaan
kurikulum S1 tahun 2017.

Penuntun Praktikum ini disusun dalam rangka membantu pelaksanaan kegiatan Praktikum
di lingkungan Departemen Biologi FSM Universitas Diponegoro. Buku penuntun
praktikum ini dipersiapkan dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang relevan
dengan teori perkuliahan berdasarkan kurikulum S1 Biologi tahun 2017.

Mahasiswa peserta praktikum diharapkan dapat mempersiapkan segala hal terkait dengan
kegiatan praktikum di Departemen Biologi. Ketentuan dan mekanisme kerja praktikum
telah ditetapkan sesuai yang tertera pada Buku Penuntun Praktikum ini.

Akhirnya tiada gading yang tak retak, Departemen Biologi dan seluruh pihak terkait
menyadari bahwa Buku Penuntun Praktikum ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
Departemen Biologi senantiasa menanti saran dan masukan dari berbagai pihak khususnya
civitas akademika dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu proses pembelajaran serta
kegiatan Praktikum di Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro Semarang.

Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya Departemen Biologi menyampaikan


terimakasih yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, Januari 2018

Tim Penyusun

3
DESKRIPSI PRAKTIKUM GENETIKA
Parktikum Genetika merupakan satu aktivitas terpadu dari matakuliah Genetika dengan
sks (2-1) yaitu 2 sks perkuliahan dan 1 sks praktikum. Dalam praktikum ini diperkenalkan
dan dibahas tentang pembelahan sel, kromosom, pewarisan sifat, dan genetika populasi.

STANDAR KOMPETENSI :
Standar kompetensi Praktikum Genetika yaitu mahasiswa diharapkan:
1. Mahasiswa memahami struktur kromosom dan pembelahan sel, mekanisme
pewarisan sifat menurut Hukum Mendel, karyotipe kromosom manusia dan
kelainan genetik akibat abnormalitas kromosomnya, serta frekuensi gen dalam
populasi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan isi praktikum dalam penyelesaian masalah Genetika
dan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu yang lain.
3. Mahasiswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab, berani mengemukakan
pendapat atau bertanya, menghargai pendapat orang lain, belajar mandiri, mawas
diri, pengendalian diri, motivasi, belajar sepanjang hayat.

KOMPETENSI DASAR :
Kompetensi Dasar Praktikum Genetika yaitu :

1. Mahasiswa mengerti dan memahami arti atau konsep pembelahan sel pada akar
tanaman dan tahap-tahapnya, proses dan mekanisme yang tercakup di dalamnya,
dan indeks mitosis pada sel-sel yang diamati.
2. Mahasiswa dapat mengisolasi kromosom dari kelenjar ludah larva Drosophila dan
memahami struktur kromosom polyten.
3. Mahasiswa dapat mengamati siklus hidup Drosophila, menentukan jenis kelamin
individu dewasa, melakukan persilangan dengan satu sifat beda, dan menentukan
sifat keturunan yang dihasilkan.
4. Mahasiswa dapat membuat karyotype manusia berdasarkan kromosom-kromosom
yang dimiliki suatu individu dan menentukan abnormalitas yang terjadi karena
aberasi kromosom.
5. Mahasiswa dapat menghitung frekuensi alel dalam suatu populasi.

4
MATERI PRAKTIKUM

Acara I. Asistensi
Acara II. Pembelahan Mitosis (3 x pertemuan)
Acara III. Kromosom Polyten (2 x pertemuan)
Acara IV. Persilangan Drosophyla melanogaster (3 x pertemuan)
Acara V. Karyotype dan Analisis Kelainan Genetik (2 x pertemuan)
Acara VI. Genetika Populasi (1 x pertemuan)
Acara VII Inhal
Acara VIII Responsi

5
ACARA I
ASISTENSI

A. ATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM :

 Ketentuan Umum
1. Mahasiswa peserta praktikum wajib memenuhi syarat akademik sesuai
ketentuan yang berlaku di Departemen Biologi.
2. Mahasiswa peserta praktikum disebut Praktikan.
3. Mahasiswa yang membantu dosen pengampu dalam pelaksanaan praktikum
disebut Asisten.
4. Praktikan dipandu oleh asisten dalam pelaksanaan kegiatan praktikum.
5. Praktikan wajib mematuhi ketentuan yang berlaku termasuk mengikuti
arahan asisten pada saat pelaksanaan praktikum.
6. Praktikan wajib menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban pelaksanaan
praktikum.

 Tata tertib Peserta Praktikum


1. Praktikan wajib berpakaian rapi, sopan, bersepatu dan tidak boleh memakai
kaos nonkerah (Oblong).
2. Selama praktikum berlangsung, Praktikan wajib memakai pakaian praktikum
(Jas praktikum).
3. Khusus acara praktikum yang menggunakan bahan – bahan kimia dan atau
alat yang berpotensi bahaya, praktikan wajib melengkapi dengan keamanan
diri sesuai standar biosafety.
4. Praktikan dilarang melakukan tindakan tertentu terhadap bahan dan atau alat
praktikum tanpa arahan dan pendampingan dosen pengampu praktikum.
5. Praktikan wajib bertanggungjawab atas setiap tindakan dan perlakuan yang
diberikan terhadap bahan dan atau alat praktikum.

 Ketentuan Waktu Praktikum


1. Praktikum 1 sks berlangsung selama 170 menit (Sesuai peraturan Rektor

6
Undip nomor 15 tahun 2017).
2. Praktikan wajib hadir di laboratorium selambat-lambatnya 10 menit sebelum
praktikum dimulai.
3. Praktikan yang terlambat hadir pada acara praktikum WAJIB meminta ijin
kepada dosen pengampu praktikum.
4. Praktikan yang tidak hadir pada acara praktikum dapat mengajukan
permohonan Inhal (penggantian waktu) dengan syarat dan ketentuan
menyesuaikan keputusan Pengelola Laboratorium penyelenggara praktikum.
 Ketentuan Laporan
1. Praktikan wajib menyusun laporan praktikum sesuai acara yang
dilaksanakan sesuai ketentuan.
2. Format dan sistematika laporan mengikuti ketentuan yang berlaku di
Laboratorium
 Ketentuan Evaluasi
1. Bentuk evaluasi dilaksanakan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh
pengelola Laboratorium atau tim pengampu praktikum.
2. Sebelum acara praktikum dimulai dilaksanakan pre test
3. Setelah acara praktikum dilaksanakan post test.
4. Evaluasi akhir acara praktikum berupa Responsi

7
I. MITOSIS PADA AKAR TANAMAN
DENGAN METODE REMASAN (SQUASH)

Tujuan:

1. Membuat preparat pembelahan sel pada akar tanaman.


2. Mengetahui tahap-tahap mitosis pada akar tanaman.
3. Menghitung indeks mitosis.

Dasar Teori:

Salah satu ciri dasar makhluk hidup adalah reproduksi. Reproduksi pada tumbuhan
dan hewan tingkat tinggi pada umumnya terjadi melalui perkawinan. Pada tingkat sel,
reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan sel. Sel-sel tubuh (somatis) membelah
secara mitosis, artinya pembelahan sel tanpa terjadi pengurangan jumlah kromosom pada
sel-sel anakannya. Sel-sel kelamin membelah secara meiosis, yaitu pembelahan sel yang
menyebabkan adanya pengurangan jumlah kromosom sel-sel anakan menjadi setengah dari
jumlah kromosom sel induknya, misalnya dari diploid menjadi haploid. Sel-sel kelamin
yang haploid bertemu dalam pembuahan menghasilkan jumlah kromosom yang kembali
diploid pada zigot.

Pembelahan mitosis terjadi melalui beberapa fase, yaitu:

1. Profase, ditunjukkan dengan kenampakan benang-benang kromatin yang memendek


dan menebal, disebut sebagai kromosom. Tiap kromosom membelah memanjang
disebut kromatid. Di akhir profase dinding inti menghilang.
2. Metafase, kromosom berada di bidang ekuator sel.
3. Anafase, sentromer membelah dan menuju ke kutub-kutub sel yang berlawanan.
Kromatid-kromatid hasil pembelahan suatu kromosom bersifat identik.
4. Telofase, di kedua kutub sel telah terbentuk satu set kromosom seperti kromosom sel
induk, kemudian terbentuk dinding inti. Terjadinya sitokinesis (pembelahan plasma)
ditandai dengan melekuknya membran sel ke dalam, dan pada sel tumbuhan ditambah
dengan terbentuknya dinding sel.

8
Gambar 1. Fase-fase mitosis pada sel tumbuhan

Interfase merupakan fase di antara pembelahan sel. Pada fase ini inti sel tampak
keruh dengan benang-benang kromatin yang halus.
Kromosom tampak jelas pada saat metafase, sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Jumlah kromosom suatu spesies adalah tetap sepanjang hidupnya. Jumlah kromosom antar
spesies berbeda-beda, misalnya pada lalat buah hanya terdapat 8 kromosom, lalat rumah
12, padi 24, jagung 20, kacang ercis 14, dan bawang 16 kromosom.

Banyaknya sel yang mengalami mitosis dinyatakan dalam indeks mitosis. Indeks
mitosis merupakan perbandingan banyaknya sel yang mengalami mitosis di antara semua
sel dalam suatu jaringan.

9
Bahan:

Akar tanaman bawang merah, bawang putih, kacang hijau, kacang kedelai, jagung; HCl
1N, asetoorcein, dan asam asetat.

Alat:

Pisau silet, gelas arloji, skalpel, gelas benda dan penutupnya, oven (600C), dan mikroskop.

Cara Kerja:

Pertemuan ke-1

1. Siapkan media tanam berupa tanah atau kapas basah yang diletakkan pada wadah
terbuka.
2. Kupaslah umbi lapis bawang merah/putih dan potonglah sedikit bagian pangkal
umbinya.
3. Tumbuhkan bawang pada medium tanah/kapas basah dengan cara membenamkan
bagian pangkal umbi ke dalam tanah atau meletakkannya di atas permukaan kapas
basah.
4. Jaga kelembapan media tanam dengan cara menyiraminya setiap hari.

Pertemuan ke-2
1. Saat akar mulai tumbuh (3 – 4 hari setelah tanam), ambilah umbi yang mulai
berakar tersebut.
2. Cucilah umbi dengan air mengalir hingga bersih.

10
3. Rendamlah pangkal sebuah umbi bawang ke dalam larutan kolkisin 0,1% selama
24 jam. Satu umbi bawang direndam dalam akuades sebagai kontrol.
4. Angkat umbi bawang dan cucilah dengan air mengalir.
5. Tanam kembali umbi bawang ke media tanam yang digunakan sebelumnya.

Pertemuan ke-3
1. Saat praktikum diharapkan akar sudah tumbuh sepanjang 1 – 2 cm.
2. Pilihlah akar muda yang sedang aktif tumbuh. Potong sepanjang 5 mm dengan
jarak sekitar 5 mm dari ujung.
3. Pindahkan potongan akar ke dalam gelas arloji yang berisi asetoorcein dan HCl 1 N
(10:1).
4. Inkubasikan dalam oven pada suhu 600C selama 5 menit.
5. Pindahkan potongan akar ke dalam gelas benda. Potong-potong lagi menjadi 2 – 3
bagian, kemudian tambahkan 2 – 3 tetes asetoorcein.
6. Tutuplah gelas benda dengan gelas penutup. Sapulah dengan tisu jika ada pewarna
yang berada di luar gelas penutup.
7. Tekanlah gelas penutup dengan ibu jari atau gagang pensil (di-squash) agar sel-sel
lebih menyebar dan tipis.
8. Panaskan gelas benda dalam oven 600C selama 1 menit atau lewatkan di atas nyala
api (jangan sampai terlalu panas untuk disentuh).
9. Amati fase-fase mitosis akar bawang dengan perlakuan kolkisin, pengamatan
menggunakan mikroskop. Bandingkan dengan kontrol.
10. Hitunglah indeks mitosis masing-masing perlakuan.

Pertanyaan:

1. Adakah perbedaan kromosom-kromosom dari berbagai jenis tanaman yang Anda


jumpai?
2. Dapatkah Anda melihat jumlah kromosom masing-masing jenis?
3. Berapa fase yang dapat Anda lihat dalam preparat Anda? Sebutkan dan jelaskan ciri
masing-masing fase.

11
Catatan:

Cara membuat kolkisin 0,2%:

Larutkan 0,2 g kolkisin dalam 5 mL etanol, kemudian tambahkan 95 mL akuades dan


diaduk hingga rata. Disimpan dalam botol tertutup, berwarna gelap, dalam lemari es
bersuhu 5°C.

Cara membuat asetoorcein 2%:

Asam asetat glasial sebanyak 22.5 ml dipanaskan dalam waterbath hingga 1000C. Bubuk
orcein dimasukkan sebanyak 1 g, diaduk-aduk selama beberapa saat hingga mendidih.
Terakhir ditambahkan akuades sebanyak 27.5 ml. Sebelum disimpan (dalam botol gelap
bertutup rapat) dilakukan penyaringan.

12
II. KROMOSOM POLYTEN

Tujuan:

1. Membuat preparat kromosom polyten dari kelenjar ludah larva Drosophila


melanogaster.
2. Mengetahui struktur kromosom polyten.

Dasar Teori:

Kromosom polyten adalah kromosom yang jauh lebih besar daripada ukuran
kromosom pada umumnya, bersifat multistrand dan polyten. Kromosom ini terjadi melalui
proses endomitosis. Benang-benang kromosomnya berulangkali mengalami replikasi tanpa
pembelahan sentromer, sehingga terbentuk kromosom besar dengan satu sentromer dan
lebih dari dua lengan yang berukuran panjang seperti pita. Pita tersebut terbentuk karena
adanya hubungan kromomer-kromomer dari benang-benang kromosom yang seharusnya
terpisah. Pita-pita kromosom ini berisi DNA seperti halnya kromosom biasa.

Kromosom polyten dijumpai pada larva serangga, khususnya dari ordo Diptera
seperti lalat buah. Pada larva lalat buah terdapat kelenjar ludah di bagian anterior
tubuhnya. Apabila bagian anterior dikeluarkan, kelenjar ludah bersama dengan pita lemak
akan ikut keluar. Dengan pewarnaan acetoorcein, kromosom polyten tampak sebagai pita
yang terwarna gelap-terang. Pita gelap merupakan heterokromatin, berisi DNA yang
mengalami kondensasi dengan kuat. Daerah yang lebih terang disebut eukromatin,
kondensasinya kurang kuat.
Pada D. melanogaster, fase larva umumnya terdapat pada hari 1 – 3 setelah
peletakan telur. Siklus hidup lalat ini dari telur hingga dewasa adalah sbb:

13
Tabel 1. Siklus hidup Drosophila melanogaster

Waktu Tahap Perkembangan


(Jam) (Hari)
0 0 Peletakan telur
0 – 22 0–1 Embrio
22 1 Larva instar I
47 2 Larva instar II
70 3 Larva instar III
118 4–5 Pembentukan pupa
122 5 Ulat (larva instar IV)
130 5–6 Adanya kepala, sayap, dan kaki
167 7 Pigmentasi mata
214 9 Stadium dewasa tetapi sayap masih
terlipat
215 9 Sayap membuka mencapai ukuran
normal, masa reproduksi

(Diambil dari Poulson & Bodenstein dalam Demeree, 1950)

Kromosom polytene Drosophila melanogaster diperlihatkan pada Gambar 2.


Cara memperoleh kelenjar salivary dapat dilakukan dengan pinset (Gambar 3) dan
diperjelas pada Gambar 4.

Gambar 2. Kromosom polytene Drosophila melanogaster

14
Gambar 3. Posisi kelenjar salivary

Gambar 4. Cara memperoleh kelenjar salivary

Bahan:

Larva Drosophila melanogaster, larutan garam fisiologis, dan asetoorcein.

15
Alat:

Jarum diseksi, kertas hitam, gelas benda dan penutupnya, serta mikroskop diseksi.

Cara Kerja:

Pertemuan ke-1

1. Tangkaplah Drosophila dengan cara mengumpaninya dengan buah-buahan yang


dimasukkan dalam gelas bekas air minum.
2. Upayakan ada beberapa Drosophila yang masuk da nada jantan betinanya. Tutuplah
gelas tersebut dengan plastik yang dilubangi (ditusuk-tusuk dengan jarum).
3. Biarkan hingga satu minggu atau sampai diperoleh larva serangga.

Pertemuan ke-2

1. Sediakan larva D. melanogaster melalui pembiakan dalam botol.


2. Pilihlah larva muda (larva instar I/II: 1 – 2 hari dari telur) dan letakkan di atas gelas
benda yang dialasi kertas hitam.
3. Lakukan diseksi pada mikroskop diseksi. Bagian posterior larva dipegang dengan
satu jarum diseksi, sedangkan bagian anterior (dekat mulut larva yang berwarna
hitam) ditarik ke arah luar dengan jarum diseksi lain. Seluruh isi larva akan keluar.
4. Ambil kelenjar ludah larva (2 buah, berada pada bagian paling depan. Gambar 2A,
2B). Buanglah pita lemak yang melekat pada kelenjar ludah yang tampak
bergranuler.
5. Pindahkan kenjar ludah tersebut pada gelas benda lain yang sudah ditetesi
asetoorcein, dan tutuplah dengan gelas penutup. Sapulah dengan tisu pewarna yang
keluar dari gelas penutup.
Catatan: penambahan sedikit zat besi dengan cara membenamkan pisau silet yang tidak
anti karat pada pewarna akan memperjelas kromosom.

6. Tekanlah gelas penutup dengan ibu jari agar isi sel dapat keluar dari sel.
7. Panaskan dengan hati-hati di atas nyala api, tetapi jangan sampai mendidih.
8. Amati pada mikroskop, dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

16
Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud kromosom polyten?


2. Mengapa untuk mengamati kromosom polyten diagunakan larva yang masih muda?
3. Berapa jumlah sentromer dan lengan kromosom polyten?

17
III. PERKAWINAN MONOHIBRID PADA Drosophila melanogaster

Tujuan:

1. Melakukan perkawinan monohibrid pada Drosophila melanogaster.


2. Mengamati pewarisan sifat hasil perkawinan monohibrid D. melanogaster.

Dasar Teori:

Sifat-sifat keturunan merupakan gabungan sifat antara induk jantan dan induk
betina melalui perkawinan. Sesuai dengan Hukum Mendel, pada saat pembentukan gamet
terjadi pemisahan sifat secara bebas, sedangkan pada saat pembuahan terjadi bertemunya
sifat-sifat dari kedua gamet.
Pada dua individu yang saling kawin terdapat sifat-sifat dominan dan sifat-sifat
resesif. Menurut Mendel, sifat dominan akan muncul pada seluruh keturunan F1,
sedangkan sifat resesif baru akan muncul pada sebagian kecil F2. Perkawinan antara dua
individu dengan satu sifat beda (monohibrid) akan menghasilkan 100% F1 mempunyai
fenotip dominan. Pada F2 akan diperoleh perbandingan fenotip 75% dominan dan 25%
resesif.

Penyimpangan rasio fenotip dapat terjadi pada suatu sifat yang terangkai pada
kromosom kelamin. Sebagai contoh pada lalat buah, sifat mata putih adalah terangkai pada
kromosom X. Percobaan Thomas Hunt Morgan pada tahun 1910 menunjukkan hasil
perkawinan lalat buah mata merah (normal, dominan) dan mata putih (mutan, resesif).
Lalat buah jantan mata putih yang dikawinkan dengan lalat buah betina mata merah
homozigot, seluruh F1 bermata merah. Pada F2 diperoleh lalat mata merah dan lalat mata
putih dengan perbandingan 3:1, dengan seluruh lalat bermata putih berkelamin jantan.

Perkawinan resiprok pada umumnya menghasilkan rasio fenotip yang sama.


Perkawinan resiprok pada kasus terangkai kromosom X memberikan hasil yang berbeda.
Jika lalat buah jantan mata merah dikawinkan dengan lalat buah betina mata putih, pada F1
diperoleh lalat jantan seluruhnya bermata putih dan lalat betina seluruhnya bermata merah
heterozigot. Apabila F1 dibiarkan kawin sesamanya, pada F2 akan diperoleh lalat mata
merah dan lalat mata putih dengan perbandingan 1:1.

18
Drosophila melanogaster merupakan hewan yang sering digunakan dalam
percobaan genetika karena daur hidupnya yang pendek (2 minggu), mudah diperoleh, dan
mudah dibiakkan dalam medium sederhana. Lalat buah ini mempunayi 8 kromosom atau 4
pasang kromosom homolog. Kromosom I merupakan kromosom kelamin, sedangkan
kromosom II – IV merupakan autosom. Masing-masing kromosom berisi gen-gen yang
membawa sifat berbeda-beda. Mutasi pada suatu gen pada kromosom tertentu memberikan
fenotip yang berbeda dari tipe liar/normalnya. Mata putih adalah mutasi pada kromosom I
terkait pada kromosom X, sehingga pada kromosom Y tidak membawa mutasi ini. Warna
tubuh hitam dan bentuk sayap vestigial merupakan hasil mutasi pada kromosom II. Sifat
tubuh ebony dan mata sephia adalah mutasi pada kromosom III. Kromosom IV berukuran
sangat pendek dan hanya membawa lima gen.

Bahan:

Lalat buah D. melanogaster tipe liar, D. melanogaster mata putih (mutan kromosom
terangkai X), dan D. melanogaster mutan kromosom somatis.

Alat:

Botol selai, botol pembius, kapas, kuas gambar, dan loupe.

Pertemuan ke-1 :

Membuat media pertumbuhan lalat buah


Makanan untuk lalat buah adalah media pisang agar dengan komposisi:
300 g pisang dihaluskan, 3.5 g agar-agar, 75 g gula merah, dan 200 ml air direbus hingga
mendidih. Setelah agak dingin (suhu sekitar 50 C) ditambahkan 10 g ragi roti dan 6 ml
larutan asam benzoat (2.5 g asam benzoat dalam 60 ml alkohol/etanol).

Membedakan jenis kelamin D. melanogaster

19
1. Ujung abdomen lalat betina memanjang dan meruncing, sedangkan pada lalat jantan
membulat (Gambar 4).
2. Lalat jantan memiliki sisir kelamin (sex comb), yaitu rambut-rambut kaku berwarna
hitam di permukaan distal tarsus terakhir kaki depan. Lalat betina tidak memiliki sisir
kelamin (Gambar 5).

Pertemuan ke-2: Persilangan

Menentukan lalat betina perawan


Lalat betina yang akan digunakan dalam perkawinan harus bersifat perawan. Untuk ini
perlu diketahui siklus hidup lalat D. melanogaster. Saat telur telah menetas dan tumbuh
sampai tahap pupa (sekitar 5 hari), semua lalat dewasa diambil dari botol kultur. Pupa
dalam botol dibiarkan selama 8 – 10 jam sehingga menjadi lalat dewasa. Lalat betina
dewasa yang baru terbentuk dapat dipastikan masih perawan, dan harus segera dipisahkan
dari lalat jantan.

Lalat jantan yang akan digunakan dalam perkawinan dapat diambil dari segala umur.

Pembiusan
Pembiusan lalat dilakukan dengan eter. Sebelum pembiusan, lalat dipindahkan ke botol
lain yang bersih, dengan lebar kedua mulut botol sama. Pemindahan dilakukan pada
tempat yang terang karena lalat menyukai sinar. Apabila botol di bagian bawah ditutup
dengan kertas, lalat akan terbang ke botol lain yang berada di atas (Gambar 6).
Cara Kerja:
1. Basahilah kapas pada botol pembius dengan eter secukupnya (Eter merupakan pembius
kuat. Apabila eter terlalu banyak dapat mematikan lalat. Kerjakan pada almari asam
dengan hati-hati).
2. Ambil botol kultur berisi lalat yang akan dibius. Ketok-ketoklah mulut botol agar lalat
menjauhi mulut botol.
3. Bukalah botol kultur bersamaan dengan menangkupkan botol pembius pada mulut
botol kultur. Usahakan tidak ada lalat yang terbang keluar botol. Eterisasi selama 1
menit akan membuat lalat terbius dan berhenti bergerak.
4. Lepaskan botol pembius dan keluarkan lalat dari botol kultur ke atas kertas putih.
Dengan menggunakan kuas, pisahkan lalat-lalat yang mati, ditandai dengan

20
membukanya sayap dan kaki ke arah samping. Pisahkan pula lalat jantan dan lalat
betina, gunakan sesuai dengan kebutuhan.
Catatan:
Lalat akan terbius dalam waktu 5 – 10 menit, sehingga pengamatan harus dilakukan
secara cepat. Apabila pengamatan dan pemisahan belum selesai tetapi lalat-lalat sudah
mulai bangun, dapat dilakukan pembiusan ulang menggunakan eter yang diteteskan pada
segumpal kapas.

Perkawinan D. melanogaster
1. Ambil masing-masing 5 induk jantan dan 5 induk betina perawan yang masih dalam
keadaan terbius. Masukkan ke dalam botol kultur baru dengan cara meletakkannya
pada selembar kertas steril, sehingga tidak langsung menyentuh makanannya.
2. Berilah label persilangan pada botol kultur tersebut, Tuliskan nama/kelompok Anda,
macam perkawinan (fenotip induk) dan jumlah masing-masing induk, dan tanggal
perkawinan. Letakkan botol kultur pada suhu yang sesuai (250C).
3. Lakukan pengamatan 1 – 2 hari sesudah perkawinan. Apabila ada induk yang mati,
segera ganti dengan induk baru.
4. Amati setelah 1 minggu. Apabila telah terbentuk larva, keluarkan seluruh induk dan
pindahkan ke botol lain. Apabila belum terbentuk larva, tunggu kira-kira 3 hari
kemudian.

Pertemuan ke-4: Pewarisan Sifat


1. Amati setelah 2 minggu sejak tanggal perkawinan. Keluarkan seluruh lalat dan
hitunglah F1 yang dihasilkan. Catat jumlah masing-masing jenis kelamin dan
fenotip atau fenotip-fenotip yang muncul.
2. Buatlah laporan sementara dalam bentuk tabel sebagai berikut.
P : … ekor …(fenotip, genotip)… >< … ekor …(fenotip, genotip)…..
Gamet : ……….. ………….

21
F1 :
Jenis kelamin Fenotip Genotip
Jantan/beti Jumla Maca Jumla Simbo Jumla
na h m h l h

3. Buatlah uji X2 (chi-square) terhadap hasil perkawinan tersebut. Simpulkan hasil


perkawinan tersebut apakah sesuai dengan Hukum Mendel.

Pertanyaan:
1. Mengapa dalam percobaan tidak boleh ada lalat yang terbang keluar botol?
2. Apa guna uji X2 dalam percobaan ini?

22
IV. KARYOTIPE DAN ANALISIS KELAINAN GENETIK

Tujuan:
1. Mengetahui jumlah dan ukuran kromosom manusia serta menyusun karyotipenya.
2. Menentukan kelainan fisik suatu individu akibat abnormalitas kromosomnya.

Dasar Teori:
Tjio dan Levan (1956) mendapatkan bahwa inti sel tubuh manusia mempunyai 46
kromosom, terdiri atas 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom kelamin. Wanita normal
mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laki-laki normal mempunyai 1 kromosom X dan 1
kromosom Y. Dengan demikian formula kromosom wanita normal dituliskan sebagai
46AA, XX atau 22A, XX. Formula kromosom laki-laki normal dituliskan 46AA, XY.
Aberasi kromosom merupakan kelainan pada struktur atau jumlah kromosom dari
yang seharusnya. Aberasi kromosom menyebabkan perubahan formula kromosom,
misalnya 46 AA, XO; 46AA, XYY; dan 46AA+21, XY. Perubahan formula tersebut
menimbulkan kelainan atau cacat bawaan pada individu yang mengalaminya. Contohnya
adalah 46AA, XO menunjukkan wanita yang mengalami sindrom Turner, terjadi karena
peristiwa gagal berpisah (non-disjunction) pada saat pembentukan gamet. Sindrom Turner
menyebabkan seorang wanita tidak tumbuh ciri-ciri kelamin sekundernya dan tidak dapat
mempunyai keturunan.
Memelajari abnormalitas karyotipe bermanfaat dalam menganalisis suatu kelainan
genetik. Dengan mengetahui kelainan genetik, penyebab dan ciri-cirinya, maka
pencegahan dan terapi terhadap suatu kelainan genetik dapat dilakukan.
Kromosom-kromosom seorang individu disusun berdasarkan atas jumlah, bentuk,
dan ukurannya, disebut sebagai karyotipe. Bentuk dan ukuran kromosom dapat dilihat
pada saat metafase. Letak sentromer suatu kromosom bersifat tetap, membagi kromosom
menjadi lengan panjang dan lengan pendek. Berdasarkan letak sentromernya terdapat
kromosom metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Pada karyotipe
manusia tidak dijumpai adanya kromosom telosentris.
Cara preparasi kromosom manusia dilakukan melalui tahapan sbb.:
1. Pengambilan sel untuk penyusunan kariotipe dilakukan sebelum kelahiran
(prenatal) atau postnatal (setelah kelahiran).

23
2. sel prenatal dari cairan ketuban (amniocentesis) dan chorionic villi sampling (CVS)
(Gambar 5)
3. sel postnatal berasal dari pengambilan contoh sel tumor dan sel kulit mulut
4. sel diperbanyak selama 1-2 hari
5. sel dipertahankan pada metafase menggunakan kolkisin
6. sel disebar pada gelas obyek lalu diwarnai
7. kromosom difoto
8. dilakukan penghitungan jumlah kromosom dan penyusunan karyotype.

Pembuatan karyotipe dapat dilakukan dengan bantuan idiogram dan karyogram.


Idiogram atau diagram pencar (Scatter plot) merupakan diagram yang menggambarkan
kumpulan kromosom suatu individu. Pembuatan idiogram bertujuan untuk memperjelas
bentuk kromosom menurut kelompoknya. Pembuatan karyogram bertujuan untuk
mengetahui pasangan-pasangan kromosom berdasarkan urutan dari rasio terkecil sampai
yang terbesar.

Alat dan Bahan:


Copy perbesaran potret kromosom manusia, gunting, lem, penggaris, dan kertas
milimeter.

Cara Kerja:
1. Gunting-guntinglah tiap gambar kromosom yang terdapat pada copy perbesaran potret
kromosom manusia. Lakukan dengan hati-hati agar tidak ada yang tercecer.
2. Hitung dan catat jumlah seluruh kromosom tersebut.
3. Ukur panjang lengan masing-masing kromosom menggunakan penggaris, dengan
satuan milimeter. Konversikan ukuran yang Anda peroleh ke dalam satuan mikron (1
m = 0.8 mm). Kromosom mempunyai lengan pendek (p) dan lengan panjang (q),
yang ditentukan dengan cara mengukur panjang dari sentromer ke ujung lengan
kromosom. Parameter yang perlu diamati untuk setiap kromosom adalah sbb.:

a. Rasio lengan kromosom = q/p


b. Panjang total lengan =q+p

24
c. Panjang relatif = q + p x 100
(q+p) set kromosom haploid
d. Indeks sentromer = p x 100
p+q

4. Tentukan pasangan kromosom dengan cara sbb.:


Mula-mula kromosom disusun dengan diberi nomor secara acak. Buatlah diagram
pencar (idiogram) untuk tiap nomor kromosom tersebut: panjang total lengan sebagai
sumbu X dan rasio lengan sebagai sumbu Y. Setiap titik dalam diagram pencar diberi
nomor sesuai dengan nomor kromosom. Pasang-pasangkanlah kromosom tersebut
berdasarkan dua titik yang paling berdekatan. Apabila terdapat lebih dari dua titik yang
berdekatan, penentuan diperkuat dengan melihat bentuk kromosom. Letak paling
berdekatan dan bentuk yang sama menunjukkan satu pasangan kromosom.
5. Susunlah karyotipe dengan cara menempatkan pasangan-pasangan kromosom dari
panjang total kromosom terbesar sampai yang terkecil. Kelompokkanlah pasangan-
pasangan kromosom berdasarkan urutan dari rasio lengan terkecil sampai rasio lengan
terbesar.
a. Rasio 1.0 – 1.7 : metasentrik
b. Rasio 1.7 - < 3.0 : submetasentrik
c. Rasio 3.0 - < 7.0 : subtelosentrik
d. Rasio > 7.0 : telosentrik
6. Tentukan jenis kelamin dan normal/tidaknya individu pemilik karyotipe di atas
berdasarkan:
a. Jumlah kromosom.
b. Letak kekurangan/kelebihan kromosom atau lokus pada kromosom seks atau
kromosom tubuh, dan pada kromosom nomor berapa.
7. Tentukan jenis kelainan atau sindrom yang dialami individu berdasarkan abnormalitas
kromosom yang Anda telah Anda peroleh.

Pertanyaan:
1. Apa fungsi karyotipe?

25
2. Bagaimana suatu abnormalitas kromosom (sesuai yang Anda peroleh dalam
praktikum) dapat terjadi? Apakah kelainan itu akan diwariskan apabila individu
tersebut menikah?

Karyotipe manusia normal:

26
Karyotipe-karyotipe abnormal:

Gambar 7. Kariotipe penderita Sindrom Down

Gambar 10. Kariotipe Penderita kanker

27
V. GENETIKA POPULASI

Tujuan :
1. Menerapkan prinsip Hardy-weinberg equilibrium
2. Menentukan frekuensi alel ganda

Dasar Teori:
Genetika populasi memelajari pengaruh gen-gen dalam suatu populasi,
menguraikan secara matematik akibat dari penurunan suatu sifat pada tingkat populasi.
Prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa di dalam populasi yang
seimbang terdapat frekuensi gen dan genotip yang tetap dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Adanya faktor lingkungan, misalnya seleksi, migrasi, dan mutasi dapat
menyebabkan perubahan pada frekuensi gen, sehingga terjadi perubahan evolusioner
dalam populasi.
Golongan darah sistem ABO pada manusia merupakan sifat yang ditentukan oleh
alel ganda. Dalam sistem ABO terdapat tiga alel, yaitu IA, IB, dan IO atau i. Alel i bersifat
resesif terhadap alel-alel lainnya. Alel IA dan IB merupakan alel kodominan, sehingga IA
tidak dominan terhadap IB maupun sebaliknya. Interaksi antara ketiga alel tersebut
menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah
A mempunyai genotip IAIA atau IAi , golongan darah B bergenotip IBIB atau IBi, golongan
darah AB bergenotip IAIB , dan genotip golongan darah O adalah ii.

Pengujian golongan darah sistem ABO dilakukan dengan mereaksikan serum


terhadap sampel darah.

Tabel 1. Reaksi Aglutinasi pada Golongan Darah Sistem ABO


Golongan Darah Serum anti-A Serum anti-B
A Aglutinasi Non-aglutinasi
B Non-aglutinasi Aglutinasi
AB Aglutinasi Aglutinasi
O Non-aglutinasi Non-aglutinasi

28
Golongan darah A mempunyai antigen A dan membentuk zat anti B. Golongan darah B
mempunyai antigen B dan membentuk zat anti-A. Golongan darah AB mempunyai antigen
A dan B sehingga tidak membentuk zat anti A maupun B. Golongan darah O tidak
mempunyai antigen, membentuk zat anti A dan B.

Alat dan Bahan:


Data golongan darah sistem ABO peserta praktikum, kertas, dan pensil.

Cara Kerja:
1. Kumpulkan data tipe golongan darah sistem ABO (Tipe A, B, AB, O) dari populasi
mahasiswa peserta praktikum genetika.
2. Plotkan data yang diperoleh dalam tabel untuk mengumpulkan data kelas.
3. Hitung masing-masing jumlah individu pada tiap-tiap tipe golongan darah (Tipe A, B,
AB, O).
4. Hitung jumlah total individu dan tentukan frekuensi masing-masing tipe golongan
darah. Frekuensi ini merupakan frekuensi yang teramati (‘observed’).
5. Tuliskan prediksi frekuensi di tabel.

Tabel 2. Frekuensi Golongan Darah pada Populasi Mahasiswa Genetika

Fenotip Jumlah Frekuensi Frekuensi


Individu yang diamati yang
diprediksi
Tipe A p2 + 2 pr
Tipe B q2 + 2 qr
Tipe AB 2 pq
Tipe O r2
Total p2 + 2 pq + 2
pr + 2 qr + r2

Golongan darah tipe A memiliki genotip IAIA dan IAi , golongan darah tipe B memiliki
genotip IBIB dan IBi, golongan darah tipe AB memiliki genotip IAIB, golongan darah O
memiliki genotip ii. Frekuensi alel dilambangkan dengan huruf p dan q. Nilai p, q, dan r
berkisar antara 0 dan 1, dengan jumlah total p + q + r = 1 . Contoh penerapannya jika
frekuensi alel A = p dan alel B = q dan alel i = r maka jika nilai p = 0,5 dan nilai q =
0,3 maka nilai r = 0,2.

29
Persamaan rumus kesetimbangan Hardy-Weinberg p + q + r =1 maka frekuensi genotip
pada alel ganda golongan darah berdasarkan sistem ABO adalah
p2 + 2 pq + 2 pr + q2 + 2 qr + r2 = 1

Pertanyaan :
1. Berapakah frekwensi alel dari masing-masing alel dalam populasi sampel golongan
darah ABO ?
3. Apakah manfaat persamaan Hardy-Weinberg dalam populasi sampel golongan
darah ABO ?
4. Buatlah diagram golongan darah keluarga anda. Perkirakan genotip golongan
darah anda.

30
KRITERIA LAPORAN MAHASISWA

A. Laporan Sementara
Mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara di kelas setiap satu mata acara
praktikum. Laporan sementara berisi judul, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, dan hasil
pengamatan. Laporan sementara wajib ditandatangani oleh asisten praktikum, selanjutnya
dibawa pulang sebagai dasar menyusun laporan akhir.

B. Laporan Akhir Praktikum


Laporan akhir tiap mata acara praktikum disusun di rumah dan dikumpulkan satu
minggu setelah suatu mata acara dipraktikumkan. Laporan akhir merupakan tulisan tangan
asli dengan format sbb:
1. Cover: nama mata kuliah, judul praktikum, logo UNDIP, identitas mahasiswa, nama
Departemen dan tahun pelaksanaan.
2. Isi Laporan:
A. JUDUL
B. TUJUAN
C. KEGUNAAN
D. TINJAUAN PUSTAKA (maksimal 1 halaman)
E. METODE
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
J. SIMPULAN
K. DAFTAR PUSTAKA
L. LAMPIRAN : Laporan Sementara yang sudah ditandatangani Asisten

31
DAFTAR PUSTAKA

Adisewoyo, 2001, Genetika Strata I, Gadjah Mada University Pers, Yogyakarta.

Fairbanks, D.J. & Andersen, W.A., 1999, Genetics, Brooks/Cole Publishing Company,
Toronto

Strickberger, M.W., 1962, Experiments in Genetics with Drosophila, John Wiley and
Sons, London.

Suminah, Sutarno, Setyawan, A.D. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) dengan
Pemberian Kolkisin. Biodiversitas Vol. 3 No.1

Thompson, M.W., McInnes, R.R., Willard, H.F., Genetics in Medicine, W.B. Saunders
Company, Tokyo.

Tseng, CC. 1995. Human Chromosome Analysis. Dept of Biol. SC. Purdue Univ.
Indiana. Chapt 3. P. 33-56

Voet & Voet, 1999, Biochemistry, John Wiley and Sons, London.

32
33

Anda mungkin juga menyukai