Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Bioteknologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSTAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
1
IDENTITAS DOKUMEN
Tim Penyusun
2
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya Tim Departemen Biologi
dapat menyelesaikan Buku Penuntun Praktikum Biologi dalam rangka pelaksanaan
kurikulum S1 tahun 2017.
Penuntun Praktikum ini disusun dalam rangka membantu pelaksanaan kegiatan Praktikum
di lingkungan Departemen Biologi FSM Universitas Diponegoro. Buku penuntun
praktikum ini dipersiapkan dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang relevan
dengan teori perkuliahan berdasarkan kurikulum S1 Biologi tahun 2017.
Mahasiswa peserta praktikum diharapkan dapat mempersiapkan segala hal terkait dengan
kegiatan praktikum di Departemen Biologi. Ketentuan dan mekanisme kerja praktikum
telah ditetapkan sesuai yang tertera pada Buku Penuntun Praktikum ini.
Akhirnya tiada gading yang tak retak, Departemen Biologi dan seluruh pihak terkait
menyadari bahwa Buku Penuntun Praktikum ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
Departemen Biologi senantiasa menanti saran dan masukan dari berbagai pihak khususnya
civitas akademika dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu proses pembelajaran serta
kegiatan Praktikum di Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro Semarang.
Tim Penyusun
3
DESKRIPSI PRAKTIKUM GENETIKA
Parktikum Genetika merupakan satu aktivitas terpadu dari matakuliah Genetika dengan
sks (2-1) yaitu 2 sks perkuliahan dan 1 sks praktikum. Dalam praktikum ini diperkenalkan
dan dibahas tentang pembelahan sel, kromosom, pewarisan sifat, dan genetika populasi.
STANDAR KOMPETENSI :
Standar kompetensi Praktikum Genetika yaitu mahasiswa diharapkan:
1. Mahasiswa memahami struktur kromosom dan pembelahan sel, mekanisme
pewarisan sifat menurut Hukum Mendel, karyotipe kromosom manusia dan
kelainan genetik akibat abnormalitas kromosomnya, serta frekuensi gen dalam
populasi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan isi praktikum dalam penyelesaian masalah Genetika
dan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu yang lain.
3. Mahasiswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab, berani mengemukakan
pendapat atau bertanya, menghargai pendapat orang lain, belajar mandiri, mawas
diri, pengendalian diri, motivasi, belajar sepanjang hayat.
KOMPETENSI DASAR :
Kompetensi Dasar Praktikum Genetika yaitu :
1. Mahasiswa mengerti dan memahami arti atau konsep pembelahan sel pada akar
tanaman dan tahap-tahapnya, proses dan mekanisme yang tercakup di dalamnya,
dan indeks mitosis pada sel-sel yang diamati.
2. Mahasiswa dapat mengisolasi kromosom dari kelenjar ludah larva Drosophila dan
memahami struktur kromosom polyten.
3. Mahasiswa dapat mengamati siklus hidup Drosophila, menentukan jenis kelamin
individu dewasa, melakukan persilangan dengan satu sifat beda, dan menentukan
sifat keturunan yang dihasilkan.
4. Mahasiswa dapat membuat karyotype manusia berdasarkan kromosom-kromosom
yang dimiliki suatu individu dan menentukan abnormalitas yang terjadi karena
aberasi kromosom.
5. Mahasiswa dapat menghitung frekuensi alel dalam suatu populasi.
4
MATERI PRAKTIKUM
Acara I. Asistensi
Acara II. Pembelahan Mitosis (3 x pertemuan)
Acara III. Kromosom Polyten (2 x pertemuan)
Acara IV. Persilangan Drosophyla melanogaster (3 x pertemuan)
Acara V. Karyotype dan Analisis Kelainan Genetik (2 x pertemuan)
Acara VI. Genetika Populasi (1 x pertemuan)
Acara VII Inhal
Acara VIII Responsi
5
ACARA I
ASISTENSI
Ketentuan Umum
1. Mahasiswa peserta praktikum wajib memenuhi syarat akademik sesuai
ketentuan yang berlaku di Departemen Biologi.
2. Mahasiswa peserta praktikum disebut Praktikan.
3. Mahasiswa yang membantu dosen pengampu dalam pelaksanaan praktikum
disebut Asisten.
4. Praktikan dipandu oleh asisten dalam pelaksanaan kegiatan praktikum.
5. Praktikan wajib mematuhi ketentuan yang berlaku termasuk mengikuti
arahan asisten pada saat pelaksanaan praktikum.
6. Praktikan wajib menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban pelaksanaan
praktikum.
6
Undip nomor 15 tahun 2017).
2. Praktikan wajib hadir di laboratorium selambat-lambatnya 10 menit sebelum
praktikum dimulai.
3. Praktikan yang terlambat hadir pada acara praktikum WAJIB meminta ijin
kepada dosen pengampu praktikum.
4. Praktikan yang tidak hadir pada acara praktikum dapat mengajukan
permohonan Inhal (penggantian waktu) dengan syarat dan ketentuan
menyesuaikan keputusan Pengelola Laboratorium penyelenggara praktikum.
Ketentuan Laporan
1. Praktikan wajib menyusun laporan praktikum sesuai acara yang
dilaksanakan sesuai ketentuan.
2. Format dan sistematika laporan mengikuti ketentuan yang berlaku di
Laboratorium
Ketentuan Evaluasi
1. Bentuk evaluasi dilaksanakan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh
pengelola Laboratorium atau tim pengampu praktikum.
2. Sebelum acara praktikum dimulai dilaksanakan pre test
3. Setelah acara praktikum dilaksanakan post test.
4. Evaluasi akhir acara praktikum berupa Responsi
7
I. MITOSIS PADA AKAR TANAMAN
DENGAN METODE REMASAN (SQUASH)
Tujuan:
Dasar Teori:
Salah satu ciri dasar makhluk hidup adalah reproduksi. Reproduksi pada tumbuhan
dan hewan tingkat tinggi pada umumnya terjadi melalui perkawinan. Pada tingkat sel,
reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan sel. Sel-sel tubuh (somatis) membelah
secara mitosis, artinya pembelahan sel tanpa terjadi pengurangan jumlah kromosom pada
sel-sel anakannya. Sel-sel kelamin membelah secara meiosis, yaitu pembelahan sel yang
menyebabkan adanya pengurangan jumlah kromosom sel-sel anakan menjadi setengah dari
jumlah kromosom sel induknya, misalnya dari diploid menjadi haploid. Sel-sel kelamin
yang haploid bertemu dalam pembuahan menghasilkan jumlah kromosom yang kembali
diploid pada zigot.
8
Gambar 1. Fase-fase mitosis pada sel tumbuhan
Interfase merupakan fase di antara pembelahan sel. Pada fase ini inti sel tampak
keruh dengan benang-benang kromatin yang halus.
Kromosom tampak jelas pada saat metafase, sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Jumlah kromosom suatu spesies adalah tetap sepanjang hidupnya. Jumlah kromosom antar
spesies berbeda-beda, misalnya pada lalat buah hanya terdapat 8 kromosom, lalat rumah
12, padi 24, jagung 20, kacang ercis 14, dan bawang 16 kromosom.
Banyaknya sel yang mengalami mitosis dinyatakan dalam indeks mitosis. Indeks
mitosis merupakan perbandingan banyaknya sel yang mengalami mitosis di antara semua
sel dalam suatu jaringan.
9
Bahan:
Akar tanaman bawang merah, bawang putih, kacang hijau, kacang kedelai, jagung; HCl
1N, asetoorcein, dan asam asetat.
Alat:
Pisau silet, gelas arloji, skalpel, gelas benda dan penutupnya, oven (600C), dan mikroskop.
Cara Kerja:
Pertemuan ke-1
1. Siapkan media tanam berupa tanah atau kapas basah yang diletakkan pada wadah
terbuka.
2. Kupaslah umbi lapis bawang merah/putih dan potonglah sedikit bagian pangkal
umbinya.
3. Tumbuhkan bawang pada medium tanah/kapas basah dengan cara membenamkan
bagian pangkal umbi ke dalam tanah atau meletakkannya di atas permukaan kapas
basah.
4. Jaga kelembapan media tanam dengan cara menyiraminya setiap hari.
Pertemuan ke-2
1. Saat akar mulai tumbuh (3 – 4 hari setelah tanam), ambilah umbi yang mulai
berakar tersebut.
2. Cucilah umbi dengan air mengalir hingga bersih.
10
3. Rendamlah pangkal sebuah umbi bawang ke dalam larutan kolkisin 0,1% selama
24 jam. Satu umbi bawang direndam dalam akuades sebagai kontrol.
4. Angkat umbi bawang dan cucilah dengan air mengalir.
5. Tanam kembali umbi bawang ke media tanam yang digunakan sebelumnya.
Pertemuan ke-3
1. Saat praktikum diharapkan akar sudah tumbuh sepanjang 1 – 2 cm.
2. Pilihlah akar muda yang sedang aktif tumbuh. Potong sepanjang 5 mm dengan
jarak sekitar 5 mm dari ujung.
3. Pindahkan potongan akar ke dalam gelas arloji yang berisi asetoorcein dan HCl 1 N
(10:1).
4. Inkubasikan dalam oven pada suhu 600C selama 5 menit.
5. Pindahkan potongan akar ke dalam gelas benda. Potong-potong lagi menjadi 2 – 3
bagian, kemudian tambahkan 2 – 3 tetes asetoorcein.
6. Tutuplah gelas benda dengan gelas penutup. Sapulah dengan tisu jika ada pewarna
yang berada di luar gelas penutup.
7. Tekanlah gelas penutup dengan ibu jari atau gagang pensil (di-squash) agar sel-sel
lebih menyebar dan tipis.
8. Panaskan gelas benda dalam oven 600C selama 1 menit atau lewatkan di atas nyala
api (jangan sampai terlalu panas untuk disentuh).
9. Amati fase-fase mitosis akar bawang dengan perlakuan kolkisin, pengamatan
menggunakan mikroskop. Bandingkan dengan kontrol.
10. Hitunglah indeks mitosis masing-masing perlakuan.
Pertanyaan:
11
Catatan:
Asam asetat glasial sebanyak 22.5 ml dipanaskan dalam waterbath hingga 1000C. Bubuk
orcein dimasukkan sebanyak 1 g, diaduk-aduk selama beberapa saat hingga mendidih.
Terakhir ditambahkan akuades sebanyak 27.5 ml. Sebelum disimpan (dalam botol gelap
bertutup rapat) dilakukan penyaringan.
12
II. KROMOSOM POLYTEN
Tujuan:
Dasar Teori:
Kromosom polyten adalah kromosom yang jauh lebih besar daripada ukuran
kromosom pada umumnya, bersifat multistrand dan polyten. Kromosom ini terjadi melalui
proses endomitosis. Benang-benang kromosomnya berulangkali mengalami replikasi tanpa
pembelahan sentromer, sehingga terbentuk kromosom besar dengan satu sentromer dan
lebih dari dua lengan yang berukuran panjang seperti pita. Pita tersebut terbentuk karena
adanya hubungan kromomer-kromomer dari benang-benang kromosom yang seharusnya
terpisah. Pita-pita kromosom ini berisi DNA seperti halnya kromosom biasa.
Kromosom polyten dijumpai pada larva serangga, khususnya dari ordo Diptera
seperti lalat buah. Pada larva lalat buah terdapat kelenjar ludah di bagian anterior
tubuhnya. Apabila bagian anterior dikeluarkan, kelenjar ludah bersama dengan pita lemak
akan ikut keluar. Dengan pewarnaan acetoorcein, kromosom polyten tampak sebagai pita
yang terwarna gelap-terang. Pita gelap merupakan heterokromatin, berisi DNA yang
mengalami kondensasi dengan kuat. Daerah yang lebih terang disebut eukromatin,
kondensasinya kurang kuat.
Pada D. melanogaster, fase larva umumnya terdapat pada hari 1 – 3 setelah
peletakan telur. Siklus hidup lalat ini dari telur hingga dewasa adalah sbb:
13
Tabel 1. Siklus hidup Drosophila melanogaster
14
Gambar 3. Posisi kelenjar salivary
Bahan:
15
Alat:
Jarum diseksi, kertas hitam, gelas benda dan penutupnya, serta mikroskop diseksi.
Cara Kerja:
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
6. Tekanlah gelas penutup dengan ibu jari agar isi sel dapat keluar dari sel.
7. Panaskan dengan hati-hati di atas nyala api, tetapi jangan sampai mendidih.
8. Amati pada mikroskop, dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
16
Pertanyaan:
17
III. PERKAWINAN MONOHIBRID PADA Drosophila melanogaster
Tujuan:
Dasar Teori:
Sifat-sifat keturunan merupakan gabungan sifat antara induk jantan dan induk
betina melalui perkawinan. Sesuai dengan Hukum Mendel, pada saat pembentukan gamet
terjadi pemisahan sifat secara bebas, sedangkan pada saat pembuahan terjadi bertemunya
sifat-sifat dari kedua gamet.
Pada dua individu yang saling kawin terdapat sifat-sifat dominan dan sifat-sifat
resesif. Menurut Mendel, sifat dominan akan muncul pada seluruh keturunan F1,
sedangkan sifat resesif baru akan muncul pada sebagian kecil F2. Perkawinan antara dua
individu dengan satu sifat beda (monohibrid) akan menghasilkan 100% F1 mempunyai
fenotip dominan. Pada F2 akan diperoleh perbandingan fenotip 75% dominan dan 25%
resesif.
Penyimpangan rasio fenotip dapat terjadi pada suatu sifat yang terangkai pada
kromosom kelamin. Sebagai contoh pada lalat buah, sifat mata putih adalah terangkai pada
kromosom X. Percobaan Thomas Hunt Morgan pada tahun 1910 menunjukkan hasil
perkawinan lalat buah mata merah (normal, dominan) dan mata putih (mutan, resesif).
Lalat buah jantan mata putih yang dikawinkan dengan lalat buah betina mata merah
homozigot, seluruh F1 bermata merah. Pada F2 diperoleh lalat mata merah dan lalat mata
putih dengan perbandingan 3:1, dengan seluruh lalat bermata putih berkelamin jantan.
18
Drosophila melanogaster merupakan hewan yang sering digunakan dalam
percobaan genetika karena daur hidupnya yang pendek (2 minggu), mudah diperoleh, dan
mudah dibiakkan dalam medium sederhana. Lalat buah ini mempunayi 8 kromosom atau 4
pasang kromosom homolog. Kromosom I merupakan kromosom kelamin, sedangkan
kromosom II – IV merupakan autosom. Masing-masing kromosom berisi gen-gen yang
membawa sifat berbeda-beda. Mutasi pada suatu gen pada kromosom tertentu memberikan
fenotip yang berbeda dari tipe liar/normalnya. Mata putih adalah mutasi pada kromosom I
terkait pada kromosom X, sehingga pada kromosom Y tidak membawa mutasi ini. Warna
tubuh hitam dan bentuk sayap vestigial merupakan hasil mutasi pada kromosom II. Sifat
tubuh ebony dan mata sephia adalah mutasi pada kromosom III. Kromosom IV berukuran
sangat pendek dan hanya membawa lima gen.
Bahan:
Lalat buah D. melanogaster tipe liar, D. melanogaster mata putih (mutan kromosom
terangkai X), dan D. melanogaster mutan kromosom somatis.
Alat:
Pertemuan ke-1 :
19
1. Ujung abdomen lalat betina memanjang dan meruncing, sedangkan pada lalat jantan
membulat (Gambar 4).
2. Lalat jantan memiliki sisir kelamin (sex comb), yaitu rambut-rambut kaku berwarna
hitam di permukaan distal tarsus terakhir kaki depan. Lalat betina tidak memiliki sisir
kelamin (Gambar 5).
Lalat jantan yang akan digunakan dalam perkawinan dapat diambil dari segala umur.
Pembiusan
Pembiusan lalat dilakukan dengan eter. Sebelum pembiusan, lalat dipindahkan ke botol
lain yang bersih, dengan lebar kedua mulut botol sama. Pemindahan dilakukan pada
tempat yang terang karena lalat menyukai sinar. Apabila botol di bagian bawah ditutup
dengan kertas, lalat akan terbang ke botol lain yang berada di atas (Gambar 6).
Cara Kerja:
1. Basahilah kapas pada botol pembius dengan eter secukupnya (Eter merupakan pembius
kuat. Apabila eter terlalu banyak dapat mematikan lalat. Kerjakan pada almari asam
dengan hati-hati).
2. Ambil botol kultur berisi lalat yang akan dibius. Ketok-ketoklah mulut botol agar lalat
menjauhi mulut botol.
3. Bukalah botol kultur bersamaan dengan menangkupkan botol pembius pada mulut
botol kultur. Usahakan tidak ada lalat yang terbang keluar botol. Eterisasi selama 1
menit akan membuat lalat terbius dan berhenti bergerak.
4. Lepaskan botol pembius dan keluarkan lalat dari botol kultur ke atas kertas putih.
Dengan menggunakan kuas, pisahkan lalat-lalat yang mati, ditandai dengan
20
membukanya sayap dan kaki ke arah samping. Pisahkan pula lalat jantan dan lalat
betina, gunakan sesuai dengan kebutuhan.
Catatan:
Lalat akan terbius dalam waktu 5 – 10 menit, sehingga pengamatan harus dilakukan
secara cepat. Apabila pengamatan dan pemisahan belum selesai tetapi lalat-lalat sudah
mulai bangun, dapat dilakukan pembiusan ulang menggunakan eter yang diteteskan pada
segumpal kapas.
Perkawinan D. melanogaster
1. Ambil masing-masing 5 induk jantan dan 5 induk betina perawan yang masih dalam
keadaan terbius. Masukkan ke dalam botol kultur baru dengan cara meletakkannya
pada selembar kertas steril, sehingga tidak langsung menyentuh makanannya.
2. Berilah label persilangan pada botol kultur tersebut, Tuliskan nama/kelompok Anda,
macam perkawinan (fenotip induk) dan jumlah masing-masing induk, dan tanggal
perkawinan. Letakkan botol kultur pada suhu yang sesuai (250C).
3. Lakukan pengamatan 1 – 2 hari sesudah perkawinan. Apabila ada induk yang mati,
segera ganti dengan induk baru.
4. Amati setelah 1 minggu. Apabila telah terbentuk larva, keluarkan seluruh induk dan
pindahkan ke botol lain. Apabila belum terbentuk larva, tunggu kira-kira 3 hari
kemudian.
21
F1 :
Jenis kelamin Fenotip Genotip
Jantan/beti Jumla Maca Jumla Simbo Jumla
na h m h l h
Pertanyaan:
1. Mengapa dalam percobaan tidak boleh ada lalat yang terbang keluar botol?
2. Apa guna uji X2 dalam percobaan ini?
22
IV. KARYOTIPE DAN ANALISIS KELAINAN GENETIK
Tujuan:
1. Mengetahui jumlah dan ukuran kromosom manusia serta menyusun karyotipenya.
2. Menentukan kelainan fisik suatu individu akibat abnormalitas kromosomnya.
Dasar Teori:
Tjio dan Levan (1956) mendapatkan bahwa inti sel tubuh manusia mempunyai 46
kromosom, terdiri atas 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom kelamin. Wanita normal
mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laki-laki normal mempunyai 1 kromosom X dan 1
kromosom Y. Dengan demikian formula kromosom wanita normal dituliskan sebagai
46AA, XX atau 22A, XX. Formula kromosom laki-laki normal dituliskan 46AA, XY.
Aberasi kromosom merupakan kelainan pada struktur atau jumlah kromosom dari
yang seharusnya. Aberasi kromosom menyebabkan perubahan formula kromosom,
misalnya 46 AA, XO; 46AA, XYY; dan 46AA+21, XY. Perubahan formula tersebut
menimbulkan kelainan atau cacat bawaan pada individu yang mengalaminya. Contohnya
adalah 46AA, XO menunjukkan wanita yang mengalami sindrom Turner, terjadi karena
peristiwa gagal berpisah (non-disjunction) pada saat pembentukan gamet. Sindrom Turner
menyebabkan seorang wanita tidak tumbuh ciri-ciri kelamin sekundernya dan tidak dapat
mempunyai keturunan.
Memelajari abnormalitas karyotipe bermanfaat dalam menganalisis suatu kelainan
genetik. Dengan mengetahui kelainan genetik, penyebab dan ciri-cirinya, maka
pencegahan dan terapi terhadap suatu kelainan genetik dapat dilakukan.
Kromosom-kromosom seorang individu disusun berdasarkan atas jumlah, bentuk,
dan ukurannya, disebut sebagai karyotipe. Bentuk dan ukuran kromosom dapat dilihat
pada saat metafase. Letak sentromer suatu kromosom bersifat tetap, membagi kromosom
menjadi lengan panjang dan lengan pendek. Berdasarkan letak sentromernya terdapat
kromosom metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Pada karyotipe
manusia tidak dijumpai adanya kromosom telosentris.
Cara preparasi kromosom manusia dilakukan melalui tahapan sbb.:
1. Pengambilan sel untuk penyusunan kariotipe dilakukan sebelum kelahiran
(prenatal) atau postnatal (setelah kelahiran).
23
2. sel prenatal dari cairan ketuban (amniocentesis) dan chorionic villi sampling (CVS)
(Gambar 5)
3. sel postnatal berasal dari pengambilan contoh sel tumor dan sel kulit mulut
4. sel diperbanyak selama 1-2 hari
5. sel dipertahankan pada metafase menggunakan kolkisin
6. sel disebar pada gelas obyek lalu diwarnai
7. kromosom difoto
8. dilakukan penghitungan jumlah kromosom dan penyusunan karyotype.
Cara Kerja:
1. Gunting-guntinglah tiap gambar kromosom yang terdapat pada copy perbesaran potret
kromosom manusia. Lakukan dengan hati-hati agar tidak ada yang tercecer.
2. Hitung dan catat jumlah seluruh kromosom tersebut.
3. Ukur panjang lengan masing-masing kromosom menggunakan penggaris, dengan
satuan milimeter. Konversikan ukuran yang Anda peroleh ke dalam satuan mikron (1
m = 0.8 mm). Kromosom mempunyai lengan pendek (p) dan lengan panjang (q),
yang ditentukan dengan cara mengukur panjang dari sentromer ke ujung lengan
kromosom. Parameter yang perlu diamati untuk setiap kromosom adalah sbb.:
24
c. Panjang relatif = q + p x 100
(q+p) set kromosom haploid
d. Indeks sentromer = p x 100
p+q
Pertanyaan:
1. Apa fungsi karyotipe?
25
2. Bagaimana suatu abnormalitas kromosom (sesuai yang Anda peroleh dalam
praktikum) dapat terjadi? Apakah kelainan itu akan diwariskan apabila individu
tersebut menikah?
26
Karyotipe-karyotipe abnormal:
27
V. GENETIKA POPULASI
Tujuan :
1. Menerapkan prinsip Hardy-weinberg equilibrium
2. Menentukan frekuensi alel ganda
Dasar Teori:
Genetika populasi memelajari pengaruh gen-gen dalam suatu populasi,
menguraikan secara matematik akibat dari penurunan suatu sifat pada tingkat populasi.
Prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa di dalam populasi yang
seimbang terdapat frekuensi gen dan genotip yang tetap dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Adanya faktor lingkungan, misalnya seleksi, migrasi, dan mutasi dapat
menyebabkan perubahan pada frekuensi gen, sehingga terjadi perubahan evolusioner
dalam populasi.
Golongan darah sistem ABO pada manusia merupakan sifat yang ditentukan oleh
alel ganda. Dalam sistem ABO terdapat tiga alel, yaitu IA, IB, dan IO atau i. Alel i bersifat
resesif terhadap alel-alel lainnya. Alel IA dan IB merupakan alel kodominan, sehingga IA
tidak dominan terhadap IB maupun sebaliknya. Interaksi antara ketiga alel tersebut
menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah
A mempunyai genotip IAIA atau IAi , golongan darah B bergenotip IBIB atau IBi, golongan
darah AB bergenotip IAIB , dan genotip golongan darah O adalah ii.
28
Golongan darah A mempunyai antigen A dan membentuk zat anti B. Golongan darah B
mempunyai antigen B dan membentuk zat anti-A. Golongan darah AB mempunyai antigen
A dan B sehingga tidak membentuk zat anti A maupun B. Golongan darah O tidak
mempunyai antigen, membentuk zat anti A dan B.
Cara Kerja:
1. Kumpulkan data tipe golongan darah sistem ABO (Tipe A, B, AB, O) dari populasi
mahasiswa peserta praktikum genetika.
2. Plotkan data yang diperoleh dalam tabel untuk mengumpulkan data kelas.
3. Hitung masing-masing jumlah individu pada tiap-tiap tipe golongan darah (Tipe A, B,
AB, O).
4. Hitung jumlah total individu dan tentukan frekuensi masing-masing tipe golongan
darah. Frekuensi ini merupakan frekuensi yang teramati (‘observed’).
5. Tuliskan prediksi frekuensi di tabel.
Golongan darah tipe A memiliki genotip IAIA dan IAi , golongan darah tipe B memiliki
genotip IBIB dan IBi, golongan darah tipe AB memiliki genotip IAIB, golongan darah O
memiliki genotip ii. Frekuensi alel dilambangkan dengan huruf p dan q. Nilai p, q, dan r
berkisar antara 0 dan 1, dengan jumlah total p + q + r = 1 . Contoh penerapannya jika
frekuensi alel A = p dan alel B = q dan alel i = r maka jika nilai p = 0,5 dan nilai q =
0,3 maka nilai r = 0,2.
29
Persamaan rumus kesetimbangan Hardy-Weinberg p + q + r =1 maka frekuensi genotip
pada alel ganda golongan darah berdasarkan sistem ABO adalah
p2 + 2 pq + 2 pr + q2 + 2 qr + r2 = 1
Pertanyaan :
1. Berapakah frekwensi alel dari masing-masing alel dalam populasi sampel golongan
darah ABO ?
3. Apakah manfaat persamaan Hardy-Weinberg dalam populasi sampel golongan
darah ABO ?
4. Buatlah diagram golongan darah keluarga anda. Perkirakan genotip golongan
darah anda.
30
KRITERIA LAPORAN MAHASISWA
A. Laporan Sementara
Mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara di kelas setiap satu mata acara
praktikum. Laporan sementara berisi judul, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, dan hasil
pengamatan. Laporan sementara wajib ditandatangani oleh asisten praktikum, selanjutnya
dibawa pulang sebagai dasar menyusun laporan akhir.
31
DAFTAR PUSTAKA
Fairbanks, D.J. & Andersen, W.A., 1999, Genetics, Brooks/Cole Publishing Company,
Toronto
Strickberger, M.W., 1962, Experiments in Genetics with Drosophila, John Wiley and
Sons, London.
Suminah, Sutarno, Setyawan, A.D. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) dengan
Pemberian Kolkisin. Biodiversitas Vol. 3 No.1
Thompson, M.W., McInnes, R.R., Willard, H.F., Genetics in Medicine, W.B. Saunders
Company, Tokyo.
Tseng, CC. 1995. Human Chromosome Analysis. Dept of Biol. SC. Purdue Univ.
Indiana. Chapt 3. P. 33-56
Voet & Voet, 1999, Biochemistry, John Wiley and Sons, London.
32
33